Laras terbaring dengan perut membesar, kondisinya begitu lemah. Lengan menggantung di tepi tempat tidur saat Sukesih masuk dengan sepiring nasi.
"Kamu makan dulu, Nduk. Setelah itu ibu akan mengerok punggungmu."
Laras hanya diam, dia jawab dengan kedipan mata saja.
"Perutmu busung karena masuk angin duduk sepertinya."
Setelah meletakkan piring Sukesih membantu Laras untuk bersandar, mengganjal kepala dengan bantal.
"Bening bayam kesukaanmu," ucap Sukesih dengan gerak menyuap.
Bukannya segera membuka mulut, Laras hanya melotot.
"Ayo, biar masuk angin ini hilang!"
Laras menggeleng.
"Loh? Biar cepat sembuh kok, ya."
"Ayo, barang sesuap perutmu harus diisi!"
"Mulut Laras tidak bisa dibuka, Bu," ucap Laras setengah menggumam.
"Tinggal mangap saja. Biar ibu yang suap, ya."
Laras mencoba membuka mulutnya lebar, tetapi gagal. Rahangnya hanya terbuka tak lebih seujung sendok saja.
"Yang lebar toh."
Laras menggeleng.
"Kamu ini kenapa tidak mau makan?"
Laras diam, menggeleng pun tidak.
"Ya, sudah. Kamu minum teh hangat, ya?"
Laras mengangguk.
Dengan tangan menyangga kepala Sukesih membantu memasukkan air hangat manis itu ke mulut Laras.
Nyaris dua tenggak, tetapi.
"Buhuk, buhuk!"
Air itu kembali keluar bersamaan batuk.
"Pelan-pelan toh?"
Kembali Sukesih menuang perlahan ke dalam mulut Laras setelah sebelumnya mengelap air yang jatuh membasahi pangkuan anaknya.
"Buhuk, buhuk!"
Kembali Laras terbatuk dengan mengeluarkan air teh.
Selanjutnya meringis, menahan sakit yang mendera perut.
"Laras tidak bisa kentut, Bu," gumamnya.
"Itu namanya masuk angin. Makanya perutmu busung begitu."
Laras semakin bergerak tak karuan seraya memegang perut.
"Sakit, Bu," rintihnya.
Sukesih lalu mengambil tatakan berisi minyak goreng, sebuah canting beras dari kaleng susu terlihat sudah dia pegang.
Untuk duduk tegak saja Laras kesusahan saat Sukesih mulai mengerok punggungnya.
"Kamu harus bisa kentut untuk membuang angin di perutmu," ucap Sukesih pelan.
"Oh."
Kembali Laras mengerang kesakitan.
"Oh."
Sukesih menghentikannya.
"Kamu berbaring saja. Biar ibu panggilkan Pak Mantri kalau begitu."
Laras tak menanggapi. Dia terus merintih kesakitan seraya meremas-remas perut.
"Akh! Oh!"
Sukesih segera meninggalkan kamar, bergegas dia akan memanggil Pak Mantri.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗣𝗔𝗧𝗜 𝗣𝗜𝗧𝗨
Horror𝗗𝗔𝗙𝗧𝗔𝗥 𝗣𝗘𝗡𝗗𝗘𝗞 𝗪𝗔𝗧𝗧𝗬𝗦 𝟮𝟬𝟮𝟭 𝗗𝗔𝗙𝗧𝗔𝗥 𝗣𝗘𝗡𝗗𝗘𝗞 𝗪𝗔𝗧𝗧𝗬𝗦 𝟮𝟬𝟮𝟯 𝗔𝗺𝗯𝗮𝘀𝘀𝗮𝗱𝗼𝗿'𝘀 𝗣𝗶𝗰𝗸 𝟮𝟬𝟮𝟰 "Aku hanya khawatir akan kelangsungan sintren kita. Tanpa Laras, Turangga Puspa Bangsa tak ada bedanya dengan p...