part 35

856 31 2
                                    

Haris memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit, dengan langkah cepat haris menyelusuri koridor rumah sakit hingga sampai ke ruangan rawat aura.

Haris membuka pintu tapi ruang tampak bersih, tidak ada orang.

"Apa aura Sudah pulang?, Gawat" Gunanya. Haris mengusap wajahnya kasar.

"Apa Pasien atas nama aura putri Kenzo sudah pulang?" Tanya haris pada salah satu perawat.

"Iya pak"

Ketakutan yang selama ini ada di dalam hati haris akhirnya terjadi, Rahmat pasti mengambil kesempatan dengan mendekati istrinya, haris benar-benar nggk bisa terima dengan semua ini.

"Bagaimana jika Rahmat benar-benar menepati omongannya ingin menikahi aura, nggk ini semua nggak boleh terjadi, oh dan aura nggk bisa nikah sama siapapun, aura masih istri sah aku"

Haris mengeluarkan ponselnya dari jas yang haris kenakan dan menghubungi salah satu kontak disana.

"Halo mbok aura sudah pulang, aku dirumah sakit tapi nggak ada siapa-siapa?" Tanya haris pada mbok Ima.

"Iya nak. Sekarang aura sudah sadar dan sudah bisa pulang" jawab mbok ima dari dalam ponsel.

"Mbok tolong kirimkan alamat rumah aura, aku ingin kesana sekarang"

"Iya, aku kirimkan lewat pesan saja" ucap mbok ima kemudian mematikan manggilan.

Bunyi lorong rumah sakit terdengar dengan sepatu Haris yang berlari keluar menuju parkiran.

Tak butuh waktu lama haris sudah berada di depan rumah mewah berlantai 2. Dengan cepat haris turun dari mobilnya dan berjalan ke teras rumah aura sebelum mengucapkan salam.

Mata haris tertuju pada sosok laki-laki Yang sangat haris benci, ya tampaknya rahmat berada dirumah ini. Haris semakin geram ketika melihat Rahmat menggendong bayinya dengan gemas. Haris melihat tampak aura datang kearah Rahmat dengan segelas air putih di tangannya, Haris sangat merindukan istrinya.

"Matanya mirip kamu, dia cantik sepertimu" ucap Rahmat.

"Iya dong, dia cantik seperti Mamanya" balas aura dan tertawa gembira bersama Rahmat.

Haris mengepalkan kedua tangannya, darah di kepalanya sudah mendidih di level ke seratus. Ingin sekali haris memukul Rahmat hingga tak bisa berjalan lagi, tapi itu tidak mungkin haris lakukan saat ini, mengingat aura baru sadar, keadaannya baru pulih, Haris nggak mau aura jatuh sakit lagi.

*
Seminggu sudah duka didalam hati azzura, dengan langkah tegap dan setelah baju kantor Yang terpasang di tubuh mungil azzura, azzura berkeinginan untuk masuk kerja hari ini, kalau dirinya terus berdiam diri dirumah itu akan membuatnya semakin rapuh.

azzura menuruni satu persatu anak tangga sambil melingkarkan jam tangan di lengan kirinya.

"Kak gimana hubungan kakak dengan aura?" Ucap azzura di sela-sela sarapan.

"Kakak pusing mau ngapain, aura pasti sangat membenci kakak" ucap haris

"Kakak tenang aja, aku akan bantu kakak untuk nyelesain masalah ini" ucap azzura bersemangat.

"Kakak harap kamu bisa menghendel perusahaan, ada banyak urusan yang belum selesai" ucap Haris.

"Apa sebaiknya perusahaan Yang di Amerika kita suruh orang kepercayaan kita buat hendel disana, karena nggak mungkin kita harus mondar-mandir ke sana" ucap azzura memberikan saran.

"Kamu benar"

"Kak aku berangkat kekantor dulu" ucap azzura kemudian melangkah pergi meninggalkan Haris yang masih di meja makan.

*
Setelah seminggu aura istirahat dirumah Sekarang aura sudah masuk kantor, pak ferdi dan mbok ima sebenarnya masih melarang aura untuk kerja, tapi aura nggk mau terlalu menyusahkan pak Ferdi, walaupun aura kembali bekerja tapi aura akan pulang cepat dari biasanya. Karena mengingat bayinya yang masih Sangat kecil, sejam saja aura tidak melihat bayinya rasanya seperti setahun, ah benar-benar rindu.

Tok tok

"Masuk"

"Ada apa?" Tanya aura pada sekretarisnya

"Ada tamu yang ingin bertemu dengan ibu"

"Siapa?" Tanya aura lagi

Belum sempat sekretarisnya menjawab tampak haris menerobos masuk hingga membuat aura terkejut. Tampa disuruh sekretaris aura pun keluar.

"Mas Haris?"

"Iya ini aku" jawab haris.

"Ngapain kesini, sepertinya kita tidak memiliki kontrak kerjasama lagi, untuk apa anda kesini?" Ucap aura mencoba untuk bersikap formal, meskipun didalam hati aura ingin berteriak kencang, cinta dan kecewa di hati aura sama besar untuk haris yang masih berstatus sebagai suaminya.

"Aura aku minta maaf, aku sayang sama kamu" ucap haris meraih tangan aura tapi dengan cepat aura menepis lepas lengannya.

"Kalau Anda tidak mempunyai urusan penting, lebih baik anda keluar, saya sedang sibuk" ucap aura kemudian berdiri.

"Kamu nggak boleh kayak gini, aku masih suami sah kamu, aku sayang sama kamu, aku nggk bermaksud ninggalin kamu, orang tua aku mening-"

"Mas. Cinta dan kecewe aku ke mas sama besarnya. Aku nggak nyangka mas Setega ini sama aku, aku lagi berjuang di rumah sakit untuk anak kita, tapi apa mas nggak pernah datang buat jengukin aku, aku pikir kita masih bisa seperti dulu, tapi ternyata nggak. Aku kecewa sama mas" ucap aura memotong ucapan haris dan menekan tombol yang berhubungan langsung ke securyti. Belum sempat aura menelpon Haris dengan cepat memutus kebelnya.

"Apa apaan sih" ucap aura kesal.

"Aura aku sayang sama kamu, aku bisa bersumpah demi apapun itu, aku nggk bermaksud buat nyakitin kam-" ucap haris berhenti ketika melihat air mata aura yang jatuh membasahi pipinya.

"Lebih baik mas cerain aku sekarang" ucap aura dengan berat hati.

Mendengar ucapan aura haris menarik aura kedalaman pelukannya Dengan erat. Aura meronta ingin dilepaskan tapi pelukan itu semakin erat hingga aura hanya bisa pasrah dalam tangisnya.

Haris melepaskan pelukannya ketika merasa aura sudah tidak melawan lagi, haris menyentuh pipi aura dengan kedua telapak tangannya. Hingga aura menatap Haris tak bisa menoleh.

"Dengarin aku, jangan ngomong apa pun dulu, biar aku jelasin, aku tau kamu dirawat diruangan mana, aku tau kamu dirawat berapa hari, aku tau bagaimana perkembangan keadaan kamu dari hari ke hari, aku disana disaat kamu berjuang untuk bayi kita, aku yang jagain kamu selama 24 jam, aku nggk kekantor aku nggk pulang kerumah itu untuk kamu, karena aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu, Kamu tau itu, tapi beberapa hari yang lalu dengan berat hati aku pergi ke Amerika bersama azzura karena orang tuaku kecelakaan hingga meninggal, setelah aku sampai di Indonesia aku kerumah sakit lagi buat kamu, tapi perawat Disana bilang kalau kamu sudah pulang" ucap haris dengan tegas membuat aura terdiam dan air mata aura keluar semakin deras.

"Kenapa mas nggak langsung temuin aku dirumah?" Tanya aura lagi.

"Waktu itu aku datang ke rumah kamu, tap-"

"Tapi apa mas"ucap aura.

"Aku liat kamu sedang asik bersama Rahmat, ingin sekali aku menonjok mukanya tapi itu nggak mungkin karena aku nggk mau kamu jatuh sakit lagi"

"Mas nggk lagi bohongin aku kan?" Ucap aura.

"Kalau kamu nggk percaya, kamu bisa tanya ke mbok ima ke azzura atau ke Jack sekalian"

Bunyi dering ponsel menyadarkan keduanya. Hingga aura berjalan kerah ponselnya dan menggeser kearah warna hijau.

"Kenapa mbok? Baik aku segera pulang" ucap aura kemudian memantingkan panggilnya.

"Kamu mau kemana?" Tanya haris melihat aura membereskan mejanya bersiap untuk pulang.

"Aku harus pulang" jawab aura.

"Aku antar" tawar haris

"Nggk usah, aku bisa sendiri" ucap aura kemudian pergi meninggalkan Haris Yang masih berada di ruangannya.

Gadis Yang Kubeli (CEO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang