Chapter 28

551 83 8
                                    

!!WARNING!!

Cringe(?), typo bertebaran(?), dll.
.
BoBoiBoy hanya milik © Animonsta Studios (Monsta).
.
Cerita ini hanya sebuah karangan (fan fiction), tidak berhubungan dengan cerita aslinya.
.
Cerita ini terinspirasi dari novel "Now Us" karya Aiu Ahra.
.
Happy reading~































"Karena aku, Solar harus kehilangan ayahnya. Aku ... takut saat melihat tatapannya yang kosong saat itu. Jadi, aku berusaha menjadi teman dekatnya agar ia tidak kesepian," ucap Duri dengan tatapan sendu. Kelopak matanya tertutup, melihat sekilas memori pahit yang melintas di ingatannya.

"Tapi ... setelah dekat dengannya, aku malah jadi gak bisa lepa—"

"Sudah kubilang, kan? Kau tak perlu merasa bersalah dengan kecelakaan hari itu."

"Solar?!" seru Duri terkejut mendengar suara orang yang baru saja ia bicarakan. Rasanya seperti tertangkap basah setelah melakukan tindakan kriminal. Bergegas ia berlari mencari keberadaan sang empunya suara yang ternyata berada di balik rak.

"Solar, biar aku jelas—"

"Apa? Kau masih merasa bersalah dengan kecelakaan itu? Karena itu kau masih berada di dekatku? Atau, kau takut aku sedih saat kau meninggalkanku?" tanya Solar dingin tanpa adanya jeda dalam pertanyaannya.

"BUKAN ITU MAKSUDKU, SOLAR!" bantah Duri keras. Suaranya terdengar gemetaran di udara dibarengi tangannya yang ikut menggigil. "Aku ... Bukan karena itu ... tapi ..."

"Bukankah sudah berkali-kali kubilang," jeda Solar sambil berjalan perlahan mendekati Duri. "Pria itu layak mat*. Jadi kau tak perlu merasa bersalah."

"Solar! berhenti bilang begitu! Beliau itu tetap ayahmu!"

"Walaupun dia seorang penjahat?"

Duri tersentak mendengar jawaban Solar. Ya, bagaimanapun itu juga fakta yang tak bisa ia bantah. "Tapi ..."

"Berhenti mengasihaniku, Duri," ujar Solar lalu pergi meninggalkan Duri.

"Aku .... tidak .... mengasihanimu, Solar," ucap Duri lirih, bahkan tidak sampai ke telinga Solar.

Solar berjalan sedikit cepat menuju pintu perpustakaan. Namun, langkahnya dihalangi Gempa.

"Biarkan Duri menjelaskan maksudnya dulu, Solar," kata Gempa menghentikan aksi Solar yang berniat pergi.

"Aku tak perlu penjelasannya," balas Solar sambil menyenggol pundak Gempa lalu pergi menjauh.

"Solar! Tunggu!"

Dia berteman karena kasihan padamu. Dia berteman karena kasihan padamu. Dia kasihan padamu, Solar. Dia kasihan padamu. Sadarlah! batin Solar berjalan cepat sambil berusaha menghiraukan panggilan Duri padanya.

Suara teriakan batinnya terus mengusik pikiran Solar. Matanya terpejam erat sambil berusaha menahan air mata. Kakinya terus menambah kecepatan berjalannya. Jalan di sekitarnya menjadi tidak terlihat. Solar tidak peduli hal itu. Sekarang, yang bisa ia pikirkan hanyalah "kabur" sejauh-jauhnya dari Duri.

Sreet ..!

Rompi baju Solar ditarik kuat ke belakang oleh seseorang. Saat itu juga, kelopak matanya terbuka dan pandangannya menjadi jelas. Sebuah tembok berdiri gagah di depannya. Solar memutar kepalanya ke belakang. Ingin tahu siapa yang baru saja menariknya.

"Matamu melihat ke mana?" tanya Halilintar  dengan tatapan angkuh yang tertuju pada Solar.

"Bukan urusanmu," ujar Solar mengalihkan pandangannya, tak ingin menunjukkan wajahnya yang berantakan. Mungkin, ia juga malu karena dirinya yang hampir menabrak tembok di depan tembok. Tangannya menaikkan kacamatanya yang melorot dari tempatnya. "Bisa tolong ... lepaskan."

Now We're Friends [BoBoiBoy Elemental] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang