Dy. 02

264 11 3
                                    

2. DEAR YOU - RINDU ITU

Ale, Alo dan juga Rere sedang menikmati acara menonton mereka. Dengan di temani keripik setoples penuh kedua bocah yg memiliki wajah hampir serupa itu tak ayal sesekali mengeluarkan semua pertanyaan mereka tentang kedua bocah botak, tokoh kartun kesukaan mereka yg tengah tayang sekarang.

"Tante, upin sama ipin itu kembar yaa?"

Rere mengangguk.

"Kaya kita dong yaa?" Rere kembali mengangguk, "Tapi kenapa rambut ipin tidak pernah tumbuh tante? Padahal kan mereka seumuran sama kita kan? Rambut adek aja tumbuh masa milik ipin tidak?"

Rere sontak menepuk jidatnya lalu memutar bola matanya malas, pertanyaan tak masuk akal yg diungkap Ale membuat ia benar-benar pusing sekarang.

"Tante ih, jawab dong!" kata Ale seraya menggoyangkan lengan tante cantiknya yg sedaritadi diam tak menjawab pertanyaannya sedikitpun. Ya, bagaimana dia bisa menjawab ia saja tidak tahu jawaban apa yg akan ia katakan. Padahal itu hanya pertanyaan kecil tapi kenapa menjawabnya harus membutuhkan pikiran serumit ini. Ingatkan dia untuk memblokir semua akses kartun dua bocah botak bandel yg sangat mirip dengan kedua bocah kembar di hadapannya ini agar kedua anak yg sudah seperti keponakannya itu tidak bertanya macam-macam kembali.

"Tante tidak tahu," jawab Rere seadanya yg ternyata tidak memuaskan untuk si kecil Ale. "Ih tante. Katanya tante Rere pinter, kok nggak tahu sih? Sebel adek!"

Kedua bola mata Rere membulat, ia tidak menyangka kalau gadis kecil manja di hadapannya ini bisa berucap seperti itu. Darimana anak semanja Ale tahu kata-kata seperti itu? Dia serta Mommy mereka bahkan tidak pernah mengajarkan hal semacam itu.

"Adek tidak boleh bicara seperti itu. Tidak sopan."

Ale, Alo dan Rere seketika menoleh ke sumber suara. Si kembar yg melihat Rana, Mommy-nya yg telah pulang langsung berbinar kemudian berlari menghampiri perempuan dengan surai hitam sebahu yg sedang meletakkan beberapa kantong plastik belanjaannya.

"Mommy sudah pulang?" Rana mengangguk menjawab pertanyaan putra kecilnya. Ia kemudian menatap intens putri kecilnya yg sedang menatapnya polos di samping kakak laki-lakinya, jangan lupakan senyum manis serta kedua tangan yg sengaja ditaruh di depan perut kecilnya yg membuat semua orang gemas akan tingkahnya.

"Adek tadi berkata tidak baik yaa sama tante Rere?"

"Tidak Mommy." Rana menggeleng pelan, "Mommy denger loh tadi adek bilang kalau tante Rere tidak pintar."

"Maaf Mommy." Gadis kecil itu langsung menunduk, takut dimarahi oleh sang Ibu yg diluar dugaan malah tersenyum simpul. Tangan Rana terulur mengelus surai indah milik sang putri, "Lain kali tidak boleh seperti itu lagi yaa? Tidak baik anak perempuan bicara seperti tadi."

"Berarti abang boleh bicara seperti itu yaa Mommy? Abang kan bukan perempuan!"

Rana menggeleng pelan, sedangkan Rere sudah tertawa keras di balik sofa ruang tengah yg memang terhubung dengan ruang makan dan pantry.

Rana mulai berjongkok, mensejajarkan posisinya dengan kedua anaknya. "Maksud Mommy bukan seperti itu sayang. Mau dia perempuan, laki-laki atau sejenisnya apalagi kalian masih kecil kalian tidak boleh berbicara seperti itu kepada orang yg lebih tua dari kalian. Tidak baik."

"Maaf Mommy."

"Sudah tidak apa-apa. Sekarang minta maaf sama tante Rere. Bilang tidak akan diulangi lagi."

Ale dan Alo menggangguk kompak, kemudian berjalan beriringan mendekati Rere yg masih di posisi yg sama. Meskipun ia mendengar semuanya, Rere tampak enggan untuk menghampiri keduanya. Ia takut menganggu momen antara ibu dan anak kembarnya itu. Ia lebih memilih duduk di sofa dengan tatapan lurus ke depan menonton acara televisi lomba memasak favoritnya.

DEAR YOU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang