- Now We're Friends -
Cringe(?), typo bertebaran(?), cerita sedikit amburadul, dll.
.
BoBoiBoy hanya milik © Animonsta Studios (Monsta).
.
Cerita ini hanya sebuah karangan (fan fiction), tidak berhubungan dengan cerita aslinya.
.
Cerita ini terinspirasi dari novel "Now Us" karya Aiu Ahra.
.
Fanart Blaze! 0v0
.
Happy reading~"Blaze, gue sudah tanya baik-baik. Jangan mancing emosi gue mulu, dah," balas si "tamu tak diundang", yaitu Arif. Raut wajahnya—yang awalnya terlihat angkuh—sekarang merengut kesal. Pasalnya, si Blaze tidak menjawab pertanyaannya dan malah mengatainya tamu tak diundang—walau memang benar.
"Siapa juga yang mau mancing? Aku lebih suka nangkap ikan di sungai pakai kedua tanganku," balas Blaze main-main sambil menunjukkan kedua tangannya. Seperti ada efek sparkle di dekat tangannya.
"Gue gak tanya lu mau mancing pakai apa! Mau pakai tangan, jaring, pelampung, atau rumput juga gue gak peduli!" seru Arif yang sudah meledak-ledak sampai-sampai kaleng minuman di tangannya remuk.
"Gue juga kagak peduli mau lo datang ke sini apa enggak!" timpal Blaze tak kalah keras. Ucapannya semakin membakar api kemarahan di dalam hati Arif.
"Lo tuh dari tadi bikin darah tinggi mulu! Jangan mancing emo—"
"Hoi-hoi! Lo mau ngulang kalimat pertama chapter ini?!"
"Lo dulu yang mulai!"
"Kita sedang di rumah sakit, jangan samakan dengandi tengah lapangan," sela Halilintar di tengah-tengah perang. Ia tampak berusaha tenang di tengah situasi panas yang bisa dilihat dari mimik wajahnya.
Blaze menoleh ke kanan dan kirinya. Memastikan tidak ada orang yang menyaksikan debat kanak-kanaknya. Untungnya, lorong ini lumayan sepi. Mungkin karena di sini bukan tempat rawat inap.
Arif spontan menoleh ke arah Halilintar. Dia memang menyadari keberadaan Hali sejak awal. Hanya saja karena Blaze sudah memantikkan api kemarahan di hatinya, ia jadi melupakan keberadaan Hali.
Mata Arif menatap nyalang ke arah Halilintar, namun senyum miringnya terlihat meremehkan. Ia hendak mengucapkan sesuatu untuk memancing amarah orang temperamen di depannya. "Kau tidak bosan menjadi pahlawan?"
"..." Halilintar tidak menjawab. Ia hanya balas menatap tatapan tajam dari Arif sebelum berucap; "Berhentilah."
"Or what? Apakah kau bakal membantingku ke tanah lagi? Oh, iya. Tanganmu dalam kondisi yang sama dengan kakiku. Walau kau pernah meretakkan dinding dengan tanganmu itu, tapi pasti doktermu sudah memperingatimu," ujar Arif sambil tersenyum miring. Nada suaranya terdengar merendahkan lawan bicaranya.
"Aku memang dilarang menggunakan tanganku untuk sementara waktu. Tapi, tanganku yang satunya lagi masih bisa menutup mulutmu sekali lagi," balas Halilintar tanpa merasa tersinggung. Ia malah membalas ucapan Arif dengan nada yang tajam.
"Tenang, Li. Kakiku masih kuat untuk menendang bola ke wajahnya hingga bonyok," timpal Blaze ikut memanaskan suasana.
Arif mengalihkan pandangannya ke arah Blaze kembali. Ia memasang wajah datar kepada Blaze karena merasa Blaze tidak nyambung. Namun, Arif menangkap keberadaan orang lain di samping Blaze—yang sedari tadi ternyata memperhatikannya. Tatapan orang itu terlihat mengidentifikasi setiap sikap dan ucapannya dari tadi.
"Kenapa OSIS sekolahmu ikut ke sini? Apakah dia bodyguard barumu?" tanya Arif yang seketika membuat ekspresi wajah Gempa berubah. Dia hendak bangkit membalas perkataan Arif, namun tangan Halilintar memintanya untuk duduk lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Now We're Friends [BoBoiBoy Elemental] ✔
أدب الهواة[Completed] [Side Story Coming Soon] Solar dan Duri adalah sepasang teman dengan hubungan yang sangat baik. Tapi, semua itu berubah saat Duri mengajak Solar pindah kelas. Owh, meninggalkan kelas unggulan memanglah bukan perkara sulit. Namun, bukan i...