―enjoy with this story!
Happy reading 🤟――
Usai melepas rindu dengan mendiang sang ibu, pulang ke rumah Ajian dikejutkan dengan adanya seseorang mencurigakan sedang berdiri didepan rumahnya. Ia tidak bisa mengenali sebab orang tersebut memakai helm dan juga jaket yang menutupi tubuhnya. Hingga akhirnya Ajian memberikan diri untuk menghampirinya.
Dengan keberanian yang dimiliki, Ajian bertanya. "Maaf, cari siapa?"
Orang itu berbalik, "oh, selamat sore, Mas. Saya dari pengantarexpress mau mengirim barang atas nama Ajian Prakarsa." Ucap orang itu ramah.
Ajian mengerutkan keningnya, pasalnya ia tidak memesan apapun. "Itu saya sendiri, Mas. Tapi seingat saya, saya enggak pesan barang apapun. Mungkin Mas nya salah alamat?"
Pemuda dihadapannya menggeleng, "enggak, Mas. Ini benar alamatnya, kok. Saya dari tadi disini dan menghubungi orang yang bersangkutan juga katanya emang bener ini alamatnya."
"Ini barangnya, dan Mas silahkan tanda tangan disebelah sini." Pemuda itu memberikan pulpen juga kertas persetujuan kepada Ajian.
Dengan ragu, Ajian mengambil kertas itu dan segera menandatanganinya.
"Terimakasih, Mas, selamat sore." Pamit pemuda kurir itu dengan hangat meninggalkan Ajian yang kebingungan untuk membawa masuk barang itu.
Usai membersihkan diri, Ajian sibuk menyiapkan barang yang akan dibawanya untuk persiapan ikut Olimpiade. Walaupun bukan ia yang akan bertanding, tapi ia diperbolehkan ikut sebagai cadangan. Tapi Ajian yakin bahwa ketiga temannya pasti akan memberikan yang terbaik.
Baru saja ia akan merebahkan tubuhnya untuk beristirahat namun ponselnya berdering. Kemudian ia meraih ponselnya dan menggeser ikon hijau tersebut.
"Halo, Abang!" Seru Ajian antusias setiap kali Jevan menghubunginya.
"Halo, Hamzi, apa kabar?" Balas Jevan diseberang sana.
"Selalu baik, Bang. Abang gimana?"
"Abang juga baik. Tumben belum tidur?"
"Baru beres bersih-bersih, tadi habis dari―" Ajian menjeda ucapannya. Berpikir sejenak harus memberi tahu atau tidak tentang kejadian tadi siang.
"Halo, habis dari mana? Kok diem?"
"Hah? Oh itu habis kerja kelompok. Iya kerja kelompok." Jawab Ajian terpaksa membohongi Jevan.
"Oh gitu, sudah makan?"
Ajian mengangguk, "sudah."
"Nana mana?" Tanya Jevan lagi.
"Kak Nana gak pulang katanya, mungkin di rumah temennya sekalian ngerjain skripsi. Kan, biasa juga kayak gitu. Besok atau lusa juga pasti pulang." Jelas Ajian paham betul dengan kegiatan Narendra jika tidak pulang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ajian Prakarsa || Jisung Nct (Revisian)
RandomIt's about Ajian Prakarsa and the pain. "Dari awal aku datang, aku sudah menduga bahwa semuanya tidak akan baik-baik saja. Kulihat dari raut wajah mereka tampak tidak senang dengan kedatanganku. Tapi ternyata dugaan ku salah, salah satu dari mereka...