47. Overthinking

279 32 4
                                    

Author’s pov

Rita menatap Maya yang fokus pada makanannya, sejujurnya ia kesal karena wanita di hadapannya ini pasti menggoda Indra hingga melupakan Ralia. Sebenarnya hal itu tidaklah salah, tapi tetap saja tidak benar karena Indra tidak mengatakan apapun pada Ralia dan langsung meninggalkannya begitu saja.

“Sejujurnya Bunda tidak setuju Ralia kembali ke rumah ini.” Ia menatap Azka dan Tika yang mengangguk setuju.

“Tapi Mbak Ralia dengan keras kepalanya itu, siapa yang bisa mencegahnya?”

“Kau benar, Azka.” Rita melirik ke arah Maya yang tampak tak peduli, “Rumah ini benar-benar tidak aman untuknya. Ancaman besar berada di dekatnya membuat Bunda tidak tenang.” Maya yang mendengar itu menghentikan akifitasnya dan menatap ibu mertuanya.

“Maya tidak akan melakukan apapun padanya, Bunda.”

Azka tersenyum remeh, “Bagaimana kami bisa mempercayaimu? Mbak Ralia saja tidak percaya, apalagi kami?”

Maya mendengus, “Terserah kalian saja. Asal kalian tahu, bulan ini jadwalku sangat padat dan aku bahkan tidak sempat tidur dengan nyenyak.” Rita menyipit, ia merasa ada yang janggal dengan sikap Maya sekarang ini.

“Baguslah, jangan sampai kau mengganggu waktu Ralia dengan Indra. Saat ini yang paling dibutuhkan Ralia adalah Indra yang selalu berada disisinya.”

Maya tersenyum setengah hati, “Ya, Bunda. Maya sangat memahami itu jadi kalian berdua tenang saja. Maya tidak akan mengganggu waktu Ralia dengan Mas Indra.”
Rita mengangguk dan mulai makan malam.

Azka meremat tangannya, “Kau senang? Mas Indra dan dua model itu mendapatkan hukuman, sekarang kau tidak.” Maya menatap Azka dengan tatapan tajam, Azka tersenyum lebar, “Mbak Ralia mungkin sudah memaafkanmu, Maya. Tapi aku belum.”

“Lalu kau ingin aku melakukan apa? Bukankah sudah ku bilang, aku tidak akan mengganggu waktu sepasang suami istri itu selama Ralia tinggal disini. Kau memang tidak percaya, nanti kau akan tahu sendiri.” Azka menghendikkan bahunya membuat Maya kesal, ia tak mengerti apa mau bocah ini.

“Bunda, apa kehidupan model akrab dengan alkohol dan pesta di bar?” Rita menatap Azka dan mengerjap-ngerjap, sedangkan Maya terkejut setengah mati. Ia menatap Azka dengan tatapan lasernya, mengode agar putra bungsu keluarga Aryeswara itu tidak membocorkan tingkah lakunya dini hari tadi.

“Hmm, tidak semuanya tapi mayoritas. Dunia malam dan alkohol tidak asing bagi beberapa model. Ada apa?”

Azka tersenyum menatap wajah Maya yang pucat. “Tidak, Bunda. Azka hanya penasaran, setelah melihat seorang model pulang ke rumah dalam keadaan mabuk.” Tika membulatkan matanya, ia menatap Rita yang terkejut dan Azka yang tersenyum tanpa beban.

Uhuk

Uhuk

Maya terbatuk mendengar perkataan Azka, sungguh ia tak menyangka jika mulut adik dari madunya ini tidak terkontrol sama sekali. Azka terkekeh dan menyerahkan air putih yang langsung disambar Maya. Ia minum dengan sangat rakus dan berdiri dari duduknya.

“Maya sudah selesai.” Secepatnya ia berlari naik ke kamarnya di lantai dua membuat Azka tertawa terbahak-bahak.

“Mas Azka-” Tika menyenggol Azka yang menghentikan tawanya.

Rita menatap Azka dan Tika bergantian, “Sesuatu terjadi?” Tika menunduk, ia tak berani menatap Rita dengan tatapan menuntut itu.

“Bunda sudah menduga apa yang terjadi.”

Rita memejamkan matanya dan menghela napas panjang, “Seseorang yang tidak berpendidikan memang terkadang tidak memiliki aturan dan attitude. Dia pasti memanfaatkan kesempatan, dia tahu di rumah ini tidak ada Indra jadi dia berbuat seenaknya.”

Second Love New VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang