Chapter 32

602 91 23
                                    

!!WARNING!!

Cringe(?), typo bertebaran(?), cerita sedikit amburadul, dll.
.
BoBoiBoy hanya milik © Animonsta Studios (Monsta).
.
Cerita ini hanya sebuah karangan (fan fiction), tidak berhubungan dengan cerita aslinya.
.
Cerita ini terinspirasi dari novel "Now Us" karya Aiu Ahra.
.
Happy reading~












































Kelas pagi ini sepi. Ruangan kelas yang biasa dihuni makhluk kelas belum datang seluruhnya. Hanya ada satu murid di dalamnya. Ia sedang bercekcok dengan soal matematika yang merupakan PR yang harus dikumpulkan hari ini pada jam terakhir. Jika tidak segera dikumpulkan, siap-siap saja dieksekusi dengan rotan Cikgu Papa.

"Hm? Seorang pemuda memiliki piring putih dengan diameter 14 cm. Ia juga memiliki piring hijau yang sudah pecah setengah lingkaran. Piring hijau itu memiliki jari-jari yang panjangnya sama dengan diameter piring putih. Pertanyaannya, temukan pecahan piring hijau yang lain! Lah?! Dey! Manalah aku tahu! Carilah sendiri! Jangan bawa aku dalam urusanmu!" gerutu murid itu marah-marah saat membaca soal.

"Pagi-pagi sudah marah-marah saja, Pal."

Murid itu—Gopal—lalu mendongakkan kepalanya, menatap murid yang baru saja datang. Murid yang baru saja datang itu balas menatap dari pintu kelas. Senyum menggoda tertarik ke atas.

"Nanti cepat tua lho, Pal," goda Taufan tersenyum jail.

"Suka-suka akulah," jawab Gopal enteng. "Ngomong-ngomong, apakah kamu sudah menyelesaikan PR dari Cikgu Papa, Pan?"

"Sudah, dong!" ucap Taufan bergaya sombong. "Walau baru 10 dari 40 soal."

"Wahahahaha! Itu namanya belum selesai!" Gopal tertawa terbahak-bahak sampai menangis sambil memukul-mukul bangkunya.

"Dih, memang lu udah?" Taufan mengambil buku tulis Gopal dengan cepat. "WAHAHAHAHA! LU BARU MULAI DARI NOMER 1?!"

Gopal menarik paksa buku tulisnya yang dipegang Taufan. Matanya melirik sinis ke arah Taufan. "Yang penting gue udah mulai ngerjain."

"Iya-iya deh," sahut Taufan menjauh. "Aku gak akan ganggu orang yang berusaha ngerjain dari nol."

"Sana-sana! Pergi jauh-jauh!"

"Nomer 12 ini gimana?" Taufan menunjuk salah satu soal. Dalam soal itu, terdapat kotak gambar yang berwarna hitam legam. Sedangkan pertanyaannya menanyakan bentuk bangun ruang apa yang ada di dalam kotak gambar tersebut.

"Mana kutahu. Aku kan gak punya mata indigo," balas Gopal sambil mengedikkan bahunya. "Bentar," ucap Gopal mulai memperhatikan soal nomer 12.

"Cap-cip-cup kembang nuklir, meledak di dunia lain, kuntilanak pada panik, manjat pohon dekat jurang!" Jari Gopal menunjuk pada salah satu jawaban. "Nah, jawabannya B!"

"Heh, ini bukan soal tebak-tebakan." Taufan memasang wajah datar.

"Tapi soalnya ngajak tebak-tebakan!"

"Pantas saja lu selalu dapat peringkat terakhir. Sukanya nebak doang!"

"Ngaca! Lu termasuk peringkat terbawah, lo!"

"Setidaknya guwe lebih mending!"

"Tapi termasuk bawah, kan?!"

"Kalian ngapain?"

Taufan dan Gopal langsung menghentikan debat mereka lalu menolehkan kepala mereka. Memandang manusia yang berdiri menatap mereka berdua dari pintu kelas.

"Ngerjain soal matematika," jawab Taufan.

"Hm! Kalian baru ngerjain? Aku sudah berhasil menjawab seperempat soal!" Blaze mendengus bangga.

Now We're Friends [BoBoiBoy Elemental] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang