58. Kunjungan

367 31 2
                                    

Happy weekend ♥️

Indra’s pov
07:00 WIB

Aku memeras handuk untuk mengelap tubuh Ralia, sampai saat ini Ralia belum juga sadar. Aku sudah bertanya pada Dokter Hasna dan jawabannya masih sama, meminta kami untuk berdo’a.

Semua orang menginap di rumah sakit dan tidur di ruangan khusus yang di sewa Kakek Herman bersama kedua anakku. Itu membuatku lega daripada membiarkan kedua anakku bersama perawat. Entah sejak kapan aku bersikap overprotektif pada kedua jagoanku yang menjadi penerus keluargaku.

“Sayang, bangunlah. Tidakkah kau ingin melihat anak kita? Mereka kembar tidak identik. Si kakak mirip sekali denganmu dan si adik sangat mirip denganku. Bukankah itu impas?” kataku mengelap tangannya.

“Bangunlah dan berikan mereka ASI, mereka sangat membutuhkannya. Sejujurnya aku tidak ingin mereka minum susu formula.” kataku lagi mengelus pipinya.

Aku mengecup bibir pucatnya. “Aku merindukanmu.”

“Mas.” Maya masuk ke dalam ruang rawat Ralia dan merangkulku, “Mandilah dan ganti dulu bajumu, lalu sarapan.” Ia menyerahkan paper bag.

“Kau sudah makan?”

Maya mengangguk, “Sudah tadi dengan Azka.” Maya menatapku dengan senyuman lebar dan dia memelukku,  “Aku sangat bahagia Mas, akhirnya keinginanmu terkabul. Kau menjadi seorang ayah, dari bayi kembar pula.”

“Dan kau juga menjadi ibu mereka.” tanganku terulur mengelus rambut panjangnya.

Maya mengalihkan pandangannya ke arah Ralia. “Mas, Ralia belum sadar juga?” tanyanya berjalan mendekati tempat tidur. “Belum, ajaklah dia bicara.” kataku masuk kamar mandi.


 
Maya’s pov

Aku tersenyum dan menggenggam tangan istri kedua suamiku ini. “Ralia. Bangunlah. Kau tahu? Aku belajar bayak dari suster cara merawat bayi. Tadi pagi aku ikut memandikan si kembar, sangat menyenangkan. Tapi akan lebih menyenangkan lagi jika aku melakukannya bersamamu. Seperti yang sering kau katakan, mereka akan lebih bahagia jika mendapatkan kasih sayang dari kedua ibu mereka.”

 “Bukankah kau juga ingin menggendong mereka dan memberikan ASI? Mereka pasti lebih senang meminum ASI darimu daripada susu formula. Bahkan kemarin si adik menolak susu formula dan membuat semua orang kewalahan karena dia terus menangis.” Aku menceritakan yang terjadi kemarin.

“Mas Indra merahasiakan nama mereka dan akan mengumumkannya setelah kau bangun. Jadi, bangunlah dan jangan buat semua orang penasaran dengan nama mereka. Bukankah kau juga penasaran?” Aku mengusap air mataku mengingat kata demi kata yang di katakan Ralia kemarin.

“Ralia, kita berdua akan merawat dan membesarkan mereka, bukan hanya aku. Ku mohon bangunlah dan jangan buat semua orang khawatir. ” isakku mengelus rambutnya. “Ku mohon bangunlah.”

#

Author’s pov
-Al Fazza University-
10:00 WIB

Semua sahabat Ralia termasuk Sena ada di kantin kampus, mereka sengaja berkumpul untuk membahas masalah Ralia. “Jadi, sampai sekarang Ralia belum bangun?” Azka menggeleng menjawab pertanyaan Hilda yang menangis, terutama setelah putra bungsu keluarga Aryeswara itu menceritakan semua yang terjadi kemarin.

Second Love New VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang