44. Ralia VS Maya

420 34 10
                                    

Ralia’s pov
-Sanjaya Hospital-

“Sudah sayang jangan menangis, Indra pasti baik-baik saja.” Mama memelukku erat dan menghapus air mataku. Tadi Papa dan Kakek menjelaskan padaku apa yang terjadi sebenarnya. Bagaimana bisa mereka membiarkan Pak Indra di luar kehujanan sepanjang malam?

Apa mereka sengaja memisahkanku dengan suamiku?

“Kenapa Papa dan Kakek tidak mengizinkan Pak Indra bertemu Ralia? Kenapa kalian membiarkan Pak Indra di luar semalaman?”

Kakek mengelus puncak kepalaku, “Sayang, kami semua tidak tahu jika Indra masih disana sampai pagi.”

“Kakekmu benar, sayang. Kami kira Indra sudah pulang.” Papa berjongkok di depanku, menatapku dengan wajah sedihnya. “Indra pasti baik-baik saja, Sayang.”

Aku menatap dua pria beda generasi di depanku ini, “Mulai sekarang Papa dan Kakek tidak boleh melakukan ini lagi. Ralia sangat mencintai Pak Indra dan tolong jangan pisahkan Ralia darinya.” Papa dan Kakek saling berpandangan, apa permintaanku sulit?

Kesalahan yang dilakukan Pak Indra memang cukup berat, tapi bagiku masih bisa dimaafkan. Terbukti dengan penebusan yang dilakukannya semalam.

Papa menarikku ke dalam pelukannya. “Maafkan Papa, sayang.”

Pintu ruang periksa Pak Indra terbuka, dokter dan seorang suster keluar. “Bagaimana keadaan suami saya?” tanyaku pada Dokter Ramlan yang menangani Pak Indra.

Dokter Ramlan tersenyum, “Dia baik-baik saja. Hanya demam dan flu karena kehujanan semalaman.”

“Boleh saya masuk?”

“Silahkan.”  Aku tersenyum pada Dokter Ramlan dan masuk ke ruang UGD.

Tanganku terulur menggenggam tangan kanan Pak Indra yang terbebas dari selang infuse. Setelah yang dilakukannya semalam, masihkah aku meragukan cintanya?

Pak Indra memang tidak membelaku saat dihina model-model itu, tapi dia menungguku di luar hingga pagi dan bahkan tidak peduli hujan deras mengguyur tubuhnya.

“Mas, maafkan Ralia yang meragukan cintamu.” Ku kecup punggung tangannya.

#

Author’s pov

Tangan Ibra mengepal kuat saat melihat putrinya bergegas masuk ke ruang UGD. “Aku tidak menyangka jika inilah yang terjadi. Putriku sangat mencintai Indra, tapi aku tidak tahu bagaimana perasaan Indra padanya.” katanya.

“Indra mencintai Ralia, Mas.” Vilda mengelus bahu suaminya yang langsung menatapnya.

“Bagaimana kau bisa yakin?”

“Jika Indra tidak mencintai Ralia, tidak mungkin Indra berdiri semalaman di depan jendela kamar Ralia.” Vilda menggenggam tangan suaminya, “Mas, Ralia memang kebahagiaan kita, tapi Indra adalah kebahagiaan Ralia.”

Herman menghela napas panjang, “Kita tidak ada pilihan lain, apapun akan kita lakukan untuk kebahagiaan Ralia.” Vilda tersenyum dan menatap Ibra yang masih tampak berpikir.

“Demi kebahagiaan Ralia kita, Mas. Juga kedua cucu kita, walau bagaimanapun mereka membutuhkan sosok ayah.” Ibra menghela napas panjang berulang kali dan mengangguk.

Sejujurnya hati Ibra sangat sakit mendengar pengakuan putrinya, ia belum yakin Indra mencintai putri kesayangannya. Bisa saja kan Indra melakukan itu karena kedua anaknya dalam kandungan Ralia?

Ibra hanya takut Indra baik pada Ralia karena menginginkan kedua anaknya.

“Herman.” Suara seseorang melihat Herman, Ibra, dan Vilda menoleh. Tampak empat orang berjalan dengan tergesa ke depan pintu UGD. Wajah mereka semua tampak khawatir, terlebih Rita dan Maya.

Second Love New VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang