19. Perencanaan

431 37 2
                                    

Author’s pov
07:00 WIB

Ralia sedang memakai pashmina di depan cermin, Azka yang juga sudah siap dengan seragamnya sekarang tiduran di tempat tidur. Fokusnya tertuju pada sang kakak yang sekarang mengelus perutnya, “Lihat, perut Mbak masih rata. Mustahil orang tahu Mbak sedang mengandung. Nanti pun Mbak akan memakai baju yang sangat longgar agar tidak terlihat.”

Azka memutar bola matanya malas, “Lalu Mbak akan menyembunyikannya hingga melahirkan?” Ralia menelan ludah dan menatap Azka, ia tak pernah berpikir akan menyembunyikan tentang kehamilannya dalam waktu selama itu.

“Saranku, lebih baik Mbak segera memberitahu semua orang. Atau kalau tidak-”

Ceklek

Perkataan Azka terhenti saat melihat Indra memasuki kamar Ralia, kedua kakak beradik itu saling pandang. “Ada apa? Apa saya masuk di waktu yang salah? Baiklah, saya keluar dulu.” Ralia segera memegang lengan suaminya dan menggeleng.

“Tidak, Pak. Saya dan Azka hanya mengobrol biasa saja, tidak terlalu penting.” Indra menatap istri kecil dan adik iparnya bergantian.

Azka bangkit dari acara tidurannya, “Ah iya, Mbak Ralia benar. Kami hanya membicarakan tentang masalah ujian dan perkuliahan. Sebentar lagi kan Azka masuk kuliah, jadi harus mempersiapkan semuanya dengan baik.”

Indra tersenyum dan mengangguk, ia mengulurkan dasi pada Ralia yang dengan senang hati langsung memasangkannya. Indra mengecup puncak kepala Ralia setelah dasi itu terpasang sempurna.

Black forest, i’m falling for you.” Kedua mata Ralia membulat sempurna, Indra mendekatkan keningnya di kening Ralia.
“Lupakan pikiran buruk tentang saya dan mari bersama-sama selamanya.” Seperti dugaan Azka, detik selanjutnya sepasang suami istri itu berciuman.

Azka mendengus, bisa-bisanya mereka bermesraan di depannya. Ia memutuskan untuk melangkah keluar dari kamar kakaknya. Bukannya berhenti, Ralia dan Indra sedang berciuman sekarang.

Azka terhenti di depan pintu, ia melihat istri pertama Indra menonton adegan 18+ antara dua orang itu. Wajahnya memerah karena marah dan buliran-buliran bening menuruni pipinya.

“Sakit, hmm?” Maya tersentak, ia segera menghapus air matanya dan menatap tajam Azka yang jelas-jelas meledeknya sekarang ini. Ah iya, Azka jugalah penyebab pertengkarannya dengan Indra kemarin. Ia semakin kesal karena hari ini mereka belum berbaikan juga, dan orang yang patut disalahkan adalah Azka.

“Kau senang sekali merusak kebahagiaan orang lain rupanya.”

Azka tersenyum, “Ada baiknya jika kau berkaca dulu.” Maya terkejut mendengar sapaan Azka yang tidak sopan padanya.

“Aku tidak akan mungkin melakukan hal buruk jika kau tidak memulainya lebih dulu. Kau tahu tentang perasaan Mbak Ralia pada Mas Indra, itulah sebabnya kau membuatnya cemburu dengan tingkahmu yang menjijikkan itu.”

“Azka, jaga bicaramu. Beginikah caramu bicara pada orang yang lebih tua? Ternyata selama ini orang-orang salah menilai tentang Keluarga Aryeswara, nyatanya anak-anak mereka tidak memiliki sopan santun.” Azka terkekeh mendengarnya, ia menggelengkan kepalanya dan melangkah turun menuju meja makan.

“Mau kemana kau? Aku belum selesai bicara!”

Azka berhenti dan berbalik, ia tunjukkan wajah serius yang mampu membuat Maya sedikit merasa takut. “Dengarkan aku baik-baik, Diandra Maya Septianomi. Jika kau berani menyakiti Mbak Ralia, aku yang akan membalasnya. Musuhmu bukanlah dia, tapi aku. Satu hal yang paling penting, rubah tidak akan pernah bisa membunuh singa, dan singa betina lebih kejam dari singa jantan.”

Second Love New VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang