Dy 29 C

12 1 0
                                    


Chapter 29 C - Keikhlasan Yura 2



Alo baru saja masuk ruang tengah dibuat bingung dengan Yura yang menangis sesenggukan di pelukan sang ibu, panggilan yang masih tersambung dengan Taehyung-pun membuatnya lupa untuk memberikan ponselnya pada Rana atas permintaan sang ayah tadi.

"What's wrong, mom?" Alo mencoba bertanya tetapi hanya dibalas Rana kedipan pelan menandakan ia harus menunggu situasi kondusif terlebih dahulu, Taehyung yang berasa diseberang sanapun juga dibuat bingung akan suara tangis Yura yang tersedu - sedu.

Pandangan remaja laki - laki itu tampak beralih pada kertas yang sedaritadi dibawa oleh Yura, tangannya terulur mengambilnya. Tak ada perdebatan berarti yang dilayangkan Yura membuat ia langsung membaca apa yang tertulis pada kertas tersebut.

Tubuhnya mendadak membeku, apa - apaan ini? Mengapa kertas ini tertuju pada sang ibu? Batinnya berkecamuk, kemudian memberanikan diri menatap Rana. Wanita itu masih menatapnya teduh, tangannya bahkan masih setia mendekap Yura yang perlahan mulai tenang.

"What's it, mom? Is it serious? Is it not a jokes?" Tanya Alo yang sama sekali tidak mendapat jawaban dari Rana. "Yura sudah tenang, sayang? Sudah bisa diajak bicara?"

Yura mengangguk pelan, "ambilkan air dulu buat adiknya, Abang." Suruh Rana yang tak banyak dibantah Alo.

Setelahnya suasana sedikit menghening, hanya terdengar suara hewan kecil seperti jangkrik, terdengar dari pintu samping rumah yang memang belum ditutup.

"I'm really sorry, Mommy bingung harus bercerita darimana. Jadi lebih baiknya kalian saja yang bertanya biar Mommy jawab," ujar Rana diiringi helaan nafas panjangnya, wanita itu seperti sudah tidak mampu bercerita pada kedua anaknya.

"Is it true, the woman who has named Irene is the second wife of Daddy? And is she Yura's Mom?" Tanya Alo yang dibalas kedipan pelan oleh Rana, "Shit!" Umpatnya pelan, Alorta bahkan tak mampu lagi menatap Rana yang masih bisa bersikap tenang. Fakta lucu apa ini? Kenapa harus ibunya? Dan kenapa pula ibunya bisa setenang ini?

"Abang tenang dulu,"

"M-mommy," panggil Yura seraya mendongak menatap Rana yang kini tengah menunduk menatap dalam pada matanya. "Mommy nggak benci sama Yura?"

Rana menggeleng.

"Mommy nggak sakit hati tiap lihat Yura?"

Rana menggeleng kembali.

"Mommy kenapa baik banget sama Yura? Kan Yura bukan anak kandung Mommy? Terus karena adanya Yura juga Mommy dan Daddy berpisah? Mommy kenapa nggak marah sama Yura? Hiks,"

Tangisan Yura kembali pecah, gadis itu belum bisa menguasai dirinya tetapi banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam benaknya, pertanyaan yang sekarang ia utarakan dalam emosi tangisnya.

"Yura denger Mommy, disini nggak ada yang salah. Kehadiran Yura ditengah kami bukan salah Yura. Memang benar Mommy dan Daddy berpisah agar Daddy menikah dengan Mamah Yura, tapi Mommy sama sekali tidak ada sedikitpun benci pada Yura. Saat pertama Mommy bertanya pada Daddy dulu tentang Yura-pun Mommy tidak pernah ada sedikitpun rasa untuk menyalahkan Yura atas apa yang menimpa pada Mommy dan juga twins, Mommy benar - benar ikhlas menerima Yura, Mommy tulus sayang dengan Yura, Yura sama dengan twins, kalian anak - anak kebanggaan Mommy meskipun kalian berbeda ibu. Yura itu istimewa bukan kesalahan, Mommy tidak suka Yura berkata demikian. Biarkan masalah ini berputar pada Mommy dan Daddy, kalian tidak ada sangkut pautnya dalam masalah ini. Mommy dan Daddy bahkan sudah mengikhlaskan semuanya, kami berdamai dengan keadaan, and as u see, kita bahkan bisa bahagia berlima kan? Jadi Mommy tidak mau kalau Yura terus saja menangis dan menyalahkan keberadaan Yura, biarkan Mamah Irene tenang disana. Yura hanya perlu melanjutkan hidup dengan kami sembari terus mendoakan Mamah, arraseo?"

DEAR YOU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang