[33] Mereka yang Kehilangan (Raga) Arah

185 13 1
                                    

―enjoy with this story!
Happy reading 🤟―

―enjoy with this story! Happy reading 🤟―

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu minggu setelah kepergian Ajian, keadaan Tania masih belum membaik. Ia dikabarkan jatuh pingsan pada saat pemberitahuan kematian Ajian di upacara sekolahnya. Hingga sampai saat ini Tania masih belum bisa masuk sekolah karena masih kurang sehat.

Ayah Ibunya entah kemana, ia menangis karena hanya pada saat hari pertama ia sakit keduanya ada, itupun hanya sekedar mengantar ke dokter setelah itu entah kemana. Harusnya saat seorang anak sakit ada sosok orang tua yang mendampinginya. Bukan terus di tuntut untuk terus mandiri.

Pikirannya kembali teringat pada Ajian. Kalau saja Ajian masih ada, Tania yakin bahwa Ajian tengah menemaninya sekarang. Membuatkan satu mangkuk bubur yang tidak terlalu hancur dan segelas air hangat, serta membantu menyiapkan obat yang harus segera ia telan.

Pernah satu waktu kala itu. Ajian rela izin untuk tidak sekolah dan memilih untuk mengurus dirinya yang tengah sakit. Ayah dan Ibunya pergi ke luar kota, bahkan tidak tahu-menahu tentang dirinya yang sakit. Ajian yang datang dengan dua buah apel yang ia bawa karena tidak punya uang untuk membeli satu parsel buah-buahan sebagai buah tangan, hati Tania bisa dibuat hangat dengan kedatangannya yang cukup panik.

Dengan cekatan Ajian membuatkan bubur dan menyuapinya, memberi obat serta mengompres dirinya dengan air hangat. Satu hari itu benar-benar Ajian habiskan bersama Tania. Dapur yang cukup luas membuat Ajian bisa menguasainya dengan leluasa.

Seperti mendapat energi sehat yang Tania dapat, Tania cukup membaik setelah ia beristirahat. Ia beranjak keluar kamar dan tak sengaja melihat Ajian yang tertidur di kursi ruang keluarga dengan tv yang dibiarkan menyala dan beberapa buku yang tengah Ajian pelajari. Sejenak dirinya dialiri rasa hangat. Entah kenapa sosok laki-laki dihadapannya ini benar-benar tulus merawatnya.

Tania ikut duduk disamping Ajian yang masih tertidur. Kemudian ia tatap lekat wajah tegas itu sembari tersenyum.

"Salah gak, ya, Ji, kalau gue cinta sama lo?" Gumam perempuan itu tanpa sadar.

"Lo selalu ada buat gue, lo selalu bisa buat gue bahagia padahal gue tahu lo juga butuh kebahagiaan lo sendiri."

"Semua orang berhak bahagia. Termasuk lo, lo orang baik. Lo pantas bahagia, Ajian."

Pergerakan Tania yang kini menyender di bahu Ajian dan ikut menonton tv ternyata membangunkan Ajian dari tidurnya.

"Eh, kamu disini?" Tanya Ajian menyingkirkan buku yang berada di pangkuannya dan sedikit membenarkan posisi duduknya.

"Yah, gue ganggu, ya? Gakpapa lo tidur lagi aja."

Ajian tersenyum dan menggeleng, "enggak, tadi aku gak sengaja ketiduran pas baca buku. Kamu udah mendingan?"

Ajian Prakarsa || Jisung Nct (Revisian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang