[18] Keputusan Ajian

177 15 0
                                    

―enjoy with this story!
Happy reading 🤟―

[Selamat hari raya qurban semuanya bagi yang merayakan!Tahun ini kurban apa? Jangan sampai kurban perasaan yaaa😭🙏😄]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Selamat hari raya qurban semuanya bagi yang merayakan!
Tahun ini kurban apa? Jangan sampai kurban perasaan yaaa😭🙏😄]



Bruk!

Narendra ambruk didepan rumahnya karena Jevan menyeret mendorongnya keluar.

"Pergi kamu dari sini!" Ucap Jevan penuh amarah. "Ini balasan karena kamu selalu nyiksa adik tiri kamu."

Narendra berusaha bangkit, tak perduli kan luka tangan juga lutut yang telah menyentuh tanah karena saking kuatnya Jevan mendorong. Kemudian Narendra berlutut dihadapan Jevan dan menangis sembari memohon.

"Ampun, Bang ..., Maafin Nana, Nana sadar Nana salah. Nana gak mau diusir kayak gini."

Jevan mengangkat sudut bibirnya. "Setelah semua yang udah terjadi, kamu baru sadar kalau kamu salah? Selama kamu nyiksa Jian kamu gak ngerasa salah hah?" Jevan semakin tersulut, ia sudah tidak bisa mengontrol emosinya.

"Apa yang mau Abang maafin kalau Jian udah mati?"

"HAA!"

Tiba-tiba Narendra terbangun dari tidurnya. Dadanya naik turun tidak tenang akibat mimpi buruknya tadi. Lagi-lagi mimpi itu, mimpi yang belakangan ini tengah menghantuinya dan entah pertanda apa yang akan terjadi.

Dilihatnya waktu menunjukkan pukul dua dini hari kemudian Narendra mengambil gelas yang berada disampingnya untuk segera ia teguk habis isinya.

Usai menyimpan gelas Narendra memejamkan matanya sebentar dan menyenderkan punggungnya dipunggung kasur serta mengatur nafasnya agar bisa berhembus dengan normal kembali.

Pikirannya berisik, terus terganggu dengan kalimat Jevan seperti yang ada pada mimpinya. Belum satu minggu Ajian meninggalkan rumah, tapi Narendra merasa kesepian. Ternyata ini yang selama ini Ajian Rasakan.

Narendra beranjak mencari ponselnya. Setelah ia temukan, ia segera mencari satu kontak yang selalu ia arsip kan. Namun entah kenapa, saat ini ia ingin sekali menghubungi nomor itu untuk sekedar menanyakan kabarnya.

Tapi tidak, ia urungkan niat itu kemudian meraih jaketnya dan segera keluar rumah untuk menjernihkan pikiran yang tengah kalut.

Entah kemana.

***

Acara babak final ternyata diundur satu hari sebab panitian mendapat kabar kurang meng-enakkan. Salah satu peserta Olimpiade dinyatakan meninggal dunia akibat kasus tabrak lari. Jadi tidak mungkin jika acara diselenggarakan saat keadaan tengah berduka.

Jenazah akan dipulangkan siang ini, jadi pagi harinya seluruh peserta dan juga panitia beserta juri dan para pembimbingnya kini tengah melakukan penghormatan terakhir kepada murid itu. Semuanya menangis, tidak menyangka jika hal seperti ini akan terjadi.

Ajian Prakarsa || Jisung Nct (Revisian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang