[22] Setelah Fase Kebahagiaan

123 12 0
                                    

―enjoy with this story!
Happy reading 🤟―

―enjoy with this story! Happy reading 🤟―

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi belum tahu penyebabnya apa soal kematian Dito?" Tanya Tania yang dibalas anggukan oleh Ajian.

Keduanya kini tengah makan siang di perpustakaan tempat terakhir kali mereka bertemu. Sebelum bel istirahat Ajian sudah mengajak lebih dulu kepada Tania untuk makan bersama namun tidak memakan makanan kantin sebab Ajian membawa bekal―yang sudah Narendra siapkan―begitu juga dengan Tania yang sama membawa bekal. Alhasil keduanya sepakat untuk makan di perpustakaan.

Ngomong-ngomong soal larangan makan di perpustakaan, Ajian sudah meminta izin pada guru yang bertugas bahwa tidak akan ada sedikitpun sampah yang tertinggal. Lagipula Ajian yakin jika Tania bukan orang suka membuang sampahnya merata-rata.

"Kasihan, ya, dia? Terus orang tuanya gimana pas tau kabar Dito?" Tanya Tania kembali sebelum satu suapan masuk kedalam mulutnya.

"Kurang tau, soalnya waktu itu lagi hectic pas mau babak final. Pak Rudi juga nyuruh fokus dulu. Tapi, ya, tetep aja, kan, gimanapun dia temen kita. Mana mungkin kita bisa santai-santai aja meskipun keadaannya lagi gak baik," Jawab Ajian setelah satu suapan terakhir lolos melalui kerongkongannya.

"Yang pasti orang tuanya sedih banget." Sambung Ajian kemudian beralih mengambil airnya untuk ia minum.

Tania mengangguk, "Pasti. Tapi lo tau gak? Waktu itu gue pernah liat Dito lemes banget dipinggir jalan tau. Mau gue samperin tapi posisi gue lagi nanggung. Tapi untungnya ada orang-orang yang bantuin dia."

"Oh ya?"

Tania mengangguk antusias. "Iya! Terus tepat di hari itu juga Dito bikin story kalau dia lagi dirumah sakit. Tapi anehnya story itu malah di Closefriend-in. Kayak, kenapa gak story biasa aja gitu biar banyak yang doain kalau dia lagi sakit." Tania masih terus berbicara padahal mulutnya masih penuh dengan makanan.

"Habisin dulu makanan di mulutnya," Ajian membukakan botol yang semula masih tersegel. "Keselek nanti."

Gadis itu lantas menelan makanan yang sudah lembut dalam mulutnya kemudian tersenyum tanpa dosa lalu mengambil botol yang Ajian berikan dan meneguk nya.

"Makasih." Ucap gadis itu tersenyum setelah kerongkongannya terasa lebih lega.

Lelaki itu mengangguk memberi tanda. "Mungkin Dito gak mau banyak yang tau kalau dia lagi sakit." Ajian membalas pertanyaan yang sempat terpotong.

"Ajian," Panggil petugas perpustakaan membuat keduanya menoleh bersamaan. "Ada yang nyariin kamu dari tadi." Sambungnya setelah mendapat respon dari yang dipanggil.

"Siapa?"

"Temuin aja dulu, siapa tau penting." Sahut Tania menyarankan membuat Ajian mengangguk setuju.

Ajian Prakarsa || Jisung Nct (Revisian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang