!!WARNING!!
Cringe(?), typo bertebaran(?), dll.
.
BoBoiBoy hanya milik © Animonsta Studios (Monsta).
.
Cerita ini hanya sebuah karangan (fan fiction), tidak berhubungan dengan cerita aslinya.
.
Cerita ini terinspirasi dari novel "Now Us" karya Aiu Ahra.
.
Happy reading~Percakapan di minimarket tadi seketika menyita 97% pikiran Solar. Otaknya yang jenius seketika loading parah.
Ibu tiri? Jadi, Halilintar dan Gempa bukan saudara kandung? Terus, kenapa Hali kabur dari bapaknya? Apa bapaknya juga bukan bapak kandungnya? Apa sebenarnya Hali itu anak ...
Solar menggelengkan kepalanya cepat, guna menyingkirkan pikiran gila dari otaknya. Sudahlah! Daripada ia memikirkan masalah keluarga orang lain, lebih baik ia mengerjakan tugas.
Solar duduk di kursi roda kamarnya. Lalu mengambil buku di atas meja. Namun, matanya bukan mengarah ke buku yang akan ia ambil, melainkan amplop yang entah datang dari mana.
Solar langsung membuka amplop tersebut tanpa membaca nama pengirimnya. Tanpa ia baca pun, ia tahu siapa yang mengirimnya.
Ibu.
Matanya bergerak dengan cepat membaca pesan yang amat sangat panjang itu. Yah, mungkin efek karena hari itu ia membalas surat dari ibunya. Jadi, pesan yang dikirim beliau dua kali lipat lebih panjang dari kemarin.
'Ibu harap, Solar mau menjemput ibu waktu ibu keluar nanti.'
Sontak Solar langsung menengok ke arah kalender. Yah, beberapa bulan lagi ibunya akan keluar. Hatinya sedikit gelisah, namun tiga perempatnya timbul rasa yang tak dapat dijelaskan.
Kalau ibu sudah keluar, aku harus bersikap bagaimana?
~o0o~
"Perlu gue papah?" goda Gopal.
"Gak! Gue bisa sendiri!"
"Yakin sendiri?" tanya Gopal mematikan.
"Hehehe ... enggak," jawab Blaze cengengesan.
"Ayolah! Apa kau ingin membuat mereka menunggu?! Kau tinggal ngomong sama mereka, mudah kan?!" tanya Gopal berseru sambil menunjuk kumpulan anak-anak yang duduk melingkar di tengah lapangan. "Aduh! Aduh! Sakit tahu!"
"Memang lu pikir mudah?!" balas Blaze keras setelah mencubit lengan Gopal. "Perlu keberan—"
"Lebih baik mengatakan pada mereka sekarang daripada kau harus terus bersembunyi, Blaze! Tidak selamanya kau bisa menghindari mereka!" seru Gopal memberi hidayah.
Blaze terdiam. Baru kali ini ia dimarahi Gopal selain waktu ia tidak berhasil menendang bola ke dalam gawang.
Tapi, benar apa yang dikatakannya. Aku tak bisa terus seperti ini, batin Blaze menunduk.
"Keren gak kata-kataku, tadi? Itu kalimat yang diucapkan karakter favoritku di game—"
"Ayo lakukan!"
Blaze melangkah keluar dari tempat persembunyiannya. Ia berjalan terlebih dahulu ke arah lingkaran teman-temannya. Langkahnya terasa berat. Tangannya gemetaran dibasahi keringat. Wajahnya menunjukkan raut ketakutan walau samar.
Pikiran-pikiran negatif mulai memasuki otak Blaze. Ia takut akan melihat pandangan tak mengenakkan yang dilontarkan teman-temannya padanya. Sontak bayangan masa lalu menerjang masuk ke dalam otaknya dengan begitu mudahnya. Di mana saat itu dirinya hancur. Hancur karena ia tak bisa bermain bola hanya karena bertubuh lemah. Dibedakan hanya karena tubuhnya lemah. Diasingkan hanya karena tubuhnya lemah. Napasnya sedikit memburu mengingat hal itu. Sebulir keringat menetes di dagunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Now We're Friends [BoBoiBoy Elemental] ✔
Fanfiction[Completed] [Side Story Coming Soon] Solar dan Duri adalah sepasang teman dengan hubungan yang sangat baik. Tapi, semua itu berubah saat Duri mengajak Solar pindah kelas. Owh, meninggalkan kelas unggulan memanglah bukan perkara sulit. Namun, bukan i...