Chapter 29

569 89 23
                                    

!!WARNING!!

Cringe(?), typo bertebaran(?), dll.
.
BoBoiBoy hanya milik © Animonsta Studios (Monsta).
.
Cerita ini hanya sebuah karangan (fan fiction), tidak berhubungan dengan cerita aslinya.
.
Cerita ini terinspirasi dari novel "Now Us" karya Aiu Ahra.
.
Happy reading~
































Penghapus ... Dimana kamu?! batin Ice sambil terus menatap liar ke arah kanan-kirinya mencari keberadaan penghapus. Rasanya, Ice sudah memutari minimarket ini sebanyak tiga kali. Dan minimarket ini tidak layak disebut "mini" karena ukurannya yang besar juga luas. Kaki Ice sudah pegal-pegal dan ingin segera duduk.

Muncullah wahai penghapus papan tulis di manapun kau berada ...

"Ice, sudah ketemu, nih," ujar Halilintar sambil menunjukkan penghapus papan tulis di tangannya.

Raut wajah Ice yang kelelahan begitu mendengar ucapan tersebut langsung menunjukkan rasa lega. Entah ia harusnya berterima kasih pada Hali atau masih kesal dengannya. Yang pasti, urusan ia di sini sudah selesai. Ia bisa langsung pulang setelah ini.

"Kau keluar aja dulu. Biar aku yang bayar," ucap Hali berjalan menuju arah kasir meninggalkan Ice.

Ice hanya menganggukkan kepalanya pelan sambil berjalan ke pintu minimarket. Tangannya mendorong pintu yang tertulis label "tarik" dan berjalan ke luar. Tidak tersedia kursi di luar, Ice terpaksa berdiri sambil menyenderkan tubuhnya di tiang bangunan.

Setelah keluar dari minimarket itu, otak Ice yang tengah gabut kembali mengingat pertanyaannya tadi. Kenapa tiba-tiba Hali mengajaknya pergi keluar bersama? Dia bukanlah anggota piket hari ini. Dia tadi hanya mampir sebentar ke dalam kelas karena tertinggal sesuatu. Lalu tiba-tiba "menarik" Ice pergi membeli penghapus bersama. Seharusnya itu dilakukan oleh anggota piketnya. Yah, walau bisa saja dilakukan Hali karena dia anggota kelas. Tapi, jika seandainya Ice jadi Hali, Ice akan langsung pulang. Dia tidak akan peduli.

Kepala Ice yang memanas karena berpikir, tiba-tiba merasakan hawa dingin merembes di kepalanya. Refleks ia langsung memutar kepalanya untuk menghindar. Di belakangnya, Halilintar berdiri sambil membawa sekantong kresek. Anehnya, Hali terlihat tampak lebih tinggi dari biasanya. Barulah Ice sadar kalau dia tengah duduk dengan tetap bersender pada tiang. Mungkinkah dia tadi merosotkan diri?

"Apa itu?" tanya Ice mengalihkan keterkejutannya dengan pertanyaan. Dia sendiri juga penasaran. Kenapa penghapus bisa sedingin itu?

"Minum. Mau gak?" tanya Hali menyodorkan kresek itu.

"Kau pakai uang kas kelas?" tuduh Ice tanpa memedulikan minuman dingin yang disodorkan padanya.

"Uang kas hanya cukup untuk beli penghapus," jawab Hali menarik kembali kreseknya. "Kalau gak mau, ya udah." Hali memalingkan wajahnya lalu hendak meninggalkan Ice.

"Eh, iya iya." sahut Ice cepat sambil mengambil kresek di tangan Hali sebelum dia pergi. Apa sih? Dari tadi kok aku nuruti perkataan dia terus. "Terus, ini pakai uangnya siapa?" Ice membuka kantong kresek tersebut lalu mengambil botol minuman itu. Jari jemarinya berusaha membuka tutup botol yang tertutup dengan rapat. Pikirannya berpikir kalau mungkin saja Hali yang membelinya. Tapi, kenapa ia malah memberikan minuman ini padanya?

"Gratis," jawab Hali santai.

Mbuuuufffff ...! Seketika Ice tersedak minuman yang baru saja masuk ke dalam kerongkongannya. Matanya terbelalak mendengar ucapan Hali. Gratis? Really?

Now We're Friends [BoBoiBoy Elemental] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang