57. Senang atau Sedih?

399 35 7
                                    

Author’s pov

Tika menghela napas panjang, ia kembali mengingat percakapan anehnya dengan Ralia. Sungguh, setelah memikirkan itu dia tak bisa merasa tenang.
 
Flashback
 
Tika sedang memijat kaki Ralia yang mengeluh pegal seharian ini. “Tika.” Asisten pribadi Ralia ini mendongak dan menatap majikannya. Jantungnya berdetak sangat cepat ketika menyadari ekspresi Ralia tidak seperti biasanya.“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu.”

“Katakan saja, Nyonya.”

Ralia menggenggam tangan kanan Tika dan mengarahkan ke perutnya, “Jika hal buruk terjadi, tolong bantu Pak Indra dan Mbak Maya mengurus mereka.”

“Apa yang Nyonya katakan? Tidak akan pernah ada hal buruk yang terjadi. Nyonya pasti baik-baik saja.”

Ralia menghela napas panjang, “Berbagai kemungkinan bisa terjadi, Tika. Kau ingat cerita Hulya dalam film Ayat-Ayat Cinta? Ada kemungkinan nasibku akan sama dengan dia.

“Tidak, Nyonya. Itu tidak benar! Takdir Nyonya dan Hulya itu berbeda.”

Hulya adalah istri ketiga Fahri yang meninggal setelah melahirkan putranya yang bernama Umar.

“Sudahlah, Nyonya. Jangan pikirkan sesuatu yang buruk. Apapun yang terjadi, seseorang yang paling dibutuhkan si kembar adalah ibu kandung mereka. Bukankah itu sudah cukup untuk jadi motivasi?” Ralia hanya menatap Tika yang tidak suka dengan pembahasan ini.

“Tapi berjanjilah dulu kau akan menjaga mereka berdua.”

Tika memejamkan matanya dan menghela napas berulang kali. “Iya, Tika berjanji.”  Ralia tersenyum lebar dan memeluk Tika. Sungguh, rasanya Tika ingin menangis saja.

Flashback off
 


Tika memandang toples biscuit milik Ralia dan mengambilnya, setidaknya dia punya alasan kuat melihat keadaan majikannya. Dia hanya memastikan bahwa Ralia baik-baik saja. “Kau antarkan biscuit Nyonya Ralia?” Tika menoleh ke arah Lily.

“Iya, sudah waktunya makan biscuit.” Tika berusaha tersenyum lebar, ia tak mau membuat Lily curiga mengenai kekhawatirannya pada Ralia. “Aku ke kamar Nyonya Ralia dulu.” Lily tersenyum dan mengangguk sebelum kembali fokus memasak untuk makan malam.

Asisten pribadi Ralia itu melangkah dengan perasaan yang semakin tak karuan. Ia menghela napas panjang berulang kali dan menarik kedua sudut bibirnya ke atas, setidaknya Ralia harus melihatnya tersenyum. Tangannya terulur membuka gagang pintu.

Jantungnya seakan berhenti berdetak saat melihat Ralia berada di lantai tak sadarkan diri dengan darah bersimbah membasahi daster yang dikenakannya.

Prang

“Nyonya!!” Tika menangis seketika dan berlari memangku majikannya, ia semakin histeris menyadari darah yang keluar sangat banyak.

Teriakan Tika membuat dua orang yang berada di depan TV berlari dan mendekatinya. Betapa terkejutnya Indra dan Maya melihat keadaan Ralia sekarang ini. “Ralia!” Maya berteriak histeris dan menangis, pikirannya kalut sekarang. Indra mengambil alih Ralia dari Tika.

“Maya, panggil Pak Diman. Kita ke rumah sakit sekarang!” terlihat jelas wajah panik Indra.

“I-iya Mas.” Maya berlari ke halaman depan dan segera memberitahu Pak Diman.

Second Love New VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang