Dy. 35

59 3 0
                                    

Chapter 35 - Terpukau

Panas terik mengiringi langkah Alo dan Jena memasuki pelataran masjid At-taqwa. Masjid yg memiliki desain elegan dengan perpaduan warna putih dan juga beberapa hiasan batu granit yang dibangun dan dikelola sendiri oleh ustad Ridho beserta keluarganya.

Jena tampak riang menatap halaman masjid yg terlihat ramai dengan tangan Alo yg terus ia genggam, "Babang, nana ayo." ajaknya setelah melihat banyak kerumunan perempuan di samping masjid, mungkin tengah menyiapkan beberapa kudapan mengingat hari sudah menjelang siang.

Alo mengangguk dan mengikuti langkah Jena dengan tangan yg juga membawa tentengan berisi makanan.

"Nak Alo?"

Alorta hanya mengangguk menjawab sapaan dari Umi Rinjani, istri dari ustad Ridho.

"Wah, siapa ini cantik sekali pakai baju biru biru," Jena yg tengah dipuji tampak tersipu malu-malu menatap Rinjani, "Sini sayang, namanya siapa?"

Jena menatap Alo, lalu berjalan pelan setelah mendapat anggukan dari abangnya itu. "Nana."

"Namanya Jena, Umi." jelas Alo yg diangguki oleh Rinjani, "oh Jena. Jena disini saja yaa sayang, Abangnya biar kesana, mau? Disini sama Umi dan kakak-kakak yang lain."

Seketika Jena mengangguk ribut, Beberapa orang yg menatap interaksi mereka sedaritadi juga tampak terkekeh, "Nana cini, babang."

Alo mengangguk, "yaudah, nana disini yaa. Nggak boleh nakal." Jena mengangguk, "Umi, ini ada sedikit makanan. Tadi di jalan beli sama Jena. Siapa tahu bisa nambahin makanan yg dibikin,"

"Iyaa nak, makasih yaa, maaf sering ngerepotin kamu tiap kesini segala bawa makanan."

"Yaudah Alo ke ustad yaa, mi. Nana abang kesana yaa." Jena mengangguk, netranya masih senantiasa menemani langkah Alo hingga laki-laki itu menghilang di balik tembok.

***

"Alo Hilman, sini dulu nanti biar dilanjut lagi."

"Nanggung, bi. Ini biar si Alo bantuin Hilman dulu!"

Alo menggeleng tak habis pikir dengan tingkah Hilman, anak pertama ustad Ridho dan Umi Rinjani. Anak laki-laki yang berusia 2 tahun diatasnya itu tampak bar-bar berteriak seenaknya dan nyeleneh, berbeda dengan adik-adiknya yang lain.

"Alhamdulillah, akhirnya makan juga." Hilman berucap setelah duduk di dekat ustad Ridho dan juga Alo. "Makan, Lo. Nggak usah sok-sokan malu-malu lo, tadi aja bilang laper!"

"Hilman! masyaallah!"

Hilman meringis ngeri menatap sang ibu yg menegurnya tadi, Alo yang melihatnya dibuat sedikit tergelak dengan ekspresi takut yang Hilman tunjukan hingga beberapa atensi beralih padanya.

Ustad Ridho tersenyum kecil melihat kedekatan Hilman dan Alo, anak didiknya itu tampak nyaman dan mau berbaur dengan anak didiknya yang lain meskipun dia berasal dari keluarga berada. Alo bahkan sampai menawarkan diri untuk membantu angkat junjung dan pekerjaan layaknya tukang dengan anak lain yang sangat ia yakini tidak pernah anak itu lakukan sebelumnya.

"Jena dimana, umi?" tanya Alo yang dijawab Rinjani dengan tunjukan kearah tempat makan anak perempuan tepat di samping hanya terpisah dengan sekat yang sengaja ditaruh disana.

Alo mengangguk kemudian melanjutkan makannya dengan sesekali menanggapi lelucon Hilman dan Raka, kawan yang ia kenal baik selama disini.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumus salam,"

"Mommy?" Rana tersenyum kecil kearah Alo yang  beranjak mendekatinya, "Udah. Abang makan aja dulu, Mommy cuma mau jemput Jena saja." ucap Rana yang dibalas anggukan oleh Alo. Wanita yang tengah berbadan dua itu tampak tersenyum melihat interaksi teman-teman Alo disini, hingga netranya bertemu dengan Rinjani yang tersenyum hangat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEAR YOU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang