"Sudah larut malam loh, Nduk. Apa tidak sebaiknya kamu tidur?"
Laras menoleh ke arah ibunya, berdiri di depan pintu kamar.
"Yang sudah terjadi, ya sudah. Meratap berderai air mata darah juga kehormatanmu tak akan kembali."
"Buhuk! Buhuk!" Dibalas suara batuk.
"Ibu ambilkan minum, ya?"
"Buhuk, buhuk!"
"Oh. Sakit sekali tenggorokanku," batin Laras.
"Buhuk!"
Laras menutup mulutnya dengan telapak tangan. Ada yang dirasa basah, segera Laras memperhatikan bercak merah kental kehitaman.
Mata Laras membelalak.
"Darah!"
"Buhuk, buhuk!"
Laras terus terbatuk-batuk.
Dari ujung ruangan Sukesih datang dengan segelas air minum.
"Oh!" Laras mencoba untuk terus menggosok leher, rasa sakit mendadak hadir, seperti ditusuk-tusuk benda lancip.
Tak!
Tak!
Jarum jam tepat di angka sembilan.
"Buhuk!"
"Nduk, ada apa denganmu!" Sukesih terkejut mendapati Laras dengan mulut sudah penuh darah.
Laras seketika jatuh di atas tempat tidur dengan terus mengejang seraya memegang leher. Leleh darah masih mengalir keluar dari mulut bagian dalam.
"Nduk!"
"Laras!" teriak Sukesih.
"Oh!" erang Laras. Matanya melotot kini.
Panik Sukesih dan tanpa sadar membuang gelas di tangannya.
Prang!
"Bangun, Nduk! Bangun!"
Laras terus berguling ke kanan dan ke kiri. Laju napasnya bak terputus saat itu juga. Sulit baginya bernapas terlebih sakit itu begitu mendera.
Laras berguling ke tepi tempat tidur. Urat-urat di leher mengejang, tangannya mencengkeram kuat alas kasur.
Sukesih tak tahu harus berbuat apa terlebih Sarmento tadi izin untuk kembali ke rumah.
"Nduk, Nduk!"
Hanya itu yang terlontar, sementara tangannya terus mencoba memijat bagian tengkuk sang anak.
"Uek!
"Uek!"
Seketika Laras muntah. Anyir darah menyeruak. Di lantai darah tumpah menggumpal kehitaman.
"Uek!"
"Menyebut, Nduk. Menyebut!"
Sukesih terus memijat bagian tengkuk. Sementara Laras dengan mata mendelik memegangi leher dalam posisi tengkurap di tepi tempat tidur. Dia merasa ada yang berontak keluar dari dalam perutnya.
"Uek!"
"Uek!"
Pluk!
Pluk!
Pluk!
Darah menggumpal masih terus keluar, memercik ke mana-mana.
Bukan hanya Laras yang tak percaya dengan apa yang ia muntahkan, Sukesih pun membelalak begitu menyaksikan darah begitu banyak di lantai, sebagian sudah mengalir.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗣𝗔𝗧𝗜 𝗣𝗜𝗧𝗨
Horror𝗗𝗔𝗙𝗧𝗔𝗥 𝗣𝗘𝗡𝗗𝗘𝗞 𝗪𝗔𝗧𝗧𝗬𝗦 𝟮𝟬𝟮𝟭 𝗗𝗔𝗙𝗧𝗔𝗥 𝗣𝗘𝗡𝗗𝗘𝗞 𝗪𝗔𝗧𝗧𝗬𝗦 𝟮𝟬𝟮𝟯 𝗔𝗺𝗯𝗮𝘀𝘀𝗮𝗱𝗼𝗿'𝘀 𝗣𝗶𝗰𝗸 𝟮𝟬𝟮𝟰 "Aku hanya khawatir akan kelangsungan sintren kita. Tanpa Laras, Turangga Puspa Bangsa tak ada bedanya dengan p...