[8] Gue Bangga Sama Lo

169 20 0
                                    

―enjoy with this story!
Happy reading 🤟―

―enjoy with this story! Happy reading 🤟―

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[ recommended while listening to recommended music ]

Dengan segala bujuk rayu kepada abang ojol untuk mempercepat kendaraannya, akhirnya ajian tiba di tempat yang sudah menjadi tujuan awalnya. Ya, Kampus yang diduduki Narendra beberapa tahun ini. Tak lupa ia membayar dan segera melangkah masuk lebih dalam.

Terlihat beberapa para mahasiswa yang dengan gagahnya menggunakan jas hitam. Begitu juga mahasiswi yang dengan anggunnya memakai balutan kebaya. Keduanya nampak serasi jika saling bersanding. Tak banyak juga dari mereka yang menggunakan pakaian santai ala kampus, membuat Ajian semakin penasaran dengan acara apa yang sedang dilaksanakan.

"Lo siap gak sih buat acara penerimaan mahasiswa baru ini?"

"Siap banget lah gue! secara konsep ini perdana buat penerimaan mahasiswa baru."

"Agak aneh sih, tapi lebih formal dan lebih resmi juga kalau style kating nya kayak gini. Gue makin gak sabar liat nanti siapa pianisnya!" Seru mahasiswi dengan balutan kebaya yang Ajian pikir itu adalah salah satu panitia acara.

"Bukannya diganti sama yang diusulin si Naren ya?"

"Emang iya? Kenapa diganti?"

"Katanya sakit keras dan mengundurkan diri, tapi Naren bilang pianis penggantinya gak kalah jago kok."

Belum selesai mendengar mudi-mudi itu berbicara, Ajian dikejutkan dengan kedatangan Narendra yang menarik tangannya. "Lama banget sih lo! Dari mana aja hah?" Tanya Narendra yang mengajak Ajian ke tempat yang lebih sepi.

"Tadi macet Kak," jawabnya pelan yang tertunduk.

Narendra memutar bola matanya malas kemudian menyodorkan semacam foundation dengan busa bulatnya yang Narendra minta pada sang kekasih untuk Ajian. Tentu saja kekasihnya harus di iming-imingi sesuatu.

Jika kalian berfikir benda itu untuk merias wajah Ajian, kalian salah besar.

"Nih pake sebelum lo tampil nanti." Ucapnya yang membuat Ajian semakin tidak mengerti. "Gue gak mau lihat ada sedikitpun luka di tubuh lo yang bakal tersorot kamera atau para penonton."

"Tapi ini bisa infeksi Kak," protesnya.

"Gue gak perduli! Lo masih bisa main piano kan?" Pertanyaan itu membuat Ajian mengangguk pelan.

"Tampilkan kemampuan lo didepan banyak orang, dan jangan buat gue kecewa." Setelah mengucapkan itu, Narendra menghilang entah kemana. Ajian lantas duduk di kursi yang tak jauh dari jangkauannya, kemudian ia melihat punggung tangannya yang dipenuhi luka akibat gesekan yang ia dapat beberapa hari lalu saat di rumah kecil. Lebih tepatnya saat Narendra menyiksa dan menguncinya. Sebenarnya dalam tubuh Ajian lebih banyak lagi luka yang sudah menghitam, tapi untungnya itu tertutupi oleh baju.

Ajian Prakarsa || Jisung Nct (Revisian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang