[1] Khawatir

608 33 0
                                    

enjoy with this story!
Happy reading 🤟―

―enjoy with this story! Happy reading 🤟―

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang anak laki-laki berjalan dengan tergesa-gesa, lebih tepatnya ia berlari sekencang mungkin untuk bisa segera sampai di sekolah. Bisa dibilang hari ini ia terlambat ke sekolah, dan waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lebih lima belas menit. Sebenarnya belum terlambat, hanya saja baginya jika berangkat lebih dari pukul tujuh itu merupakan suatu masalah, karena ia harus berjalan dan mencari angkutan umum untuk menuju sekolahnya.

Hari ini adalah jadwal Ajian untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Bukti fisik berupa tumpukan materi yang ia tenteng menjadi tanggung jawabnya untuk menambah nilai pengetahuan kelompok. Ia tidak memperdulikan berapa orang yang ia tabrak saat berlari, pikirannya hanya satu ia ingin segera sampai ke kesekolah.

Ajian berhasil memasuki gerbang sekolah setelah tiga langkah kakinya masuk gerbang, ia bernafas lega. Tidak sampai disana, ia harus segera berlari ke lantai dua menuju kelasnya untuk mendiskusikan terlebih dahulu tentang materi yang harus dipresentasikan. Disana sudah terlihat beberapa kelompok yang sudah bersiap, dan bisa dilihat bahwa anggota kelompok Ajian yang paling panik.

Brak!

Ajian menyimpan banyak print-an materi di meja hingga mengalihkan atensi seisi kelas menatapnya.

"Inih... Akuh... gak telat kan?" Tanya Ajian dengan nafas yang terengah-engah.

"Lo kemana aja sih? Kenapa bisa telat?! Kenapa juga handphone lo gak bisa di hubungin?" Karren―ketua kelompok bertanya sembari berkacak pinggang. "Lo tau gak sih, kita berdua panik daritadi karena lo belum dateng. Gimana kalau nilai kita ancur gara-gara lo?" Sambungnya masih dengan perasaan kesal.

Ajian hanya menunduk, "Maaf... Handphone ku habis baterai"

Yuna memutar bola matanya malas. "Alah alesan kan lo! Dari awal juga gue udah males buat sekelompok sama lo! Lo itu beban tau gak. Seenggaknya kalo lo bodoh, tenaga lo kek yang bisa kepake!"

"Udah-udah gausah ribut, Bu Indri ngasih kita waktu buat persiapan selama tiga puluh menit jadi masih bisa diskusi." Tania menyahut dan melerai perdebatan kelompoknya. "Kamu Ajian, lebih baik kamu duduk dulu terus minum biar kamu sedikit tenang. Nanti bisa gabung sama kita buat diskusi" Lanjutnya menatap Ajian sembari tersenyum dan disambut anggukkan kecil dari sang empu.

Karren maju dua langkah menghadap Ajian. "Inget ya, ini kali terakhir gue maklumin lo. Sebagai gantinya semua biaya print, lo yang tanggung!" Ucapnya sembari menunjuk dada Ajian dengan telunjuknya.

"Gak bisa gitu dong Kar!" Tania kembali menyahut. "Inikan tugas kelompok, ya berarti semua biaya harus di tanggung kelompok lah. Lo gak bisa nyudutin seseorang karena hal kecil." Ketus Tania, ia benar-benar tidak habis pikir dengan Karren.

Ajian Prakarsa || Jisung Nct (Revisian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang