Dy. 14

175 9 0
                                    

CHAPTER 14 – TENTANG MAMIH, IRENE DAN JUGA YURA.

Suasana hening menyelimuti ruangan di dalam toko milik Rana. Sedaritadi Taehyung dan juga Rana tak ada yang mengeluarkan suara berniat untuk membuka obrolan setelah 5 tahun lebih tak bertemu. Jika Rana sibuk dengan fikirannya sendiri maka Taehyung sibuk memperhatikan wanitanya yang memang sedaritadi diam. Wanitanya itu tampak sangat cantik baginya meskipun hanya diam saja seperti itu.

Atensinya juga sesekali melirik ke arah Alo yang juga tampak diam menatapnya, Ia sesekali tersenyum memperhatikan putranya yang sangat imut dan juga tampan, persis sepertinya saat kecil dulu. Putranya itu berpakaian bak seorang bos dengan dasi dan kemeja, jas, jam tangan serta celana bahan dan sepatu sneakers yang sangatlah pas. Ia tak heran, selera fashion Rana memang tidak pernah berubah. Sedangkan tadi ia juga melihat Ale yang tengah tertidur, putrinya itu memakai pakaian bak putri di negeri dongeng yang tidak ia ketahui namanya tetapi putrinya tampak sangat cantik meskipun dalam keadaan tertidur.

Rere yang mengantarkan minum dan juga Green-Latte yang rencananya mau dibuat untuk kudapan acara bakar-bakar nanti malam tampak jengah dengan keduanya. Bukannya apa-apa, apakah mereka tidak saling merindu setelah sekian lama terpisah? Kenapa malah diam seperti itu? tidak bisakah mereka mengesampingkan ego mereka dan membiarkan semua rasa rindu mereka mendominasi suasana sekarang?

"Abang dan kak Rana bicara aja dulu. Bocil biar Rere dan Firda yang jagain diatas. Ayo bocil, ikut sama aunty Rere," ujar Rere seraya mengajak Alo untuk ikut dengannya ke atas menghampiri Firda yang tengah maraton drama seraya menjaga Ale yang tengah terlelap.

"Re, anak gue punya nama. Jangan dipanggil Bocil, kebiasaan!" balas Taehyung yang langsung membuat Rana menatapnya terkejut. "Aku nggak salah kan?" Rana hanya diam, tak berniat membenarkan ataupun menyalahkan pernyataan mantan suaminya itu.

Taehyung hanya bisa menghela nafasnya pelan, Ia sudah menduka jika Rana akan mendiamkannya seperti ini. Sifat yang tidak pernah berubah sedari dulu bila wanitanya itu sedang marah, merajuk ataupun dikecewakan. Mungkin ini juga buah dari perbuatannya yang sudah mengecewakan wanitanya dan menyakitinya lebih dalam.

"Kamu apa kabar? Baik kan?" Taehyung masih mencoba bertanya meski Rana hanya diam tak mau menatapnya sama sekali. "Ah, mungkin aku salah bertanya. Karna kamu terlihat jauh lebih baik dari terakhir kita bertemu, by. Did you miss me like i do?"

Wanita dua puluh tujuh tahun itu tampak menegang, bagaimana bisa pria yang berstatus sebagai ayah kandung si kembar itu menanyakan hal konyol seperti itu jika ia sudah tahu sendiri jawaban akan pertanyaan tak penting itu? semakin bodohkah lelaki itu setelah lama ia tinggal?

"I know. You are sure, very dissapointed with me. But, i expect you have to know the truth which i knew 4 years ago."

"I just don't want to fell so guilty if i don't say anything what happend about 5 years ago."

Rana masih tetap diam. Wanita itu hanya menatap keluar dimana suasana mulai petang tampak jauh indah daripada lelaki di depannya yang masih mengisi relung hatinya sampai sekarang. Sedangkan pria di depannya itu kini hanya bisa diam, menunduk merasa semakin bersalah bila ia tidak menceritakan apapun kepada wanitanya tentang apa yang ia ketahui beberapa tahun yang lalu.

"Yura? Putri kamu dengan Irene?"

Taehyung hanya mengangguk, Rana bahkan tadi bertanya tanpa mau menatapnya sama sekali dan kembali diam setelah ia mengangguk.

"Lima menit, aku tahu kamu nggak akan sia-siain itu." kata Rana yang langsung membuat Taehyung mengangguk cepat saking senangnya. Jangan lupakan senyuman dan binar mata Taehyung yang masih saja membuat hati wanita itu bergetar seperti dahulu kala. "Aku ngasih kaya gini karna nggak mau perjalanan kamu dari Jakarta ke sini sia-sia. Harga bahan bakar sekarang naik dan itu juga berpengaruh dengan beberapa bahan makanan di pasar."

DEAR YOU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang