Author’s pov
08:00 WIBTika menatap Indra yang berdiri di depan pintu kamar Ralia dengan wajah sedih. Ia bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang terjadi semalam. Ah, ia sedih karena ketinggalan berita besar!
Tika memutuskan untuk membersihkan alat makan bekas sarapan saja. Di dapur ia melihat Maya yang melamun di pantry dengan jus wortel di depannya. Tika membuang tissue bekas ke tempat sampah dan terkejut melihat pecahan beling.
Ia menatap Maya, “Nyonya, ini pecahan apa?” Maya menatap Tika dengan wajah kesalnya dan meninggalkan pantry begitu saja tanpa mengatakan apapun.
“Orang ditanya itu ya dijawab.” gerutunya memasukkan sampah ke keranjang. Ia menatap Indra yang masih setia di depan pintu kamar Ralia.
“Apa pecahan ini ada hubungannya dengan pertengkaran mereka?”
Ceklek
Tika bersembunyi begitu Ralia membuka pintu kamarnya dan terkejut melihat Indra. “Ralia-” Tanpa mengatakan apapun Ralia mendorong tubuh Indra agar bergeser dan pergi begitu saja. Ralia mempercepat langkahnya menuruni tangga, satu hal yang diinginkannya yaitu menghindar dari Indra dan Maya.
“Ralia!” Ralia membuka pintu rumah dan membantingnya membuat Indra yang mengejarnya terhenti.
“Sudahlah, Mas. Tidak perlu mengejarnya begitu, emosinya memang tidak stabil sekarang ini. Setelah amarahnya mereda, semuanya akan baik-baik saja.” Indra menatap Maya dengan amarah.
“Seharusnya kejadian seperti itu tidak pernah terjadi di luar kamar. Aku sudah menolaknya, tapi kau memanfaatkan kelemahanku. Kau senang sekarang? Aku dan Ralia bertengkar.” Indra menyambar tasnya dan melangkah keluar dari rumah.
“Mas, sarapan dulu!”
Tika berbalik, ia merogoh ponselnya dan mengetikkan pesan yang ia tujukan pada Azka. “Semoga Nyonya Ralia baik-baik saja. Ya Allah, apapun yang terjadi lindungi Nyonya Ralia. Aamiin.”
#
Ralia’s pov
-Parkiran Kampus-“Ralia, no!” Hilda menghentikanku yang membuka pintu mobil. Aku menatapnya dengan tatapan tajam, amarahku sejak kemarin belum juga mereda. Mereka menambah kekesalanku dengan melarangku pergi mengendarai mobil seorang diri. “Kau pulang bersamaku dan Revan.”
“Tidak mau!” aku menghempaskan tangan Hilda.
“Ra, dengarkan aku. Kami melarangmu menyetir sendiri karena kam khawatir. Kau tahu sendiri mengendarai mobil dalam keadaan marah berbahaya.” Aku memukul tangannya yang hendak merebut kunci mobil dari tanganku.
Hilda menggenggam tanganku lebih kuat dari sebelumnya. “Setidaknya pikirkan bayimu juga, kau mau membahayakannya karena egomu sendiri?” aku menatap Hilda yang menatapku dengan tatapan khawatirnya.
“Aku dan Revan memang tidak tahu masalah apa yang kamu hadapi sekarang hingga kau sangat marah, tapi apapun itu kau harus bertindak setelah memikirkan banyak hal. Salah satunya bayi yang kau kandung.”
“Hilda benar, Ra. Bayimu adalah harta yang paling berharga dalam hidupmu kan?” Hilda mengangguk setuju dengan Revan.
Benar juga, aku tidak mungkin melakukan hal bodoh yang mengancam kandunganku.
Aku memejamkan mata dan menghela napas panjang berulang kali.“Kau mau ya pulang bersama kami?”
Tiba-tiba Azka memegang tanganku dan mengambil kunci mobilku. Bagaimana bisa dia disini? “Tidak, Mbak Ralia akan pulang bersamaku.” Aku menatapnya yang menatapku dengan tatapan yang tidak seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love New Version
RomanceAku memiliki semua hal yang ada di bumi ini, kecuali cinta Pak Indra. Karena cintanya hanya milik Mbak Maya. -Ralia Zahari Aryeswara- Maya atau Ralia? Aku tidak bisa memilih salah satu dan aku butuh keduanya. -Ilyasha Indra Muhammad- Aku hanya memil...