Chapter 13

669 90 0
                                    

!!WARNING!!

Cringe(?), typo bertebaran, dll.
.
BoBoiBoy hanya milik © Animonsta Studios (Monsta).
.
Cerita ini hanya sebuah karangan (fan fiction), tidak berhubungan dengan cerita aslinya.
.
Cerita ini terinspirasi dari novel "Now Us" karya Aiu Ahra.
.
Happy reading~
.
.
.























.
.
.

Bagian ...?

Jika ini sebuah animasi, maka di kepala Solar terdapat lambang loading yang berputar. Entah apa yang terjadi hingga otak Solar hari ini begitu lamban dalam memproses data yang baru saja masuk.

"Maksudku, aku di sini bekerja," ujar Taufan setelah merasa bahwa teman di depannya itu tidak paham dengan apa yang ia ucapkan.

Lambang loading itu masih berputar. Proses kali ini lebih cepat dari yang tadi. Sekarang, data yang masuk ke otak Solar sudah berhasil diproses.

"Mak-maksudmu, kamu berkerja di kafe ini?" tanya Solar terkejut dengan mata terbelalak.

"Ya ... begitu, deh," jawab Taufan dengan senyum hambar sambil menggaruk bagian belakang lehernya.

"Kenapa kau bekerja? Kedua orang tuamu kemana?" tanya Solar dengan wajah serius.

"Ah, itu ... bukan sesuatu yang dapat aku katakan seenaknya."

Kenapa Taufan bekerja? Apa ia ingin mencari uang tambahan? Atau untuk membantu kedua orang tuanya? Pikiran Solar kini dipenuhi dengan pertanyaan. Percakapannya dengan Taufan yang berakhir menggantung membuatnya terus bertanya-tanya.

Apa ia bekerja setiap hari?

"Hei! Solar!" Suara seseorang berdengung di telinga Solar. Sontak Solar langsung menjauh sambil menutup telinganya dengan tangannya.

"Apa, sih?!" ucap Solar emosi.

Duri hanya terkekeh pelan sebagai balasan. "Habis, Duri panggil-panggil dari tadi enggak dijawab-jawab."

"...," Solar terdiam. Sorot matanya memandangi sepatunya. Kakinya melanjutkan perjalanannya menuju ke sekolah.

"Memangnya, Solar lagi mikirin apa sampai alisnya mau bersatu gitu?" Duri bertanya sambil berjalan beriringan dengan Solar.

Solar terpaku. Perkataan Taufan kemarin membuatnya tidak habis berpikir hingga pagi ini. Memikirkan yang mungkin itu adalah jawaban maupun alasan Taufan.

Akal sehatnya kembali. Ia baru sadar bahwa ia sudah menghabiskan waktu hanya untuk memikirkan jawaban seseorang yang belum pasti. Apalagi pertanyaannya kemarin menyangkut hal pribadi. Tentu Taufan merasa tidak nyaman. Dan Solar malah ingin membuka paksa hal pribadi itu.

Benar, itu hal privasi. Dan privasi itu bukanlah urusanku.

"Tidak apa-apa," kata Solar pada akhirnya.

"Ya, udah, deh," kata Duri menyudahi. "Hari ini, Solar bawa uang lebih?"

"Kenapa? Minta ditraktir?" tebak Solar tanpa rasa berdosa.

"Jangan su'udzon dulu, Lar," bantah Duri sambil merangkul bahu Solar.

"Terus kenapa tanya?"

"Hari ini kan, bayar kas untuk pertama kalinya di kelas delapan," timpal Duri senang. "Tapi, kalo Solar mau traktir Duri, dengan sen-"

Now We're Friends [BoBoiBoy Elemental] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang