Dy. 07

153 8 0
                                    

CHAPTER 07 – Nasihat Mamah (1)

Masih sibuk bergelung dengan Abi dan juga Deny di dapur, aktifitas rutin Rana setiap ada di toko. Meskipun statusnya adalah seorang bos tetapi tidak menutup peran jika ia juga ikut andil langsung dalam proses pembuatan kue yg dijual di tokonya ini.

Berawal dari toko kecil yg ia bangun dari uang sisa tabungannya, tanpa bantuan dana dari orang tuanya serta yg lain. Ia berusaha mendirikan sendiri usahanya dengan jerih payahnya sendiri meskipun wanita itu tengah berbadan dua. Usaha memang tidak membohongi hasil kan? Nyatanya toko kecilnya bisa sebesar sekarang, bahkan wanita dengan dua anak itu berencana untuk membuka cabangnya di pusat kota bandung dan juga sekitarnya, tapi entahlah itu masih saja rencananya karena ia juga masih mempunyai banyak alasan yg bisa saja memperlambat semuanya. Bukannya tidak ingin tapi bagaimanapun juga ia sudah memiliki anak, apabila ia meneruskan usahanya sampai mempunyai banyak cabang seperti impiannya ia takut jika keduanya tidak bisa ia urus sendiri dan lebih sibuk pada usahanya.

Ia tidak mau, Alo dan juga Ale kekurangan kasih sayang darinya. Biarlah mereka belum pernah merasakan kasih sayang sang ayah tapi jangan sampai keduanya tidak mendapat kasih sayangnya.

"Udah selesai, bi?" tanyanya setelah lama bergelung dengan adonan cheese-cake. Ia berjalan mendekati Abi setelah sebelumnya mencuci tangannya terlebih dahulu dan mengecek Deny yg tengah membuat adonan Red Velvet andalan mereka.

Abi mengangguk kemudian memperlihatkan hasil kerjanya yg memang selalu memuaskan. Rana tersenyum lembut, "Yasudah. Nanti makan siang suruh kumpul semuanya di depan pantry ya? kakak mau jemput si kembar dulu."

"Loh? Biasanya pake grab-bike mbak?" ujar Deny.

"Iya biasanya juga kaya gitu. Tumben mbak?" ujar Abi menimpali ucapan Deny. Rana terkekeh pelan, apa salahnya menjemput putra-putrinya sendiri sampai dikata tumben kaya gitu?

"Apasih kalian itu. Kakak kan lagi nggak sibuk jadi bisa jemput si kembar kaya biasanya, seminggu ini kan emang lagi sibuk ngurus nikahan orang jadi nggak bisa jemput." Jawab Rana membuat keduanya mengangguk.

Kemudian wanita berumur dua puluh tujuh tahun itu berjalan keluar dapur meninggalkan Abi dan Deny yg kembali ke aktifitas masing-masing.

***

"Mommy!!!"

Rana tersenyum melihat Alo dan juga Ale berjalan dengan bergandengan tangan, disampinganya ada Rico dan juga Jingga yg ia tahu teman dekat keduanya saat berada di sekolah dan juga di rumah. Rumh Rico dan Jingga hanya terpaut beberapa kompleks saja dari perumahan yg ia tempati sekarang.

"Mommy tumben jemput? Biasanya abang Raka yg jemput?"

Pertanyaan Alo membuat Rana mendengus sebal, tadi di toko Abi dan Deny yg bertanya sekarang anak laki-lakinya yg bertanya nanti siapa lagi? Sungguh gemas Rana dibuatnya.

"Jadi abang enggak mau dijemput mommy nih?" ujar Rana pura-pura merajuk. Alo langsung kelabakan melihat sang ibu merajuk kepadanya, kemudian cepat-cepat menggeleng. "enggak ih! Abang suka kalo mommy jemput, biasanya kan abang Raka jadi abang kaget aja kalo mommy yg jemput."

Rana terkekeh pelan, kemudian berjongkok menyamakan tingginya dengan Alo yg kebetulan berada tepat di depannya. Tangannya terulur mengusap lembut surai putra kesayangannya itu. Ale yg berada di samping Alo tak ambil pusing dengan apa yg dilakukan ibu dan juga abangnya itu, karna dia sedang bercerita dengan Jingga sedangkan Rico tadi sudah berlari menghampiri teman-temannya yg mengajaknya bermain sepak bola.

"mommy tidak marah sayang, sudah ayo pulang," ajak Rana yg diangguki Alo, wanita itu kemudian menoleh kearah Jingga, "Jingga mau ikut tante atau nunggu dijemput supir? Mumpung tante bawa mobil enggak motor kaya biasanya."

"nunggu mamah aja tante. Katanya tadi mamah mau jemput selesai ke rumah temannya."

Rana mengangguk kemudian berjalan beriringan dengan Alo dan Ale yg berada di sisi kanan dan kirinya.

"Mommy, kita jadi main kerumah grandny dan grandpy kan?" ujar Ale setelah keduanya duduk di kursi belakang dan menggukan seatbelt masing-masing. Rana mengangguk seraya tersenyum membuat sorakan gembira Ale memenuhi mobil yg mereka tempati sekarang.

Setelah mengantar Ale dan Alo berganti pakaian serta bermain ke rumah Jingga. Rana kembali ke toko kue-nya. Berbeda dengan tadi, sekarang ia memutuskan untuk mengendarai motor matic-nya daripada mobil yg ia pakai tadi pagi.

"Jadi gini, seminggu kedepan toko kita akan libur," ujar Rana setelah semua karyawannya, dari Rere, Firda, Abi, Deny dan juga Yuli yg kebetulan baru direkrutnya seminggu yg lalu untuk membantu Rere dan jug Firda di depan.

"Yah kenapa tutup, kak?"

"Kok tutup sih mbak?"

"Iyanih. Padahal kan lagi rame juga."

"Berisik, dengerin dulu woy. Bacot mulu lo semua." Ujar Abi agak nge-gas membuat Rere, Firda dan Yuli g sedaritadi bersuara jadi mendengus sebal. Deny malah udah ngegaplok aja itu punggung Abi membuat sang empu meringis pelan. Sedangkan Rana, wanita itu hanya bisa tersenyum melihat protes yg ditujukan kepadanya sekarang.

"kakak mau pulang, jadi toko tutup seminggu. Kapan lagi sih bisa tutup lama, abis gajian juga jadi bisa abisin duit liburan panjang." Jelas Rana yg membuat semuanya melongo, gampang sekali itu bos bicara. Liburan sama dengan boros dan itu tidak disukai Abi, Deny dan juga Yuli yg merupakan tipikal orang-orang perhitungan apalagi mereka sedang berfikir untuk masa depan kelak yg akan menikah. Biaya menikah mahal bok.

Berbeda juga dengan Rere dan Firda yg bersorak gembira karna bisa shopping dan juga berlibur seperti bulan lalu, apalagi kemarin semua karyawan abis dapat bonus karna peningkatan orderan jadi gaji udah hampir dua kali lipat itu mah.

Rana hanya bisa tersenyum melihat respon berbeda kubu, ia harus menjelaskan lebih kalau kaya gini mah. "Jadi gini, kakak kemarin dapat telfon dari mamah kakak untuk pulang karna mamah kakak nggak bisa berkunjung. Kita libur seminggu nggak apa-apa kan? Lumayan loh buat istirahat."

"Mbak mau pulang kemana? Kok sampai seminggu?" tanya Yuli yg tampak mengerti situasi sekarang.

"Mau ke Ausie itu mah kalo seminggu liburnya." Celetuk Rere menjawab pertanyaan Yuli. Yuli tampak terkejut, "Mbak orang bule?"

Rana hanya bisa tersenyum, ia maklum bila Yuli bereaksi seperti itu mengingat ia baru disini sedangkan ke-empat orang disampingnya sudah dari jaman orok jadi karyawan disini.

"Udah kan? Udah jelas sih? Gue nggak perlu ngulang-ngulang lagi kaya ke si kembar kan? Kalau udah bubar gih abisin pesenan hari ini. Yg pesanan kemarin udah mau pada diambilin waktu kakak bilang mau tutup seminggu ini."

"mau berangkat kapan bos?" Deny masih saja bertanya padahal mau pada bubar ini, belum makan siang juga.

"Ntar malem. Kenapa? Mau nganterin ke bandara?"

"Ye kagaklah. Nanya doang gue mah." Jawab Deny yg dibalas kekehan oleh Rana.

"Yaudah gih sana bubar, gue mau makan. Makan sana, pesen nasi padang kayanya enak," ujar Rana ke Deny, "Bayarin situ juga kayanya enak bos."

"Itu mah mau lo, anjir." Ujar Abi menonyor pelan kepala Deny. Deny mendengus sebal.

"Biasanya juga gimana sih. Gih sonoh ah siapa yg mau beli atau order si raka aja, gue ayam bakar ya?"

"WAH BENERAN NIH, MBAK?" ujar Firda heboh, kapan lagi dapet makan siang nasi padang yg mancak banar gitu wkwk.

Rana mengangguk membuat semua bersorak seperti yg dilakukan Ale tadi. Rana hanya bisa geleng-geleng pelan melihat kelakuan kana-kanak yg sudah dia hafal dari mereka.



epilalala, 2019.

DEAR YOU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang