Eternal love [29]

187 17 2
                                    

"habis ini kita mau kemana gi?" Tanya marva sambil membersihkan bibirnya menggunakan tissue.

"Terserah kakak aja." Jawab ginela yang masih sibuk memakan puding coklat miliknya.

Mendengar ucapan ginela, marva terdiam sejenak dan memikirkan beberapa tempat romantis yang mungkin bisa mereka kunjungi malam itu.

Marva melihat wajah ginela dan tersenyum saat melihat pudding di ujung bibir ginela, marva mendekatkan wajahnya ke arah wajah ginela, ginela pun terdiam dan beralih menatap wajah marva yang kini benar-benar dekat dengan wajahnya, seketika ginela menelan ludahnya dengan kasar. Mulutnya masih tersumpal sendok pudding dan matanya kini tertuju pada manik mata milik marva. Dengan cepat marva meraih sisa pudding yang berada di ujung bibir ginela menggunakan bibirnya, marva pun tertawa kecil saat melihat wajah ginela berubah menjadi sedikit merona, ginela pun merasakan hal tersebut, suhu badannya terasa sangat panas saat ini. Dia buru-buru menghabiskan pudding yang ada di tangannya dan terus memalingkan wajahnya dari marva.

"Lucu banget sih kamu, penampilan badas tapi kalau salting lucu." Marva mencubit pelan pipi kekasihnya itu.

"Apasih kak, aku juga manusia tau. Lagian kakak juga ngapain tiba-tiba kaya gitu. Nanti kalau ada orang yang liat kan malu tau." Marva melihat sekitarnya, tidak di temukan satu orangpun di roof top cafe tersebut.

"Ga ada orang lain sayang. Nanti kalau di tempat sepi malah bisa lebih dari kaya tadi. Emang kamu mau kalau aku khilaf?"

"Ih ya ga mau lah, aneh-aneh aja deh. Halalin dulu, jadi kalau kebablasan ga nyesel."

"Ga bisa gi." Ucap marva spontan.

"Maksudnya? Kakak ga mau nikah sama gigi?" Tanya ginela heran saat mendengar ucapan marva.

"Ah ga gitu gi, kakak pengen nikah sama kamu, pengen banget. Kalau bisa kakak minta berjodoh sama kamu, tapi kakak ga tau kedepannya kita masih bisa sama-sama terus atau gak, kakak ga bisa janji buat nikahin kamu. Kamu cinta pertama kakak, gi." Ginela tersenyum saat mendengar penjelasan dari marva, antara senyum bahagia dan senyuman kesedihan.

"I know kak. Sekenario Tuhan ga akan salah. Tapi aku berharap kita bisa sama-sama terus." Marva memeluk ginela dengan erat untuk beberapa saat.

"I love you so much ginela maheswari."

"I love you more kak."

Setelah beberapa menit mereka berpelukan untuk mengungkapkan rasa sayang antar keduanya, mereka pun memutuskan untuk meninggalkan restauran tersebut. Kini ginela dan marva masih berada di parkiran restauran rosella dan terlihat sedang bercengkrama.

"Kak aku naik motor sendiri aja ya."

"Ga mau boncengan sama kakak aja gi? Motor kamu tinggal disini aja, nanti kakak suruh orang buat bawa motor kamu kerumah."

"Gapapa kak aku sendiri aja, lagian kan kita nanti naik motornya bisa samping. Emangnya kita mau kemana kak?"

"Yaudah gapapa tapi jangan ngebut-ngebut, kakak ga suka."

"Iya sayangkuu." Ucap ginela sambil mencubit pipi marva.

"Hahaha, cubitan kamu sakit tapi nagih. Kakak mau ngajak kamu ke tempat favorit kakak."

"Ada-ada aja mana ada orang di cubit nagih. Yaudah ayo berangkat keburu kemalaman kak." Marva mengiyakan perkataan ginela, mereka berdua segera memakai helm dan bergegas meninggalkan tempat tersebut.

Tak butuh waktu lama, ginela dan marva sudah sampai disebuah tempat yang masih asing di mata ginela. Marva memegang erat tangan ginela dan membawanya naik ke atas bukit yang tidak terlalu tinggi. Mata ginela terpana saat melihat indahnya pemandangan lampu kota dari atas bukit tersebut. Benar-benar pemandangan yang menakjubkan yang sangat dia lihat sejak dulu.

The eternal love of the sun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang