Chapter 37

625 77 11
                                    

- Now We're Friends -

Cringe(?), typo bertebaran(?), cerita sedikit amburadul, dll.
.
BoBoiBoy hanya milik © Animonsta Studios (Monsta).
.
Cerita ini hanya sebuah karangan (fan fiction), tidak berhubungan dengan cerita aslinya.
.
Cerita ini terinspirasi dari novel "Now Us" karya Aiu Ahra.
.
Fanart Solar :D
.
Happy reading~

































Jam sudah menunjukkan waktu larut malam, waktu bagi semua orang untuk tidur nyenyak mengisi ulang energi untuk menghadapi hari esok, terutama anak kecil. Namun, anak kecil ini-yang baru saja menginjak usia lima tahun-malah keluar dari kamarnya. Anak kecil itu berjalan tertatih-tatih menuruni tangga sambil membawa topi berwarna putih hadiah dari ayahnya. Satu tangannya berpegangan pada dinding untuk menuntun dirinya turun karena cahaya yang ada hanya berasal dari ruangan di lantai bawah. Sebelum ia berteriak memanggil ibunya, ia mendengar seruan seorang pria dari ruangan di lantai bawah.

"Kau bercanda?!"

Anak kecil tersebut terkejut mendengar seruan ayahnya. Ia berjalan perlahan-lahan dan melihat dua buah bayangan di lantai. Itu artinya, kedua orang tuanya ada di dalam ruangan itu. Tapi, ia mengurungkan niatnya untuk memanggil ibunya dan bersembunyi di balik tembok. Entah kenapa hasratnya mengatakan kalau ia tidak boleh masuk ke dalam sana. Ia terlalu takut untuk masuk mencampuri urusan kedua orang tuanya. Dengan sabar, anak kecil tersebut menunggu sampai urusan orang tuanya reda dan dia bisa meminta ibunya untuk menemaninya tidur.

"Aku memang sudah menghancurkan kepalanya! Tapi dia dululah yang mematahkan leher temanku! Apa kau bisa menutupi fakta itu setelah temanku siuman?!"

Teriakan pria itu masih terus bergema di telinga anak kecil tersebut. Ia merasa heran apa yang membuat pria-yang begitu ramah padanya sambil memberikan topi sebagai kado ulang tahun dengan senyum lebar-berubah menjadi hantu yang galak dalam sekejap.

Apa yang membuat Ayah menjadi marah? batin anak kecil tersebut sambil menggerakkan jarinya mengikuti lekukan logo berbentuk cahaya di topi putihnya.

Ia tak begitu paham apa yang dikeluarkan dari mulut ayahnya. Kata-kata itu terasa asing saat menjadi satu kalimat. Hancur? Apakah seperti tugas kuliah Paman jadi kecil karena dirobek gurunya? Tapi bagaimana Ayah "menghancurkan" kepala? Bukankah kepala itu keras? batin anak tersebut sambil mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri.

"Kau mau aku menjual anakku?!"

Seruan itu berhasil membuat pupil kuning milik anak kecil tersebut mengecil. Ia tahu apa itu menjual. Menjual itu berarti menukar benda dengan sejumlah uang. Apakah ... ia akan ditukar dengan sejumlah uang?

"..."

Tiada suara yang terdengar. Ia hanya mendengar bisikan kedua orang tuanya yang tak bisa ia dengar dengan jelas. Jantungnya semakin berdetak lebih kencang menanti keputusan yang akan keluar dari mulut kedua orang tuanya. Ia memeluk dengan erat topi putihnya. Hawa dingin khas malam hari yang menusuk-nusuk kulitnya membuat suasana di sekitarnya menjadi tidak biasa.

"Baiklah. Aku setuju. Temui aku di lokasi kemarin!" Tuut-

Mata anak kecil tersebut terbelalak. Tubuhnya semakin bergetar ketakutan. Anak kecil tersebut terduduk di lantai sambil menangis dibalik topinya. Ia sudah tak sanggup lagi mendengarkan pembicaraan kedua orang tuanya. Ia takut akan kenyataan yang akan menghampirinya esok.

Samar-samar, anak kecil tersebut melihat sebuah bayangan seseorang yang datang menghampirinya. Ia lalu mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat siapa yang datang dengan mata sembab.

Now We're Friends [BoBoiBoy Elemental] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang