[2] Nana dan Pelukan

315 26 0
                                    

―enjoy with this story!
Happy reading 🤟―

―enjoy with this story! Happy reading 🤟―

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini― terhitung sudah 3 hari dari sebelumnya
― Narendra pulang ke rumah diantar oleh teman-temannya. Semalam, Ajian terbangun dari tidurnya karena seseorang mengetuk pintu rumah dengan sangat keras. Ajian buru-buru keluar kamar untuk membukakan pintu dan melihat siapa yang datang malam-malam begini. Dengan pikiran yang sedikit linglung―akibat bangun mendadak― Ajian membukan engsel pintu, pikirannya seolah tersadar saat melihat beberapa teman sang Kakak membopong tubuh Narendra.

"Ini ada apa?!" Tanya Ajian panik kala itu.

Halan yang keberatan membopong lantas bersuara, "Aduh ji, biarin dulu kita masuk napa. Tar kita jelasin"

Mendengar itu Ajian mengangguk dan segera membuka pintu lebar-lebar, mempersilahkan Narendra dan kedua teman-temannya masuk. Sesudah mendapat izin, Narendra langsung dibawa dan dibaringkan di kamarnya, tidak lupa Ajian menyelimutinya karena takut Kakaknya kedinginan.

Usai memastikan Narendra nyaman dengan tidurnya, Ajian dan Halan serta Reza keluar kamar, langkahnya pergi menuju ruang tengah untuk membahas janji sebelumnya.

"Sebentar ya, Jian bikinin dulu minum." Ucap Ajian yang mendapat anggukan lalu pergi ke dapur. Tak berselang lama, Ajian kembali dengan nampan berisi dua gelas air putih dan 1 toples makanan. Ia meletakan nampan itu dan langsung ikut duduk dengan keduanya.

"Sebenernya ini ada apa? Kenapa Kak Nana kalian bopong kayak tadi?" Tanya Ajian to the poin.

Halan melirik Reza sebentar, Reza seolah memberikan kode untuk memberitahukan sesuatu. "Kakak lo mabuk Ji."

Satu kata yang membuat Ajian serasa runtuh seketika. Narendra? Mabuk? Ini seperti bukan diri Narendra, Ajian yakin Narendra tidak melakukan hal bodoh itu. Kalau saja Jevan tahu, Narendra akan kena marah besar dari Jevan. Sebab hal seperti ini yang selalu Jevan wanti-wanti kepada kedua adiknya, jangan ngelampiasin masalah lewat mabuk, itu bakalan buat repot banyak orang.

Tapi sekarang, dengan kenyataan yang Ajian dengar itu seolah menjadi kenyataan yang tidak terduga. Benar kata Jevan, 'banyak orang yang direpotkan'. Karena pada dasarnya orang yang sedang mabuk pasti membutuhkan bantuan. Sekeras apapun menolak, ia akan dibantu orang lain.

"M-mabuk? Kok bisa?!"

"Kakak lo mutusin pacarnya, karena ketahuan selingkuh. Mungkin dia sakit hati terus nyari pelampiasan, dan berujung kayak gini" Jelas Halan.

"Malam itu yang kita tahu, Nana cuman pergi cari angin. Tapi selang beberapa jam, teman-teman kita yang biasa di club ngabarin kalau Nana kobam disana" Sahut Reza yang membuat atensi Ajian beralih sepenuhnya. "Kita langsung cari Nana saat itu juga, tadinya mau dibawa kesini tapi dia nolak karena kita mikir ini belum parah dan masih bisa kita tanganin. Tapi akhir-akhir ini Nana sering keluar malam dan pergi ke tempat itu lagi buat ngelampiasin apa yang dia rasa." Sambung Reza menggerakkan tangannya membuat kode kata 'itu'.

Ajian Prakarsa || Jisung Nct (Revisian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang