Eternal love [09]

347 42 1
                                    

Tak lama pintu gerbang terbuka lebar, terlihat bayang-bayang dua orang memasuki mansion dengan motor yang mereka berdua tumpangi. Tidak salah lagi itu adalah jaya dan ginela.

Jaya segera memarkirkan motornya dan berjalan bersama ginela menuju pintu utama, terlihat kamala sudah menunggu mereka dengan raut wajah yang cukup kesal dengan kedua bocah tengil tersebut, dan jasver dengan wajah yang tersenyum melihat kedua anak itu berjalan ke arahnya sembari saling bercanda.

Seperti biasa setiap pulang sekolah jaya dan ginela selalu mencium tangan kamala dan jasver terlebih dahulu.

"Darimana saja kalian? Kenapa pulang sampai sore begini? Kalian tidak tahu bagaimana bunda sangat mengkhawatirkan kalian? Bunda takut terjadi sesuatu yang tidak diharapkan pada kalian berdua. Lain kali kalau kalian pulang terlambat beri tahu bunda, jangan seperti ini lagi. Ginela kenapa tidak jawab pesan bunda?" Baru kali ini kamala sangat marah kepada jaya dan ginela. Mereka berdua hanya menundukkan kepalanya masing-masing dan diam tak bersuara, tidak berani melawan sedikitpun ucapan kamala.

"Tadi gine mau jawab pesan bunda tapi tiba-tiba hp gine mati, bun." Ginela masih menundukkan kepalanya, dia sangat merasa bersalah karena tidak menjawab pesan bundanya dan tidak memberi tahu terlebih dahulu jika pulang terlambat begitu pula dengan jaya, dia juga sangat merasa bersalah kepada kamala.

"Maaf bunda, lain kali kami ga akan seperti ini lagi, jaya juga janji bakal kasih tahu bunda lebih dulu kalau pulang terlambat."

Kamala yang mendengar pernyataan dari kedua anak itu kini berusaha meredam emosinya agar tidak semakin membara. Kamala menatap jaya dan ginela yang masih terlihat menundukkan kepalanya.

"Yasudah, ayo masuk. Kalian pasti lapar, bunda sudah menyiapkan makanan kesukaan kalian. Kalian bersih-bersih dulu kalau sudah selesai langsung ke meja makan." Kamala mengusap ujung kepala milik jaya dan ginela dan sedikit mengangkat dagu keduanya agar tidak terus menunduk.

"Ayo ayah juga sudah lapar sekali, gara-gara kalian ayah jadi menahan lapar hahaha. Anak-anak ayah sangat nakal, bisa-bisanya membiarkan perut ayah berbunyi." Jasver langsung merangkul pundak kedua anak kesayangannya sembari berjalan memasuki mansion, kamala hanya tersenyum melihat tingkah lucu mereka dan ikut berjalan di belakang jasver, meskipun ginela bukan anak kandungnya, tapi jasver sangat sayang kepada ginela, tidak ada yang di beda-bedakan, begitu juga dengan kamala.

Ginela dan jaya bergegas menuju kamar masing-masing untuk membersihkan diri masing-masing. Setelah selesai mereka langsung menuju ke meja makan yang sudah dipenuhi dengan makanan kesukaan mereka, terlihat lezat dan menggiurkan.

....

Setelah selesai makan malam mereka saling mengobrol dan berbagi cerita bersama layaknya sebuah keluarga yang sangat harmonis.

"Sekolah kalian gimana? Menyenangkan?" Tanya jasver.

"Tadi kita di hukum sama pak yuda, gara-gara jajay sih gine jadi ikutan kena." Ginela mendorong pelan bahu jaya yang berada di sebelahnya.

"Lah kok jadi jajay? Kan gine sendiri yang ketawa kekencengan jadinya ikutan di hukum." Tatap jaya sinis.

"Loh di hukum suruh ngapain?" Sambung kamala.

"Bersihin toilet bun." Jawab jaya dan ginela kompak, seketika ruangan tersebut terisi oleh tawa jasver dan kamala yang menertawakan anak-anaknya.

Jaya dan ginela yang melihat ayah dan bundanya tertawa kini hanya mendengus kesal, melihat anak-anaknya kesal jasver dan kamala menyudahi tawa mereka.

"Eh iya tadi bunda tidak salah dengar kan? Ginela memanggil jaya dengan sebutan jajay? Dan jaya memanggil ginela dengan sebutan gine? Tumben kalian pakai nama panggilan saat kecil." Kamala melontarkan pertanyaan tersebut kepada kedua anak itu.

The eternal love of the sun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang