[5] Profit

199 18 0
                                    

―enjoy with this story!
Happy reading 🤟―

―enjoy with this story! Happy reading 🤟―

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kedua mata Ajian perlahan terbuka, ia berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya kemudian mengerjapkan kedua matanya untuk mencari kesadaran dan merasakan suasana sekitarnya. Ajian mendapati Tania tengah tersenyum di sebuah ruangan yang tidak asing adalah kamarnya sendiri dengan lap kompres yang Tania genggam. Ia berusaha mengingat kembali kejadian sebelumnya, pikirannya tertuju pada Narendra. Reflek Ajian merubah posisinya menjadi setengah duduk dan dihantam dengan rasa pusing yang hebat.

Tania yang khawatir lantas medekat dan menenangkan Ajian dari sakitnya, entah kenapa seketika Tania menangis tidak tega. Hingga beberapa menit kemudian Ajian merasa lebih baik.

"Dimana Kak Nana?" Tanya Ajian yang baru saja tenang.

Tania mengerutkan keningnya, lalu ia kembali ingat dengan ucapan bapak tua sebelumnya. "Belum pulang," jawabnya yang sibuk mengaduk bubur.

"Makan dulu ya? Gue udah bikin ini buat lo"

Ajian praktis menggeleng dan segera beranjak dari kasurnya.

"Mau kemana?" Tanya Tania yang khawatir.

"Kedapur, masak buat Kak Nana. Dia pasti belum makan"

Tania menggelengkan kepalanya dan menahan Ajian untuk duduk kembali. Bagaimana bisa ia yang sedang sakit malah memikirkan kondisi Kakaknya? Sedangkan dirinya pun butuh istirahat. "Engga Ji, lo harus istirahat. Lo juga harus mikirin kesehatan lo"

"Tapi Kak Nana bakal marah kalau aku terus diam dikamar." Pungkasnya.

"Enggak. Lo harus istirahat!" Keukeuh Tania. "Gue udah masak tadi sekalian bikin bubur buat lo.

Ajian lantas terdiam dan menurut apa yang di katakan oleh perempuan dihadapannya ini. Dengan telaten Tania menyuapi Ajian dan memberikannya obat membuat Ajian merasa hangat sebab belum pernah saat ia sakit dirawat seperti ini, biasanya ia akan tahan sakit itu dan memilih untuk membiarkannya hilang sendiri.

"Tania"

Sang empu menoleh kalah namanya disebut.

"Makasih ya,"

Tania mengangguk sembari tersenyum sebagai jawaban. Bingun untuk membuka percakapan apa, sebab sedari tadi Tania hanya memandang jendela penuh gurat khawatir. Entah apa yang dia pikirkan. Suasana itu membuat Ajian mendudukkan tubuhnya agar merasa nyaman.

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu bisa ada disini?" Tanya Ajian bertepatan saat ia merubah posisinya.

Tania menoleh lantas mendekat dan duduk di bibir kasur, "gue khawatir sama lo."

Jawaban menggantung itu membuat Ajian mengerutkan dahinya. Bukan itu yang ingin ia dengar, namun tak lama Tania kembali bersuara.

"Gue kesepian disekolah. Jadi gue putusin buat liat lo kerumah." Ujarnya yang menatap manik milik Ajian. "Takut lo kenapa-napa"

Ajian Prakarsa || Jisung Nct (Revisian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang