[20] Olimpiade 2

149 15 0
                                    

―enjoy with this story!
Happy reading 🤟―

―enjoy with this story! Happy reading 🤟―

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Perhatian, kepada para peserta diharap untuk mengisi kembali meja masing-masing untuk melanjutkan babak terakhir."

Kalimat itu menjadi kalimat interupsi yang cukup membuat beberapa orang merasakan degup jantung lebih cepat dari biasanya. Setelah tiga puluh menit diberi waktu senggang, itu tidak membuat para peserta merasa tenang, sebab mereka masih saja memikirkan babak selanjutnya yang akan dilaksanakan.

Tak butuh waktu lama, kemudian ketiga SMA mulai kembali lagi pada meja masing-masing disambut gemuruh tepuk tangan dari para penonton. Tak lupa ketiga SMA tersebut saling beradu tos dan menyebut nama SMA mereka masing-masing guna menjadi penyemangat dibabak ini.

Kali ini yang pertama Ajian lihat―selain para penonton―adalah tiga juri yang sudah duduk dengan siap. Tidak ada yang Ajian kenal dari mereka, namun Ajian yakin mereka adalah orang-orang yang akan menentukan jawaban dari para peserta.

"MASIH PADA SEMANGAT SEMUANYA?!" Teriak pemandu acara yang sama pada babak sebelumnya yang disambut meriah oleh para pendukung dari SMA mereka masing-masing.

"Baik, disini saya hanya selaku pembaca soal. Dan jawaban akan ditentukan oleh ketiga juri yang sudah berada dihadapan kalian." Ucap pemandu acara itu menuju tiga orang yang berada di sisi kirinya.

Tepat sekali dugaan Ajian. Kemudian ketiganya membungkuk memberi hormat secara bergantian.

"Pada babak ini target poin masing-masing tim adalah 100. Poin yang sebelumnya didapat tidak akan dihilangkan hingga poin itu menjadi alat pancing untuk menambah poin selanjutnya. Setiap pertanyaan akan di acak dengan nilai 20 poin. Maka siapa cepat menekan tombol alarm dan menjawab dengan tepat maka mereka dinyatakan mendapat poin. Jika jawaban yang diberikan dinyatakan salah maka poin akan dikurangi 10. Begitu salah satu dari tim sudah mencapai poin 100, makan tim tersebut dinyatakan menjadi juaranya."

"Silahkan kepada para peserta untuk kembali mengecek suara alarm masing-masing." Titah pemandu acara itu setelah sebelumnya menjelaskan sistem babak kali ini.

Oh, babak rebutan ternyata. Batin Ajian berucap.

Kemudian alarm yang menjadi penanda telah mereka cek masing-masing dan mengeluarkan suara yang cukup nyaring serta tak ada kendala. Walaupun mungkin dari beberapa peserta sudah tahu sistem dibabak ini tapi tidak menutup kemungkinan bagi pemandu acara untuk kembali menjelaskannya lagi.

"Baik, kita langsung saja pada soal yang pertama," Pemandu itu berucap bersamaan dengan layar yang menunjukkan kategori soal. 'Bahasa Indonesia.'

Koran sebagai media murah, mudah didapat, terbit rutin, memiliki daya tarik tersendiri (1). Setiap hari Minggu, Koran terbit dengan melampirkan halaman sastra (2). Sampiran ini terdapat pada hampir semua Koran di Indonesia (3). Adapun berbagai tulisan yang terdapat didalamnya, antara lain resensi buku, kritik esai, puisi, cerita pendek, dan lain-lain (4). Sebagai media karya sastra, bagi para penulis lampiran halaman sastra di koran menjadi begitu penting (5)

Ajian Prakarsa || Jisung Nct (Revisian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang