Chapter 38

523 80 1
                                    

- Now We're Friends -

Cringe(?), typo bertebaran(?), cerita sedikit amburadul, dll.
.
BoBoiBoy hanya milik © Animonsta Studios (Monsta).
.
Cerita ini hanya sebuah karangan (fan fiction), tidak berhubungan dengan cerita aslinya.
.
Cerita ini terinspirasi dari novel "Now Us" karya Aiu Ahra.
.
Funny fanart again! :D
.
Happy reading~


































Seorang remaja jongkok di depan teras rumah tetangganya. Mata hijaunya sibuk memperhatikan semut-semut yang berjalan beriringan. Tangannya mengambil sebuah ranting kecil, lalu ranting itu diletakkan di depan semut-semut itu. Semut yang ada di depan pun berjalan menaiki ranting di depannya. Semut-semut di belakangnya lalu mengikuti langkah sang pemimpin menaiki ranting di depan mereka.

Remaja itu tersenyum lebar saat semut-semut itu melewati ranting yang diberikannya. Ia lalu mengambil sebuah batu kecil dan diletakkan di depan semut-semut. Sayangnya, semut yang ada di depan sendiri membelokkan arah jalannya sehingga dia maupun semut yang di belakangnya tidak menaiki baru yang ada di depan mereka.

Remaja itu nampak sedih. Tapi, ia tak menyerah. Ia menoleh ke kanan dan kirinya mencari sesuatu. Lalu, ia melihat elihat sehelai daun di dekatnya. Ia ambil daun tersebut dan ia letakkan di depan semut-semut tadi. Ia merasa girang lantaran semut-semut itu akhirnya berjalan menaiki daun yang diletakkannya.

Krriieeett ...

Terdengar sebuah pintu terbuka. Remaja itu sontak menoleh ke belakang dan menatap ke arah pintu yang baru saja mengeluarkan sosok dari dalam rumah. Matanya mengerjap-ngerjap menatap sosok tersebut. Merasa ada yang aneh.

"Lo ngapain lihat gue kayak gitu, Ri?" tanya sosok itu heran. Baru saja ia keluar rumah, tapi sudah mendapatkan tatapan yang tidak mengenakkan. Siapa yang tidak merasa risih?

"Solar?" Bukannya menjawab, Duri malah bertanya balik pada sosok itu. Jari telunjuknya menunjuk ke arah sosok itu. Ia masih menatap dengan tatapan yang sama dari tadi.

"Iyalah! Lo pikir gue siapa?" balas Solar seraya berjalan ke arah Duri. Ia lalu duduk di tangga teras. Tangannya mulai sibuk memakaikan sepatu di kakinya.

Duri masih belum berhenti menatap ke arah Solar. Ia amati benda asing yang membuat Solar menjadi asing. Matanya mengamati benda itu dengan begitu lekat. Tangannya gatal untuk tidak menyentuh benda itu.

"Ri, sumpah lo ngapain lihatin gue kayak gitu? Risih tahu!" ujar Solar mulai merasa terganggu dengan perlakuan Duri. Tangan kanannya mendorong pelan kepala Duri yang semakin lama semakin dekat dengannya. Ia juga menyingkirkan tangan Duri yang menempel pada benda yang dipakainya.

"Habis, Duri gak pernah tahu Solar pakai itu? Kenapa tiba-tiba Solar pakai topi?" tanya Duri heran sekaligus kesal. Bibirnya manyun ke depan karena ia belum lama meraba topi putih yang ada di kepala Solar.

Topi putih tersebut tak sepenuhnya berwarna putih. Di bagian lidah topinya berwarna abu-abu. Terdapat motif khas yang rumit dengan memuat elemen kotak dan setengah lingkaran berwarna kuning menyala. Terdapat tiga buah tanduk kecil di atas topinya berwarna jingga. Di bagian depan, sebuah logo berbentuk cahaya terpasang di sana.

"Ingin saja. Kenapa memangnya? Jelek?"

"Gak! Keren, kok!" puji Duri sambil menunjukkan kedua jempolnya. Senyumnya yang membawa aura positif membuat Solar yakin kalau itu tulus.

Solar tersenyum miring menanggapi pujian Duri. Bersyukur karena tak dipandang aneh atau norak dengan perubahan penampilan. "Thanks."

"Tapi kenapa pakainya miring?" tanya Duri lagi yang merasa heran dengan posisi topi Solar yang berbeda. Normalnya, lidah topi menghadap ke depan. Tapi topi yang dipakai Solar lidah topinya menghadap ke depan namun serong ke kiri. Hal itu membuat mata kiri Solar tertutup sedikit oleh lidah topi.

Now We're Friends [BoBoiBoy Elemental] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang