[23] Hak Asuh

179 21 0
                                    

―enjoy with this story!
Happy reading 🤟―

―enjoy with this story! Happy reading 🤟―

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jian," Suara itu milik Narendra membuat yang dipanggil sedikit tersentak. "Makan, jangan ngelamun." Katanya saat melihat Ajian hanya diam saja menatap makanan yang sudah disiapkan oleh Narendra.

"Hah? Oh, iya, Kak." Jawabannya kemudian mengambil sendok dan menyuapkan nasi goreng itu.

"Kenapa? Lo sakit? Gak usah sekolah aja, kita ke dokter mau?" Tangan Narendra sibuk meraih kening Ajian membuat sang empu menghindar dengan spontan.

Ajian menggeleng, "Gak usah, Kak. Jian sehat kok," senyumnya sebentar lalu meraih gelas yang berada dihadapannya kemudian ia minum.

"Jian pamit, ya, Kak," bangkitnya bersamaan dengan kotak bekal yang ia masukan kedalam tas sekolahnya. "Makasih sarapan sama bekalnya." Kemudian ia raih tangan Narendra untuk menyalaminya dan pergi meninggalkan nasi goreng yang baru ia makan beberapa suap dengan Narendra yang menatap heran.

Ajian tahu bahwa melamun dalam perjalanan adalah yang salah. Terlebih lagi ia mengendarai sepeda yang tentunya itu bisa membahayakan entah untuk dirinya atau orang yang ada disekitarnya. Selama perjalanan menuju sekolah ia berusaha keras untuk fokus pada jalan yang ia tempuh, untungnya ia sampai di parkiran sekolah dengan selamat dan segera menyimpan sepedanya.

Hatinya menghangat saat melihat spanduk yang dipasang ditengah lapang sebagai apresiasi pihak sekolah atas kemenangan Olimpiade. Namun tak lama dari sana senyumnya memudar saat menatap foto Clay yang tengah tersenyum. Lantas ia mempercepat langkahnya untuk segera sampai di kelas.

"Dor!" Kejut seorang gadis membuat Ajian tersentak hingga mengusap dadanya perlahan. "Hehehe selamat pagi!" Katanya tanpa rasa bersalah karena telah membuat Ajian terkejut.

"Astaga, ngagetin aja kamu. Selamat pagi kembali." Jawabnya saat menatap gadis itu tengah menyimpan tas.

"Ih, padahal itu pelan tau! Lo nya aja keasikan ngelamun,"

"Ngelamunin apa, sih? Masih pagi juga." Tanya Tania penasaran kemudian duduk berbalik menghadap bangku Ajian.

Ajian hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum kecil. "Udah sarapan?" Tanyanya dihadiahi gelengan kepala oleh sang empu.

"Tumben?"

"Tugas geografi gue belum beres. Semalem mau ngerjain tapi malah ketiduran. Jadinya gue buru-buru bangun dan ngerjain tadi pagi sampe lupa buat sarapan. Tapi ternyata hari ini guru-guru gak bakalan masuk sampai jam istirahat," Gadis itu mencebikkan bibirnya diakhir kalimat.

"Ish! Kesel banget." Gerutunya membuat Ajian tertawa kecil. Sungguh, Tania yang kesal seperti ini terlihat lucu.

"Kenapa kesel? 'Kan, bagus kalau gurunya gak akan masuk. Jadi bisa dipake buat sarapan. Tapi kamu tau darimana kalau hari ini guru gak akan pada masuk?"

Ajian Prakarsa || Jisung Nct (Revisian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang