DARI MASA LALU

340 26 1
                                    

"Apa yang kamu lakukan terhadap Sukesih, ha!"

"Aku tak melakukan apa-apa, Mas! Memang apa yang telah terjadi?"

"Jangan pura-pura tidak tahu, Kati"

"Apa maksud ucapanmu, Mas! Sungguh aku tak tahu apa ini ... apa yang ...."

Bruk!

Tubuh perempuan yang tak lain adalah Kati istri tua Sarmento, jatuh ke atas tempat tidur saat satu dorong tangan menghempas.

"Kenapa kamu selalu bersikap kasar terhadapku saat membahas istri mudamu itu, Mas!"

"Itu belum seberapa! Bila kamu terus mengganggu mereka maka ...."

"Mereka siapa! Aku tak pernah melakukan apa-apa! Tak pernah aku mengusik kehidupan Sukesih dan anaknya itu!"

Plak!

Kati lantas menutup pipi kanan dengan tangan setelah Sarmento melayangkan tamparan.

"Kamu telah berubah, Mas. Sikapmu sudah semakin kasar terhadapku. Hu hu hu."

Tangan Sarmento masih bergetar, hal yang tak pernah dia lakukan selama berumah tangga dengan Kati.

"Aku sudah meminta maaf bila kemarahanmu adalah dari masa lalu," kata Kati lirih dalam isak.

"Kenapa kau tak bunuh saja aku. Kenapa kau tak bunuh saja kami! Kenapa! Merestuimu menikah dengan Sukesih sudah cukup membuatku berbagi hati dengannya. Selalu nelangsa dengan anak kita. Aku mengaku salah."

"Itu ulahmu! Makanya dia terlahir Pepoyok!" bentak Sarmento.

"Mas, dia anak kita! Buah cinta kita, Mas!"

"Dia bukan anakku! Dia anak iblis! Iblis yang menjelma dan berpadu kasih di belakangku!" sindir Sarmento.

Kati semakin larut dalam kesedihan, isaknya masih terdengar.

"Kamu lebih mementingkan urusanmu dibanding kami! Mementingkan kesenanganmu!"

"Cukup, Kati! Jangan cuci tangan dari dosa yang kau hadirkan di rumah ini! Aku menikahi Sukesih karena tulus mencintainya!"

"Mencintainya?" Kati beranjak dari tempat tidur.

"Mencintainya katamu, Mas?"

"Ya, aku mencintainya!"

"Mulutmu memang berbisa, Mas. Dulu kau ucapkan menikahi Sukesih hanya untuk mendongkrak kepopuleran Paguyuban Sadewa Putra karena dia penari gandrung!"

"Itu yang kamu katakan! Ingin menyaingi paguyuban Kang Tulu! Mengalahkan sintren yang juga dimainkan anaknya Sukesih! Iya! Cinta!"

"Aku rela berbagi hati dengan perempuan itu! Semua aku lakukan demi siapa! Demi siapa! Demi kamu, Mas! Demi Sadewa Putra!" Kati kembali menghempaskan bokong ke tepi tempat tidur seraya menutup wajah dengan kedua telapak tangan, pecah tangisnya.

"Jangan mencari kebenaran untukmu sendiri dengan pernikahan kami, Kati," ucap Sarmento dingin.

"Kelakuan bejatmu yang telah mengubah arah niatku!" sambungnya.

Kati menatap tajam suaminya. "Jangan mengelak, Mas. Aku sudah menebus kesalahanku! Terserah maksud apa di balik pernikahan kalian dan aku tak sekejam seperti tuduhan yang kamu lontarkan, Mas."

"Lalu siapa yang tega mengirim santet ke rumah itu, ha! Siapa!"

"Aku tahu kamu tak pernah rela meski kamu mengiyakan kala itu!" Geram Sarmento masih belum mereda.

"Istri mana yang mau dimadu, Mas! Aku bisa saja minta cerai bila bukan karena ingin membersihkan kesalahanku!"

"Cerai? Kenapa kamu tak memintanya, ha! Kenapa!" Makin mendidih darah Sarmento.

𝗣𝗔𝗧𝗜 𝗣𝗜𝗧𝗨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang