Indra's pov
07:30 WIBKedua mataku terbuka dan menguap, tatapanku tertuju pada seseorang dalam pelukanku masih memejamkan matanya. Senyumku mengembang begitu kejadian yang terjadi semalam terbayang-bayang, she was amazing.
Hanya itu yang bisa ku ungkapkan. Ah ya, aku dan istri kecilku ini sudah mandi wajib dan melaksanakan sholat Subuh berjama'ah tadi. Setelahnya kami berdua tidur lagi karena aku tak tega melihat wajah lelahnya.
Aku memejamkan mata dan mengecup puncak kepalanya beberapa kali hingga merasakan pergerakan darinya. Apakah aku mengusik tidurnya? Sepertinya iya, ia mendongak dan membuka matanya perlahan.
"Good morning, black forest." kataku menghujani seluruh wajahnya dengan ciuman. Ia terkekeh dan memejamkan matanya.
"Siapa yang bapak panggil dengan sebutan itu?"
"Siapa lagi? Tentu saja kamu."
Ralia menyipitkan matanya, "Kenapa memilih black forest."
"Kamu sangat menyukainya, bukan? Dan kamu sangat manis seperti black forest." Ralia mencebikkan bibirnya dan tertawa kemudian.
"Baiklah, terserah bapak saja." Aku tersenyum lebar dan mengeratkan pelukanku, dia benar-benar menggemaskan. Aku senang, kegiatan semalam benar-benar meruntuhkan tembok pemisah antara aku dan Ralia. Jika aku tahu hal itu berhasil, bukankah seharusnya aku melakukannya lebih awal?"Hmm, Pak. Bukankah setengah jam lagi kelas kita dimulai?"
"Ah iya." Aku melepas pelukan dan bangkit dari tempat tidur dengan setengah hati. Jika aku boleh memilih, lebih baik aku di rumah saja seharian ini dengannya.
Ralia menyingkirkan selimut dan mencoba duduk, ia meringis membuatku tak tega. Apa yang ku lakukan padany semalam?
"Hari ini kamu tidak usah masuk saja."
Ralia menatapku dan mengerjap-ngerjap, "Tapi-"
Aku tersenyum dan mengelus lembut rambutnya. "Tidak masalah, nanti saya ajarkan kamu materi hari ini. Istirahat saja di rumah, ya?" Ralia tersenyum dan mengangguk. Ku sematkan kecupan di keningnya sebelum melangkah keluar kamarnya. Aku harus bersiap-siap ke kampus, khusus hari ini aku akan menyiapkan pakaian dan semua keperluanku sendiri.
Lima belas menit kemudian aku sudah bersiap dan masuk ke kamar Ralia. Ku lihat istriku itu kembali berbaring dan memejamkan matanya. Tanganku terulur mengelus lembut rambutnya, ia membuka mata dan menatapku dengan senyuman manis. "Hey, kamu masih mengantuk?"
"Iya."
"Saya akan meminta Tika membawa sarapanmu kemari, setelah sarapan baru boleh tidur lagi. Mengerti?" Ralia tersenyum dan mengangguk. "Saya berangkat dulu ya, Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam." Aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak menghujani wajahnya menggemaskannya dengan ciuman.
"Pak, hentikan." Aku terkekeh mendengar rengekannya, tanganku terulur mengelus pipi halusnya. "Cepat berangkat!" Ralia menyingkirkan tanganku.
"Baiklah." Aku berdiri dan keluar dari kamarnya dengan senyuman yang tak pernah lepas dari wajahku.
"Selamat pagi Tuan Indra, sarapan sudah siap." sapa Tika begitu aku sampai di dapur.
Aku tersenyum lebar dan duduk di meja makan untuk memulai sarapan yang sudah disiapkan Tika, "Selamat pagi." Sepertinya hari ini aku akan lebih banyak tersenyum.
Tika menatapku dan ke atas bergantian, "Nyonya Ralia tidak turun?"
"Siapkan sarapan untuknya dan bawakan ke atas." Tika menatapku dengan wajah bingungnya, beberapa detik kemudian dia mengangguk dengan senyuman lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love New Version
عاطفيةAku memiliki semua hal yang ada di bumi ini, kecuali cinta Pak Indra. Karena cintanya hanya milik Mbak Maya. -Ralia Zahari Aryeswara- Maya atau Ralia? Aku tidak bisa memilih salah satu dan aku butuh keduanya. -Ilyasha Indra Muhammad- Aku hanya memil...