Chapter 3

965 104 26
                                    

!!WARNING!!

Cerita jelek, tulisan tidak bagus, dll.
.
BoBoiBoy hanya milik © Animonsta Studios (Monsta).
.
Cerita ini terinspirasi dari novel "Now Us" karya Aiu Ahra.
.
Cerita ini hanya sebuah karangan, tidak berhubungan dengan cerita aslinya.
.
Happy reading~











Waktu terus berlalu. Perlahan-lahan kelas mulai dimasuki beberapa siswa. Seperti reunian, ketika mereka bertemu teman lama, langsung bersorak ria dan bergembira. Seketika kelas yang tadinya gelap dan sepi, berubah ramai kek pasar.

Anak bermata biru tadi juga tidak terlihat.

Oh, siapa peduli? Aku berharap memang dia salah masuk kelas, batin Solar senang, but wajahnya yang uhuk-tampan tetap datar sambil membaca buku. Duri yang di duduk sebelahnya hanya memperhatikan kelas barunya, ramai dan berisik.

Tiba-tiba, pintu kelas yang sedikit tertutup didobrak hingga menghantam dinding. Untungnya pintu tidak lepas ataupun hancur. Hanya saja dindingnya  meninggalkan luka.

Apa salahku :') ucap dinding bertelepati kepada pintu.

Kita hanya benda mati, ding. Salahkan orang yang tidak ada akhlaknya mendorongku hingga melukaimu, balas si pintu.

Lantas, bagaimana bisa kita bertelepati?! kata si dinding bertelepati (again) kepada pintu, panik.

YNTKTS, balas si pintu cuek

Okey, back to the story.

Sontak seluruh murid di kelas mengalihkan perhatian ke arah sumber suara. Tampak si pelaku sedang membungkuk, menarik napas dengan terburu-buru, lalu mengangkat wajahnya.

Nani? Solar cukup terkejut begitu mengetahui wajah anak itu. Lebih tepatnya warna matanya. Mirip dengan si triplek biru tadi.

Tapi Solar kembali berasumsi bahwa mereka bukan orang yang sama. Dilihat dari segi wajah dan penampilan. Si triplek biru memiliki warna mata biru muda. Poni rambutnya juga sedikit menutupi matanya. Dia juga mengenakan rompi panjang. Dan badannya ge-ehem sedikit gemuk. Ya, hanya sedikit.

Sedangkan si 'pendobrak pintu' ini juga  memiliki mata berwarna biru. Tetapi, warna birunya sedikit gelap. Garis matanya juga terlihat ceria, tidak seperti garis mata si triplek biru yang datar. Poni rambutnya tidak menutupi mata, cocok dengan wajahnya. Badannya tinggi dan ramping. Dia juga mengenakan rompi tanpa lengan.

Okeh, cukup mengatai fisik orang, bek tu nde stori.

Wajah si pendobrak pintu terlihat kelelahan, sepertinya dia habis berlari. Sebelum berbicara, dia menarik napas panjang terlebih dahulu.

"Alhamdulillah ... huh ... Gurunya belum ... huh .... dateng ... huh ..." ujarnya terputus-putus.

"Gimana mau dateng? Bel aja belum, Pan," jawab seseorang yang ehem—maaf—berbadan gempal dan duduknya berada di barisan belakang.

"Lho, kau juga masih betah di kelas B ya, Pal!" sahut anak yang tadi dipanggil 'Pan'—ceria. Senyumnya melebar. Wajah lelahnya sudah tidak terlihat. Bagaikan menemukan harapan baru.

"Hehe, iya dong! Cikgu Papa kan orang yang seru," balas anak yang tadi dipanggil 'Pal'—santai.

Langsung si pendobrak pintu itu berlari dan duduk di dekat anak berbadan gempal itu. Seluruh kelas langsung melanjutkan aktivitas masing-masing, seperti merasa ini kejadian biasa.

"Tadi tuh jam di rumahku udah jam delapan kurang seperempat. Ya, aku panik. Langsung aja aku naik skateboard-ku terus berangkat ke sekolah," cerita si pendobrak pintu.

"Jamnya mati paling, Pan," timpal si gempal.

"Ini belum ada jam tujuh, kok," sahut seseorang yang duduk di bangku depannya.

"Weh, gem! Kau gak jadi pindah?" seru si pendobrak pintu senang mengetahui orang yang duduk di bangku depannya.

"Iya nih, aku juga terkejut tadi lihat si calon ketua OSIS masih di kelas B," ujar si gempal ikut menimpali.

"Hehe, kerasan aja. Lagipula Cikgu Papa guru yang seru," jawab anak yang tadi dipanggil 'gem'—sambil tersenyum lembut, kek malaikat.

"'Cikgu Papa' itu siapa, Ri?" tanya solar berbisik kepada Duri. Dari tadi diam-diam dia mendengarkan pembicaraan di bangku belakang. Selain itu, salahkan mereka yang berbicara keras kek toa yang dipakai abang-abang tukang rosok (seperti pengumpul barang bekas, mungkin?).

"Oh, beliau itu wali kelas kita, Sol," jawab Duri seperlunya.

Tadi 'Lar', sekarang 'Sol', besok apa?! batin Solar tertekan.

~o0o~

(Na-chan : pertama kalinya pakai ... itu ☝️*gak tahu namanya)

T

ing~ Tong~ Teng~

Suara bel masuk menggema ke seluruh pelosok sekolah. Memerintahkan seluruh murid untuk segera masuk ke kelas dan bersiap untuk belajar. Memerintahkan anak yang baru datang untuk segera berlari ke kelasnya. Memerintahkan cecak berhenti menggibahkan kucing tetangga dengan kadal (?).

Mendengar bel itu, murid-murid di kelas 8B terburu-buru kembali ke bangkunya masing-masing. Mengeluarkan suara gemuruh. Solar yang memang sudah duduk di bangkunya hanya diam, mengeluarkan buku dan alat tulisnya.

Tepat setelah bel berhenti berbunyi, pintu kelas tiba-tiba dimasuki seseorang. Orang yang bukan Solar tunggu.

Ya Allah, apa yang dia lakukan di sini?!

Benar, si triplek biru.




Si triplek biru itu tidak datang sendiri. Dia bersama seseorang. Dari segi penampilan, Solar sudah menebak bahwa sifat mereka berbeda jauh.

Tidak seperti kebanyakan murid—yang memakai rompi ataupun jaket sekolah—dia hanya mengenakan kemeja putih. Tidak, rupanya dia juga mengenakan rompi. Tetapi, rompi itu diikatkan di pinggangnya. Rambutnya berantakan, tapi tidak menutupi matanya. Matanya yang berwarna jingga kemerahan memiliki garis mata yang tegas dan ceria. Dibandingkan dengan si triplek biru itu, badan si tanpa rompi ini jauh lebih kecil. Mungkin lebih patut dibilang "kurus".

Mereka berjalan santai di depan kelas lalu berjalan ke arah bangku pojokan, tempat si triplek biru itu tadi tidur.

Kemudian, tanpa angin tanpa hujan, datanglah seorang pria berbadan besar masuk ke kelas.

"Selamat pagi, wahai anak murid kebenaran!" ucap pria tersebut sambil memasuki ruang kelas.

Kebenaran? batin Solar heran.

"Selamat pagi, Cikgu Papa!"

Olala~ Jadi ini Cikgu Papa.

"Wah, sepertinya cukup banyak murid yang pindah ke kelas B. Heh! Kepopuleran Cikgu memang tidak pernah luntur!" ucap Cikgu Papa PD sambil melakukan gerakan aneh.

"Ceh, perasan!" seru satu kelas meneriaki Cikgu Papa.

"Hahaha! Baik-baik. Mari kita mulai kelas pagi ini daripada membuang-buang waktu," ujar guru keturunan Melayu tersebut.













To Be Continued ...

Alhamdulillah ... selesai!
Heum, dari semua tokoh yang muncul di chapter ini, pasti dah pada bisa nebak, ya? (Dikecualikan Cikgu Papa karena sudah ada pengenalan)
Hehe, semoga suka, ya!
Maaf jika ada kesalahan pada tulisan saya.
Sekian, Arigathanks!

-Jumat, 8 April 2022-

Now We're Friends [BoBoiBoy Elemental] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang