[13] Pembohong?

143 17 0
                                    

―enjoy with this story!
Happy reading 🤟―

―enjoy with this story! Happy reading 🤟―

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sore ini, Clay memutuskan untuk pulang cepat setelah sebelumnya ia meminta izin kepada pelatih basket untuk tidak berlatih. Untungnya tidak dipermasalahkan karena Clay memang jarang bolos. Jadi, bolehlah sekali-kali ia absen latihan. Lagipula ini keaadaan darurat, pikirnya.

Clay sudah mengetahui kabar Ajian dari Reza. Walaupun sebelumnya Ajian sempat membalas chat yang membuat Clay menghela nafas panjang sembari mengelus dadanya. Clay tidak banyak bicara ditelepon, hanya saja, jangan dulu pulang, gue mau kesana. Katanya yang langsung menutup telepon sepihak.

Dan benar. Kini dihadapan Ajian sudah ada Clay dengan raut wajah yang cukup kesal. Bagaimana tidak kesal, daritadi Clay bertanya tentang keadaan Ajian, ia hanya menggelengkan kepalanya dan berucap seolah ia baik-baik saja. Padahal Clay bisa lihat dari raut wajah sang empu yang terlihat pucat.

"Mau ke rumah sakit gak?"

Entah pertanyaan keberapa yang Clay tanyakan kepada Ajian. Namun tetap saja, Ajian menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Suasana menjadi hening. Hanya dentuman jam dinding yang bisa mengisi kekosongan diruangan itu. Clay bergegas mengambil beberapa buah apel yang tadi ia bawa dan mengambil piring serta pisau kemudian mengupaskannya untuk Ajian.

"Aku bisa sendiri Clay." Ucap Ajian, tangannya hendak meraih pisau yang berada ditangan Clay, namun pergerakannya kalah cepat saat Clay menodongkan pisau itu tepat di depan wajah Ajian yang membuatnya refleks memundurkan tubuh.

"Diem! Gak ada yang nyuruh lo ngomong." Ucapnya sembari memicingkan matanya dan menurunkan todongan itu. "Lagian, ya, lo kan masih bisa ngomong nih, kenapa tadi gue tanya lo malah gak ngomong apa-apa?"

"Aku emang baik-baik aj―"

Ucapan Ajian dipotong oleh Clay dengan cepat. "Apanya yang baik-baik aja Jian? Fisik lo? Atau Mental lo?"

Ajian terdiam. Tidak menanggapi perkataan Clay.

"Gue tahu keadaan keduanya gak baik-baik aja Ji. Jangan terus berbohong sama diri sendiri." Sambung Clay yang masih mengupas kulit apel.

Belum ada jawaban. Ajian masih tertunduk sembari memainkan selimut yang menutupi kakinya. Tak mau menatap Clay sedikitpun yang sedang marah kepada dirinya.

"Kenapa sih, lo gak pernah mau cerita tentang keadaan lo? Sesulit itu lo membuka mulut buat nyeritain rasa sakit lo? Gue disini. Gue disini Jian. Gue gak pernah keberatan kalau lo mau cerita. Lo sendiri yang bilang kalau kita harus saling rangkul sebagai teman." Clay kembali mengupas apel yang satunya setelah selesai dengan apel sebelumnya.

Clay mengangkat kepalanya sedikit. "Gue ini temen lo Jian."

Berhenti sebentar dari aktivitas mengupasnya, Clay masih menatap Ajian yang menunduk. "Gue tanya, Bang Jevan mau gak lo begini? Kak Nana mau gak lo begini?"

Ajian Prakarsa || Jisung Nct (Revisian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang