Maya’s pov
Aku melihat rumah-rumah penduduk di sampingku dengan senyuman tak pernah lepas dari wajahku. Akhirnya, pekerjaan yang ku tunggu-tunggu setelah sekian lama datang juga. Sebenarnya aku tidak terlalu ikhlas membiarkan Mas Indra bersama Ralia. Untuk saat ini biarlah mereka bermesraan dan aku senang sudah ada yang mengurus Mas Indra.
Hanya untuk hari ini, selanjutnya aku tetap siaga mempertahankan posisiku. Terserah dengan yang dikatakan orang lain, bagiku istri pertama adalah penguasa dan pengendali. Rumah itu adalah milikku dan aku yang menjadi pengendalinya. Tidak akan ku biarkan siapapun mengambil alih rumah itu dariku.
Ah ya, aku sudah memutuskan untuk mengibarkan bendera perang dengan Ralia. Kebaikanku selama tiga bulan tidak dihargai sama sekali, bahkan dengan kurang ajarnya dia menyiram justepat di wajahku. Kurang ajar sekali memang bocah ingusan itu!
“Nyonya, sudah sampai.” kata Pak Diman membuyarkan lamunanku.
“Ya, Pak. Nanti akan ku telepon.” Pak Diman mengangguk, dengan senyuman lebar aku turun dari mobil dan memasuki studio temoat pemotretan.
“Hai semuanya!” Aku menyapa semua orang yang ada di dalam dengan riang.
“Hai, Maya. Kau sudah sangat siap rupanya.” Berthan berjalan ke arahku.
“Bagaimana, Erik?” tanya Berthan pada seseorang yang memegang kamera. Entah kenapa dia mengingatkanku pada seseorang.
Dia menatapku dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Sempurna.” jawabnya membuatku senang.
“Baiklah, langsung saja. Make up dan ganti baju.” Berthan menggandengku masuk ruang make up.
“Terimakasih.”
Berthan menatapku dengan kerutan di keningnya, “Untuk?”
“Kesempatan kedua. Aku berjanji tidak akan mengecewakanmu lagi.” Berthan menatapku lekat-lekat, terlihat rasa bersalah dari sorot matanya. “Ada apa?”
“Tidak, kau make up lah dulu.” Ia mendudukkanku di depan meja rias, seorang penata rias tersenyum dan mulai mengaplikasikan produk-produk kecantikan mahal yang sudah lama tidak ku pakai.
Rasanya tidak sabar kembali ke masa keemasanku. Masa dimana aku mendapatkan popularitas dan kekayaan yang ku hasilkan melimpah. Satu step dan aku akan kembali meraih apa yang pernah ku raih sebelumnya. Namaku kembali melambung dan dengan prestasiku Bunda maupun Kakek akan memaafkanku.
Ya, aku sangat yakin dengan ini. Mereka pasti akan bangga karena cucu menantu Rosman Muhammad telah kembali menjalani rutinitasnya sebagai model papan atas Indonesia.
#
Satu jam kemudian make upku selesai, aku mengerjap-ngerjap dan menatap ke cermin. “Apa ini tidak terlalu berlebihan?” aku menatap make up artist yang masih saja menambahkan lipcream berwarna merah terang.
“Tidak, sesuai dengan konsep untuk pemotretan.” Ia meninggalkanku begitu saja sebelum aku bertanya. Hah, aku terlalu senang hingga aku takt ahu konsep pemotretan yang akan ku jalani sebentar lagi.
“Wow, apakah Diandra Maya kepala 4? Kau masih tampak seperti awal 30 an.” Berthan tersenyum lebar dan merapikan rambutku yang tergerai.“Kau yakin ini tidak berlebihan? Lihatlah aku, kenapa aku merasa seperti wanita penggoda dengan make up seperti ini?”
Tangan Berthan terulur mengelus rambutku, “Hey, kau sudah vakum 5 tahun. Lalu, haruskah kau kembali dengan image yang biasa? Tentu saja tidak.” Ia berdiri, aku mengikutinya ke ruang kostum.
“Lalu? Pemotretan apa yang akan kita jalani?”
Berthan mengambil lingerie berwarna merah menyala dan menempelkannya ke tubuhku. “Sempurna!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love New Version
RomanceAku memiliki semua hal yang ada di bumi ini, kecuali cinta Pak Indra. Karena cintanya hanya milik Mbak Maya. -Ralia Zahari Aryeswara- Maya atau Ralia? Aku tidak bisa memilih salah satu dan aku butuh keduanya. -Ilyasha Indra Muhammad- Aku hanya memil...