Typo bertebaran!!!
Pagi hari ketika jimin terbangun, ia tak mendapati hyeri sudah tidak berada di sampingnya, namja itu pun melirik kearah jam yang menujukan pukul 9 pagi.
Cukup lama ia menatap jam tersebut dengan tatapan hampa mengingat kembali ketika ia dan ibunya pergi membeli jam dinding bersama di pasar yang tak jauh dari rumah mereka.
Jimin hanya diam, namun perlahan air mata kembali menetes membasahi wajah cantiknya.
Begitu lama namja itu menangis hingga tak terasa air matanya bahakn sudah tak mampu untuk keluar lgi dari kedua mata indah tersebut.
Sejenak ia terdiam lalu perlahan menggerakkan tubuhnya untuk bangun dari ranjang itu, dengan gontai ia berjalan memasuki kamar mandi.
****
Saat ini Seokjin sedang menikmati secangkir teh bersama kedua suami bibi jimin, sambil bercengkrama sesekali ia mencuri pandang mentap pintu kamar milik namja mungil itu.
Cklek
Terdengar suara pintu terbuka dari arah sana
Sontak membuat beberap orang yang sedang berada tak jauh dari sana menoleh bersaman, perlahan namja bertubuh mungil keluar dengan wajah pucat serta mata yang bengkak. Sebeb menangis semalaman."Jimin-ah... Kau sudah bangun"
"Ahh... Nde imo"
"Kemarilah.. jangan diam disana saja, duduk disini kau sepertinya belum makan dari kemarin" ucap bibi Baek menyuruh jimin ikut duduk bersama Hyeri yang sedang melahap bimbimbap miliknya sehingga terlihat seperti tupai yang sedang memakan semua kacang dengan rakus.
Tak lupa ia juga mengajak semua yang ada disana untuk cepat begabung di meja makan. hal yang membuat Jimin pun kaget bahwa seokjin sudah berada dirumahnya sepagi ini.
"Hyung sejak kapan kau disini?"ucapnya sambil menatap namja itu.
"Sejak semalam.."
"Seharusnya kau tak perlu repot² datang kesini . " Ucap Jimin sambil mencoba memasukan sepotong bimbimbap kedalam mulutnya, ini benar² sangat sulit untuk dirinya memakan sesuatu setelah kehilangan eomma nya. Rasanya ingin sekali ia menolak memakan apapun namun kedua bibinya terus memaksa namja itu.
"Jimin-ah.. jangan berkata seperti itu"
Jimin memilih untuk diam, dia terlalu lelah untuk memperpanjang masalah sepele seperti ini.
Setelah beberapa suapan, Jimin segera bangun dari duduknya lalu pergi menuju teras. Mereka yang berada di sana hanya terdiam menatap sedih namja itu.
Seokjin yang memperhatikan Jimin sedari tadi ia pun ikut beranjak dari meja makan, tak lupa saat dirinya mulai menyusun piring kotor miliknya bibi Hyun pun melarang namja itu. Lalu menyuruhnya menyusul Jimin.
Ia pun mengangguk lalu segera pergi dari sana, ketika namja tampan itu hampir mendekati Jimin ia mendengar samar samar sebuah isakan yang begitu pelan.
Rupanya jimin menangis lagi, perlahan lahan ia pun duduk disamping namja mungil itu. Mengusap punggung si mungil tanpa mengatakan sepatah katapun.
"Baru saja kemarin..." Jimin berkata dengan pelan hampir seperti bisikan
"Ketika eomma masih ada, aku merasa tak perlu ada yang di takutkan sekalipun dunia ataupun orang² yang tak berpihak kepadaku."
"Tak peduli semenyakitkan apa pun yang di lakukan mereka, aku masih punya tempat untuk pulang dan mengadu."
"Namun sekarang rasanya begitu hancur ketika eomma tidak ada, ini terlalu menyakitkan begitu aku sadar bahwa tempat ku untuk pulang kini sudah meninggalkan ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Desperately to leaves
FanfictionButuh waktu beberapa tahun untuk Namja berwajah tampan ralat berwajah cantik dan imut itu sampai di posisinya sekarang !!! Park Jimin seorang dokter pesikolog di militer berpangkat Letnan Kolonel !! Namun tanpa di duga sebuah misi yang datang lan...