Eternal love [01]

2K 79 12
                                    

Pagi dini hari orang-orang yang sedang berlalu lalang di jalanan sekitar sungai yang besar, di kejutkan dengan seorang wanita yang sudah berdiri di atas pagar pembatas sungai, dari penjelasan beberapa orang yang sudah sedari tadi melihat kejadian tersebut, mereka mengatakan bahwa wanita itu ingin mengakhiri hidupnya, tidak diketahui secara pasti apa alasannya hingga memilih ingin mengakhiri hidup.

Tidak ada yang berani mendekat ke arahnya ataupun menasehatinya agar tidak melakukan hal gila seperti itu, pihak kepolisian yang baru saja sampai di tempat tersebut segera menyusun rencana agar wanita yang terlihat masih berdiri itu mengurungkan niatnya untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Terlihat wanita itu sedang melamun tanpa memperhatikan sekitarnya yang sudah ramai akan orang-orang yang mengkhawatirkan dirinya, entah apa yang ada di pikirannya sehingga dia ingin mengambil jalan pintas seperti ini.

"Seburuk itukah aku hingga tidak pantas di cintai lagi?" Satu kalimat terucap dari bibirnya yang sudah mulai memucat. Beberapa kali dia menutup matanya, merasakan hembusan angin menembus mantel tebal berwarna coklat yang ia kenakan, tidak perduli lagi dengan sekitarnya. Matanya mulai meneteskan air mata, mengingat hidupnya yang sudah tidak diketahui kemana arah tujuannya.

Petugas keamanan mulai beranjak menjalankan tugasnya untuk menyelamatkan wanita itu, entah apa yang akan mereka lakukan untuk menyelamatkan wanita berkepala batu tersebut. Teriakan-teriakan dari orang-orang di sekitar situ semakin keras, menyuruh wanita itu untuk mengurungkan niat buruk tersebut.

"Hei nak turun lah, kasihanilah dirimu sendiri, apa kau tuli ha?"

"Turun kak, urungkan niat mu buruk mu itu."

"Nona aku tahu kau sedang memendam masalah besar, tapi setidaknya jangan lakukan hal bodoh itu."

Kurang lebih seperti itu teriakan-teriakan yang mereka lontarkan kepada wanita tersebut.

Terlihat seorang laki-laki yang keluar dari mobil mewahnya turun dan berlari ke arah wanita itu berdiri. Laki-laki dengan postur tubuh yang jenjang dan kekar serta memiliki paras yang rupawan kini tengah berdiri tepat di belakang wanita itu.

"Wanita gila!" Teriak laki-laki bertubuh tinggi itu.

"Turun lah jangan mengambil jalan pintas seperti ini. Ingat anak yang sedang kau kandung itu. Apa kau tidak perduli dengan anak mu? Dia anak yang tidak bersalah, kau tega ingin membunuhnya?" laki-laki itu terus membujuknya dengan nada yang halus.

Setelah mendengar kata "anak" yang laki-laki itu ucapkan, wanita tersebut kemudian perlahan mengusap-usap perutnya sambil meneteskan air mata yang tiada hentinya. Seperti tersentuh dan teringat akan suatu hal yang membuatnya sedikit ingin mengurungkan niat buruknya itu.

Tidak ada yang mengetahui apa hubungan laki-laki itu dengan wanita gila yang ingin mengakhiri hidupnya.

Wanita tersebut terus mengusap-usap pelan perutnya, sepertinya masih memikirkan tujuan hidup yang akan dia lalui jikalau dia tetap bertahan hidup dan apa dampaknya jika dia memilih untuk mati bersama anak yang dia kandung.

"Kamu anak baik sayang, kamu tidak bersalah, ibu tidak akan membunuh anak baik sepertimu, hanya kamu satu-satunya yang ibu miliki sekarang, ibu membutuhkan mu, kamu harus lahir dengan selamat apapun yang terjadi, ibu akan berusaha merawatmu dengan sebaik mungkin sayang." Terdengar lirih ucapannya oleh orang-orang yang sedari tadi mengkhawatirkan dirinya, orang-orang disekitarnya merasa tersentuh dengan ucapan wanita itu, beberapa orang meneteskan air matanya tanpa sengaja.

Tak disangka wanita itu membalikkan badannya dan perlahan menuruni tembok pembatas sungai tersebut dibantu oleh pihak keamanan dan laki-laki dengan mantel hitam yang begitu mengkhawatirkan wanita itu. Laki-laki itu langsung meraih badannya dan memeluknya dengan erat.

"Kau tidak apa? Jangan lakukan hal bodoh seperti itu lagi, aku akan membantumu mengurus anak ini dengan penuh kasih sayang layaknya seorang ayah." Wanita itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Laki-laki itu memeluknya dengan erat agar wanita tersebut tidak merasakan kedinginan akibat angin yang berhembus sedikit kencang.

Tepuk tangan terus terdengar dari orang-orang disekitarnya, sungguh tidak menyangka jika wanita itu mau mengurungkan niatnya.

"Jangan kau ulangi lagi hal seperti ini, jaga kandungan dengan baik." Ucap seorang wanita tua dengan senyuman diwajahnya.

"Kak, kamu cantik pasti nanti anakmu tidak kalah cantiknya denganmu." Salah satu remaja disebelahnya memuji dirinya dengan senang hati.

"Bolehkah aku menyentuh bayi di perut mu bibi?" Terdengar suara dari arah bawah, ternyata anak perempuan yang cantik sedang tersenyum kearah wanita tersebut.

Wanita itu kemudian menganggukkan kepalanya diiringi dengan senyuman sembari mengusap kepala anak itu. Anak itu dengan senang mengusap-usap perut milik wanita itu dengan lembut. "Kamu harus lahir dengan selamat dan tumbuh menjadi seorang gadis cantik seperti ku ya hihi, eum bibi pokoknya bayi ini harus perempuan yya dan cantik seperti ku." Ucapnya dengan wajah yang menggemaskan.

"Pasti nanti dia akan cantik sepertimu."

"Oh bibi aku pergi dulu ya, ibu ku sudah memanggil ku, takut nanti ibuku berubah jadi panda merah yang marah, menyeramkan." Anak kecil itu berlari meninggalkan wanita tersebut diiringi dengan lambaian tangan mungilnya.

Wanita itu hanya terkekeh pelan melihat tingkah anak perempuan yang masih berusia sekitar 4 tahun.

"Nak jaga istrimu dengan baik, jangan sampai terjadi seperti ini lagi." Ucap seorang dari arah belakang. Sontak keduanya langsung berbalik badan.

"Oh maaf dia bukan istri ku paman." Elak laki-laki tersebut.

"Maaf aku kira dia istrimu, yasudah jaga kandungan mu dan juga diri mu sendiri, kelak anak ini akan dicintai oleh banyak orang meskipun harus melewati berbagai rintangan yang menghadang." Jelas pria tua itu yang perlahan berjalan meninggalkan keduanya.

"Terimakasih paman." Ucap keduanya

Mereka segera mengucapkan terimakasih ke orang-orang disekitarnya karena telah membantu menyelamatkan nyawa seseorang.

"Tidak seharusnya kau melakukan hal bodoh seperti ini kamala, ingat anak yang kau harapkan kini telah hadir, jangan gegabah." Tegas laki-laki yang kini bersama kamala tersebut. Kamala adalah wanita yang tadi berniat ingin mengakhiri hidupnya sendiri.

"Maafkan aku jasver, aku memang wanita bodoh yang tidak bisa berfikir dengan jernih, bahkan aku tidak mengingat jika aku sedang mengandung. Terimakasih karena kau telah menyelamatkan nyawaku dan anakku, aku memang salah, aku sangat lalali dalam menjaga janinku. Maafkan ibumu yang bodoh ini nak." Sesal kamala terhadap perbuatannya sendiri, untungnya perbuatan itu dapat di cegah sebelum terlambat.

"Sudahlah, tidak ada yang perlu disesali, sekarang cukup jada dirimu dan anak yang sedang kau kandung itu, aku akan menemani mu menjaganya. Nanti kita bahas semuanya setelah keadaan sudah membaik sepenuhnya." Jasver menuntun kamala untuk berjalan menuju mobil miliknya, karena merasa badan kamala kian semakin dingin.

Setelah itu mereka bergegas masuk kedalam mobil dan segera menuju rumah sakit untuk memeriksa keadaan wanita itu, karena wajahnya terlihat sudah sangat pucat dan sepertinya dia merasa sangat kelelahan.






















































































Jika ada saran maupun kritik bisa di tulis di kolom komentar dengan bahasa yang sopan ya.

Maaf jika banyak kesalahan dalam setiap penulisannya.

Jangan lupa tinggalkan jejak, agar author semakin semangat untuk lanjutin ceritanya.

See u....

The eternal love of the sun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang