―enjoy with this story!
Happy reading 🤟――
Dengan segala keberanian yang Ajian miliki, entah keberanian dari mana ia bisa berdiri didepan pintu kamar Narendra dengan sebuah amplop di tangannya. Ajian ingin mencoba meminta Narendra untuk datang dalam pertandingan olimpiadenya meski tahu apa jawaban dari sang kakak nantinya. Ia akan terima jawaban itu se- lapang-lapannya.
Tok tok tok!
"Kak Nana?" Panggil Ajian dari luar.
Ketukan pertama yang Ajian lakukan tidak mendapat sahutan dari dalam kamar Narendra, hingga ia kembali mencoba lagi mengetuknya.
Tok tok tok!
"Kakak?" Panggil Ajian kembali yang beberapa saat kemudian Narendra menyahutnya.
"Paan?!" Sahut Narendra terdengar begitu ketus. Membuat Ajian mengurungkan niat awalnya namun tak jadi.
"Jian mau ngobrol sebentar boleh?" Ucapnya penuh harap yang masih berada dibalik pintu.
"Hmm masuk."
Begitu membuka pintu kamar sang kakak, Ajian mendapatkan Narendra tengah bergelut dengan laptopnya. Sudah bisa Ajian pastikan bahwa kakaknya ini sedang sedang sibuk-sibuknya skripsian.
Ajian lantas mendekati meja belajar milik Narendra dan memberikan amplop itu kepadanya. Merasa penasaran, Narendra segera membuka dan membaca surat itu.
Ajian sudah siap menerima jawaban yang akan Narendra berikan. Ajian merasa lega karena Narendra memberikan kesempatan kepadanya untuk masuk dan memberikan surat itu sekaligus membacanya, tapi disisi lain hatinya seolah kosong kala Narendra membuang surat itu kelantai.
"Gue sibuk." Ucapnya setelah melempar surat dan kembali dengan layar dihadapannya.
"Masih lama kok Kak, nanti dua―"
"Gue bilang gue sibuk! Ngerti gak sih lo?" Sentak Narendra yang memotong ucapan Ajian.
"Pergi! Ganggu orang aja."
Ajian menunduk dan mengangguk, kemudian beranjak pergi meninggalkan Narendra setelah sebelumnya ia meminta maaf dan mengambil kembali surat yang ada dilantai.
Jawaban yang terlontar dari mulut Narendra sudah bisa Ajian duga. Harusnya Ajian tidak memilih untuk mencoba meminta Narendra walaupun sudah tahu jawabannya akan seperti apa. Melihat waktu yang belum terlalu larut, Ajian memutuskan keluar rumah untuk mencari udara segar. Masih dengan surat yang ia genggam, langkahnya membawa Ajian ketempat dimana orang-orang bisa menikmati keindahan.
Danau.
Jika kalian mengira bahwa keindahan danau hanya bisa dilihat saat siang saja, kalian salah besar. Tepian danau yang dihadang dengan pagar besi, juga rambatan lampu kemuning membuat suasana danau menjadi lebih indah diwaktu malam. Banyak orang yang berkunjung setiap harinya karena ini termasuk wisata taman terbuka. Begitu juga Ajian, langkahnya membawa kesini meskipun sekarang tidak terlalu ramai karena sore tadi hujan membuat permukaan aspalnya basah dan hawanya dingin. Mungkin orang-orang sedang memakai selimut tebal sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ajian Prakarsa || Jisung Nct (Revisian)
RandomIt's about Ajian Prakarsa and the pain. "Dari awal aku datang, aku sudah menduga bahwa semuanya tidak akan baik-baik saja. Kulihat dari raut wajah mereka tampak tidak senang dengan kedatanganku. Tapi ternyata dugaan ku salah, salah satu dari mereka...