[31] Kepulangan yang Sebenarnya

286 21 4
                                    

―enjoy with this story!
Happy reading 🤟―

―enjoy with this story! Happy reading 🤟―

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hampir 1 jam lamanya Jevan menunggu, namun Narendra ataupun Ajian tidak terlihat juga. Ponsel keduanya yang tidak bisa dihubungi membuat Jevan semakin cemas. Kemana adik-adiknya ini? Berkali-kali juga ia mencoba untuk mencari kunci rumah namun tetap tidak ia temukan. Ia semakin gelisah, lalu tiba-tiba pikirannya terlintas pada salah satu teman Narendra―Halan―dan segera menghubunginya.

Panggilan pertama tak kunjung terjawab. Tapi Jevan terus mencoba untuk menghubungi Halan.

"Halo, Bang?" Suara diseberang sana akhirnya bisa membuat Jevan menghela napas lega.

"Halo, Halan. Ini Jevan."

"Iya, Bang. Kenapa?"

"Kamu dimana?"

"Diluar, Bang. Kenapa emang?"

"Ini Abang mau tanya, Nana lagi sama kamu gak? Abang telepon tapi handphonenya gak aktif."

Tidak ada jawaban yang Jevan dengar.

"Ajian juga, handphonenya sama-sama gak aktif, kenapa, ya? Pintu rumah juga dikunci, Abang gak bisa masuk."

"Hah?!" Jevan sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga sebab suara Halan sedikit keras. "Bang Jevan di rumah?!"

"Iya."

"Dirumah, di Jakarta?"

"Iya, Halan. Abang udah pulang satu jam yang lalu. Niat mau kasih kejutan tapi orang rumah pada nggak ada."

"Bang .." lirih Halan menjeda ucapannya membuat Jevan terdiam menunggu kata selanjutnya yang diucapkan. "Halan gak tau bener atau enggak ngasih info ini, tapi .."

"Tapi apa?"

"Jian masuk rumah sakit, dia kecelakaan."

***

"Jian .. Maafin gue .. Maafin gue karena udah bikin lo kayak gini .."

Dalam ruangan putih itu, Narendra kembali menangis sembari mengusap jemari Ajian yang masih tak bergerak. Usai kejadian diseretnya Reza, Clay dan Wijaya memilih untuk mengobati luka Wijaya―seperti perintah Reza sebelumnya―dan meninggalkan Narendra sendirian. Sedangkan Narendra yang kebingungan dengan situasi ini kemudian masuk menghampiri Ajian yang masih tenang menutup matanya.

"Ayo bangun, Jian .. gue disini .."

"Lo tahu? Pontang-panting gue nyari lo sama temen gue, semaleman gue gak bisa tidur, bahkan gak ada nafsu makan sama sekali karena gue khawatir sama lo."

"Kadang gue suka ngetawain diri sendiri. Dulu gue kasar banget sama lo sampai-sampai lo sakit gue gak peduli. Tapi sekarang, liat lo kegores dikit aja buat gue khawatir. Apalagi keadaan lo yang kayak gini?"

Ajian Prakarsa || Jisung Nct (Revisian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang