Kamala membawa putrinya untuk masuk kedalam kamar dan mendudukkannya di atas ranjang sembari terus menenangkannya. Kamala masih penasaran dengan apa yang terjadi kepada putrinya itu, air matanya masih terus mengalir, matanya semakin sembab, nafasnya juga terengah-engah. Kamala menuntun ginela agar mengatur nafasnya. Selang beberapa saat akhirnya ginela mulai membuka obrolan dengan sisa air mata yang masih membasahi pipinya itu.
"Tadi sella datang bun."
"Siapa sella? Teman kamu?"
"Mantan pacar haedar yang udah meninggal beberapa tahun lalu. Dia cantik, benar-benar cantik bun. Dia juga cerita semuanya ke gine, dia minta gine buat terus sama haedar, sella minta sama gine buat pulang ke haedar dan cintai haedar. Gine janji ke dia biar selle bisa pergi dengan tenang. Sekarang sella jauh lebih tenang disana bun. Tapi gine takut haedar ga serius ke gine dan masih mengharapkan sella. Sella wanita yang baik bahkan lebih baik dari gine, gine ga heran kalau haedar segitu cintanya sama sella, karena sella emang sebaik itu dan secantik itu, sella itu definisi wanita sempurna bun. Aku ga tau harus gimana lagi bun. Aku bingung sama perasaan aku. Aku cinta sama haedar tapi aku takut. Takut haedar cinta ke aku bukan sebagai gine, tapi sella. Tapi sella bilang, haedar udah lupain sella tapi gine belum percaya kalau bukan haedar yang bilang sendiri."
"Ginela percaya sama bunda ya nak, kamu kembali ke haedar, coba terima haedar lagi di hidup kamu. Sella bilang gitu ke kamu juga pasti ada alasannya, dia bilang dia jauh lebih tenang sekarang bukan? Maksud dari sella itu haedar bertemu dengan kamu, kamu yang dicintai haedar sekarang, itulah yang membuat sella lebih tenang karena haedar sudah melupakan dirinya. Haedar sudah tidak mengharapkan sella lagi jadi sella bisa pulang dengan tenang disana dan haedar pun bisa menjalani kehidupannya yang baru bersama kamu. Jadi buka lembaran baru untuk kisah kalian ya? Kamu paham kan apa yang bunda bilang?" Kamala menangkup kedua pipi ginela menggunakan kedua tangannya. "Oh iya minggu depan haedar akan menjemputmu kan gin?"
"Bunda tahu darimana?"
"Haedar tadi kemari untuk meminta izin membawamu kembali kerumahnya."
"Kok dia ga nemuin gine?"
"Dia buru-buru sayang, urusan di kantor banyak sekali, ayah jasver juga beberapa hari ini tidak pulang dan menginap di kantor karena mengurus pekerjaan, sedang ada proyek besar, haedar dan ayah jasver yang mengerjakan proyek ini."
"Ohh gitu, bunda..." Panggil ginela sembari menghapus sisa air matanya. "Gine boleh main kerumah ayah? Gine kangen sama nidya, ayah kaidar, dan mama jessica. Boleh?"
"Tentu boleh, tapi apa kamu sudah memaafkan semua kesalahan ayahmu gin? Bunda tidak ingin nantinya timbul pertengkaran lagi saat kamu pergi kesana. Maafkan semua kesalahannya baru kamu boleh berkunjung kesana."
"Gine udah maafin semua kesalahan ayah, bagaimanapun laki-laki itu adalah ayah gine, gine ada juga karena dia dan bunda. Kata bunda dendam terlalu lama ga baik bukan? Dan kalaupun ginela marah ke ayah itu juga ga akan merubah semua yang udah terjadi bun, jadi ginela putusin buat maafin ayah. Bunda ga marah kan kalau ginela main kerumah ayah?"
"Engga sayang, bunda engga marah. Bunda malah senang kalau kamu bisa maafin ayah kamu. Yaudah sekarang hapus air mata kamu, terus makan dulu, tadi kamu ga sarapan kan? Kalau udah makan baru boleh kerumah ayah." Kamala mengusap kedua pipi ginela yang masih basah sembari tersenyum.
....
Ginela sudah berada di depan pintu rumah kaidar, rumah berwarna putih tulang yang mendominasi dan beberapa ornamen kuno seperti patung, guci dan sebagainya. Dia memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah tersebut, ini kedua kalinya dia berkunjung kerumah sang ayah yang dulunya sangat dia benci, namun sekarang dia datang dengan suasana hati yang berbeda, suasana hati yang lebih tenang dari sebelumnya, sekarang dia sedang berusaha untuk berdamai dengan keadaan yang kini dia jalani. Tumbuh dewasa tanpa rangkulan dari seorang ayah itu sangatlah sulit, namun ada jasver yang selalu siap menjadi ayah untuk ginela, ginela beruntung memilik seseorang yang bisa dia anggap sebagai seorang ayah yang menjaganya dari kecil hingga dia menikah. Namun dia juga tidak bisa melupakan haedar yang dimana dia adalah sosok ayah kandungnya. Tanpa adanya kaidar juga belum tentu sosok ginela hadir di dunia ini. Rasa kecewa pasti ada, namun dia tidak ingin terjebak di masalalunya yang begitu buruk. Dia ingin membuka lembaran baru. Lagipula kaidar telah menyesali segala kesalahannya dan terus meminta maaf kepada ginela, jadi tidak ada salahnya jika ginela memaafkan ayahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The eternal love of the sun
RomancePerjalan hidup seorang gadis bernama ginela yang sejak kecil sudah di didik untuk menjadi mandiri tanpa rangkulan cinta pertamanya yaitu sang ayah. Ginela tumbuh dewasa dengan caranya sendiri. Kepribadian yang hampir mirip seperti ibunya menjadikan...