[6] Kalkulator Berjalan

178 18 0
                                    

―enjoy with this story!
Happy reading 🤟―

―enjoy with this story! Happy reading 🤟―

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini Ajian masuk sekolah seperti biasa karena ia juga sudah merasa sehat. Terlebih ia tidak boleh terus bolos karena ia mempunyai tanggung jawab sebagai perwakilan olimpiade. Jam pelajaran pertama dan kedua membuat kepala Tania serasa ingin pecah, sedari tadi ia terus menggerutu hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengajak Ajian ke kantin. Melihat bangku yang belum banyak terisi, keduanya lantas duduk tanpa memesan makanan dari kantin karena Tania sudah membawa lagi bekal untuknya dan untuk Ajian.

"Kamu mau pesan apa? Biar aku yang pesenin." Tawar Ajian pada Tania yang tengah menelungkup kan kepalanya diatas tumpukan tangan yang ia lipat.

Terlihat kepala Tania yang bergerak kesana kemari menginterupsi sebuah jawaban 'tidak'. "Yakin gakmau?" Tanya Ajian meyakinkan.

"Enggak Ji." Jawabnya dengan nada ketus membuat Ajian terdiam dan segera duduk kembali.

"Kamu kenapa? Kayak kurang semangat gitu, ada masalah?"

Bukannya menjawab, yang terdengar adalah helaan nafas panjang yang terasa berat. Bisa Ajian pastikan jika perempuan dihadapannya ini sedang ada masalah. Ditambah dengan kantung mata hitamnya juga pandangannya yang sayu akibat kurang tidur. Ajian tahu, karena tidak seperti biasanya Tania seperti ini.

"Gue kesepian..." Lirihnya pelan namun masih bisa terdengar oleh Ajian.

"Kan aku sama kamu sekarang!"

"Ck! Bukan ituuu..." rengek Tania.

"Terus apa? Kalau mau cerita, kamu bisa cerita sama aku." Ucap Ajian yang tak berhenti menatap Tania, meskipun sang empu masih menyimpan wajahnya dilipatan tangan.

"Woi!" Clay datang secara tiba-tiba dan menggebrak meja membuat keduanya terperanjat. Tania yang sudah bangun dari lipatan tangannya dan hendak berbicara mengenai masalah itu kini hanya mengendus sebal. Menatap Clay dengan tatapan malas.

"Pada ngapain anjir? Pake mojok segala," Clay yang tak merasa bersalah itu lantas duduk di hadapan keduanya.

"Apaan si?! Kita ga mojok ya!" ketus Tania menjawab Clay. "Lo gak lihat apa ni kursi sama meja bukan di ujung tembok?"

Dengan rasa tak bersalahnya Clay hanya menyipitkan mata dan memperlihatkan deretan giginya yang putih. "Iya maaf, kan bercanda doang. Sensi amat lo."

Tania hanya mendelik mengabaikan Clay dihadapannya, "lagi ada masalah," suara itu milik Ajian yang ingin memberitahu alasan dibalik sikap Tania yang sensitif.

"Udahlah gausah dibahas, males gue." Ucap sang gadis yang moodnya semakin turun.

"Ngapain sih lo kesini? Kan masih banyak bangku yang kosong disana!" lagi dan lagi nada ketus itu terdengar oleh kedua lelaki dihadapannya.

Ajian Prakarsa || Jisung Nct (Revisian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang