Dy. 06

175 10 0
                                    

6. DEAR YOU - YURA MIMPI MAMAH.

Taehyung dan Yura berjalan beriringan mengitari jajaran toko yg ada di salah satu mall kawasan Kelapa Gading. Pasangan ayah dan anak itu tampak sangat serasi. Dari mulai kaos couple yg mereka gunakan sampai canda tawa yg mereka lontaran membuat beberapa pasangan mata mengubah atensinya kearah mereka.

Jika Yura tersenyum dan suka berceloteh setiap saat maka ayah satu anak ini malah berjalan dengan tanpa ekspresi, hanya sesekali tersenyum menimpali celotehan putrinya yg menurut orang-orang menggemaskan itu.

"Papah, kemarin waktu yura di rumah oma, yura diajak ke toko kue yg enak sekali," ujar Yura dengan semangat seraya mendongakkan kepalanya menatap ayahnya.

"Oh ya? Dimana itu?" balas Taehyung.

Yura menggoyangkan tangannya yg digenggam Taehyung pelan, "Tidak tahu. Tante yg punya juga cantik, baik lagi kaya mamah. Hihihi."

Taehyung terdiam sejenak, tiba-tiba terlintas apa yg dibicarakan mertuanya kemarin saat dia menelfon dan mendapati Yura sedang tidur. Mertuanya itu bercerita bagaimana Yura yg tiba-tiba memeluk pemilik toko kue dimana mereka beli lalu menangis tersedu-sedu berkata ia rindu dengan Irene, mamahnya.

Timbul perasaan penasaran dibenaknya tentang sosok wanita itu. Siapa wanita yg bisa dengan mudah dekat dengan Yura mengingat Yura bukan tipikal anak kecil yg mudah didekati kecuali memang ada sesuatu yg membuatnya mendekat. Tipikal seperti Yura membuat Taehyung sedikit lega, sedikit dari sifatnya menurun pada Yura meskipun sebagian besar sifat Yura menurun pada Irene.

Bila mengingat Irene, Taehyung langsung mengingat mantan istrinya, Kirana. Entah dimana wanita yg selama ini ia cari. Ia sudah mencoba mencari sejak semuanya terbongkar 2 tahun yg lalu. Setelah itu, ia mulai kalang kabut saat mengetahui bahwa wanitanya itu sama sekali tidak bersalah.

Ia ingat bagaimana Kirana dulu tidak pernah menyangkal ataupun membenarkan semua tuduhannnya. Tuduhan yg tidak pernah menjadi kesalahannya tapi malah dilayangkan kepadanya. Entah terbuat dari apa hati wanita yg sudah menjadi mantan istrinya itu.

Ia tahu, bahkan hafal bagaimana sifat Kirana yg selalu menanggapi semuanya dengan tenang seperti air mengalir. Ia tidak akan bersikeras membuktikan kalau dia benar, dia bahkan membiarkan semuanya menyalahkannya karna dia tahu dengan begitu dia akan mengetahui siapa yg benar-benar percaya padanya dan siapa yg gampang terhasut tanpa tahu titik dari semua masalah itu.

Rasa bersalah itu semakin mendalam di hati laki-laki berumur dua puluh tujuh tahun itu dari tahun ke tahun. Jika ia dapat memutar waktu ia ingin sekali kembali ke masa dimana rumah tangga sederhananya itu masih dalam masa baik-baik saja.

"Papah?!" panggil Yura agak keras, Taehyung terkesiap kaget. Raut wajahnya bahkan sangat kentara.

Laki-laki itu menaikkan alisnya tanda bertanya, Yura hanya bisa mendengus sebal melihat sang ayah tidak mendengarkan ceritanya sama sekali. Ia lalu kembali memakan es krimnya tanpa memperdulikan Taehyung yg diam tak mengerti apa yg terjadi beberapa saat lalu.

"Kenapa sayang?" Yura diam untuk kesekian kalinya.

"Yura marah sama papah?"

Tak hanya diam, dia juga menggeleng menatap es krim yg seolah terlihat sangat penting untuknya daripada menatap Taehyung.

"Yaudah kalo marah. Nanti nggak jadi ke rumah oma."

"Ih papah mah!!!" ujar Yura agak keras pada Taehyung yg menjahilinya. Taehyung terkekeh kemudian tangannya terulur mengusap surai indah milik putri kecilnya itu.

"Jadi kenapa? Hem?"

"Yura tadi cerita kalau tadi malam Yura bertemu mamah." ujar Yura memulai bercerita, sudah tidak ngambek ceritanya.

"Lalu?"

"Lalu mamah bilang sama Yura. Kalau mamah sayang banget sama Yura, Yura harus jadi anak baik, pintar dan bikin papah bangga. Terus juga yaa papah kata mamah Yura punya mamah selain mamah yg akan menyayangi Yura seperti mamah." Yura meneruskan ceritanya tanpa menatap wajah laki-laki di hadapannya yg sekarang mulai menegang, "Mamah yg dimaksud mamah siapa pah?"

Taehyung terdiam, tak mampu menjawab pertanyaan bocah berumur lima tahun itu. Entah memang tak mampu menjawab atau ia malah mengingat kembali semua yg pernah terjadi di masa lalu. Karena dari raut wajah yg tidak bisa diartikan membuat bocah itu sama sekali tidak mengerti dan memilih memakan es krimnya kembali tanpa memperdulikan ayahnya yg tengah terdiam tanpa kata.

Apaa yg dimaksud Irene dalam mimpi Yura itu Kirana?

•••

"Tante rere ih cepetan. Ini adek sudah telat ke rumah Jingga. Nanti adek enggak dapet kue ulang tahun lagi, ih!" ujar Ale agak keras seraya berjalan beriringan bersama Alo memasuki dapur toko milik ibunya.

Bocah berumur lima tahun itu celingukan mencari sosok Rere yg tidak kunjung muncul padahal Ia sudah berjanji untuk mengantarnya dan Alo ke rumah Jingga. Mengingat sang Ibu sedang ada urusan dengan pelanggannya sejak tadi pagi hingga menjelang sore ini.

"Om Abi, liat tante Rere tidak?" tanya Ale saat melihat Abi sedang berjalan menuju pantry dengan tangan penuh membawa loyang kue yg baru saja dibuatnya. Abi menggeleng seraya berjongkok menawari anak majikannya kue yg dibawanya yg dibalas gelengan juga oleh Ale.

"Ih, adek sebel ah sama tante Rere," gumam Ale agak keras seraya duduk dilantai tanpa memperdulikan baju dan juga dandanannya yg sudah cantik bak putri negeri dongeng.

Rere yg baru saja masuk dibuat melongo akan tingkah anak majikannya itu kemudian berjalan tergesa menghampiri anak nakal itu. "Eh eh jangan duduk gelesoran gitu dong bocil! Udah cantik gitu malah gelesoran. Kotor nanti itu gaun-nya. Gak sayang apaa sama gaunnya?!"

"Bialin. Adek sebel sama tante. Lama!" ujar Ale tak terima. Alo hanya diam melihat drama yg dimainkan oleh adik dan juga Rere, orang yg entah kenapa sangat dipercaya oleh sang ibu. Rere hanya bisa menghela nafas kasar, lalu mulai berjongkok menyamakan tingginya dengan Ale yg masih duduk selonjoran tak lupa raut wajah cemberut serta bete yg dikeluarkannya.

"Ya sudah. Tante minta maaf, ayo katanya mau ke rumah Jingga?"

"Gakmau. Udah telat. Gak kebagian kuenya."

"Belum sayang. Acaranya jam 4, ini baru jam setengah 4," ujar Rere mencoba lembut membujuk Ale yg sudah terlanjur tidak mood.

"Ayo ah. Nanti Jingga marah loh sama adek dan abang kalau tidak dateng. Emang adek mau diledekin Rico karna gak dateng ke ulang tahun Jingga?"

Ale menggeleng.

"Ya sudah ayo, tante ambil motor dulu. Adek sama abang tunggu di depan."

Ale mengangguk kemudian berdiri, Rere membantunya membersihkan gaun yg dipakai anak itu dengan menepuknya pelan-pelan. Setelah keduanya menghilang dibalik pintu dapur ia bernafas lega.

"Anjirr yaa. Untung anak kak Rana kalau bukan gue pites juga itu anak satu!" dengusnya, Abi tergelak melihatnya. Untung hanya ada dia coba kalau ada Deny udah ketawa kenceng itu anak satu.

"Ketawa aja terus ketawa sampai keselek jangan salahin Rere!" ujar Rere.

Abi meredakan tawanya, "Tapi re, sekilas kok gue ngerasa lo sama Ale agak mirip yaa?"

"Maksud lo?!"

"Iya. Kaya tante-nya beneran. Maksud gue, kaya sodara kandung gitu."

DEAR YOU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang