51. Masa Lalu

318 36 2
                                    

Maya's pov

Aku mengerjap beberapa kali memastikan jika nama yang ku baca tidak salah. Hendrik Wiratmaja? Apakah benar aku membaca namanya? "Siapa dia?" tanya Ralia pada Azka yang langsung menatapku dengan senyuman.

Apa Azka tau masa laluku dengan Hendrik?

"Aku tidak tahu siapa dia, ku pikir Mbak Maya dan Mas Indra tahu siapa dia.” Azka tersenyum menatapku yang mulai tak nyaman.”

Ralia menatapku dan Mas Indra bergantian, ia menghendikkan bahunya dan kembali memakan biskuitnya. “Terlepas dari semua itu, dialah yang akan menuntun kita pada Bram.”

“Tim Aryesguard sudah menemukannya?”

Azka menggeleng menjawab pertanyaan Ralia, “Dalam proses pelacakan. Dia sedang dalam proses pergi ke luar negeri karena tim kita melacak permohonan visa atas namanya.”

Ralia mengangguk, “Bagaimanapun caranya, Aryesguard harus menemukannya sebelum visanya disetujui.” Aku menatap Ralia yang sejujurnya tampak menyeramkan, suara tegas itu dan bahkan ekspresinya sekarang sama seperti ekspresi yang selalu ditunjukkan Ibrahim Aryeswara.

“Ah ya, aku memutuskan untuk menghubungi polisi. Mereka yang akan mengurus sisanya setelah tim kita berhasil menangkap mereka.” Ralia mengangguk, ia menghela napas panjang dan menatap adiknya.

“Sebelum menyerahkannya pada polisi, biarkan aku bertemu dengan Hendrik dan Pak Bram.” Kedua mataku membulat sempurna, bagaimana mungkin?

“Azka akan menyeret dua orang itu di hadapan Mbak.” Kedua keturunan Aryeswara itu tersenyum. Bukan! Bukan senyuman yang menyenangkan, tapi senyuman yang sangat menyeramkan.

“Permisi Tuan dan Nyonya, makan siang sudah siap.”

Ralia tersenyum lebar, ia berdiri dengan susah payah. “Kita lupakan dulu masalah ini dan ayo makan!” ia kembali bersemangat dan wajahnya tidak semenakutkan tadi. Mas Indra berdiri dari duduknya dan menggandeng istri keduanya itu menuju meja makan. Kenapa Mas Indra tidak menatapku sama sekali?

“Kau pasti terkejut, mantan kekasih yang kau hianati itu datang.” Aku menatap Azka yang tersenyum, “Dan sepertinya suamimu marah karena kembali mengingat suatu hal yang membuat rasa bersalahnya kembali.”

“Kau tahu semuanya?” Azka tersenyum dan mengangguk. “Ku harap kali ini kau bisa mengontrol mulutmu dan tidak membahas hal ini lagi di depan Mas Indra maupun Ralia.”

Azka terkekeh, “Aku tidak janji.” Ia melangkah menuju meja makan setelah Ralia memintanya bergabung.

Aku memejamkan mata dan menghela napas panjang berulang kali. Untuk apa dia kembali? Membalaskan dendamnya padaku atas apa yang ku lakukan di masa lalu?

Perlakuanku padanya memang tidaklah benar. Aku menyakiti hatinya sangat dalam dengan melakukan penghianatan.

Bertahun-tahun lalu, aku mencapai puncak karirku sebagai seorang model dan masuk jajaran model papan atas. Aku berkencan dengan seorang fotografer bernama Hendrik Wiratmaja, kami terlibat cinta lokasi.

Semakin lama aku dengannya tidak memiliki waktu bersama karena kesibukan kami masing-masing dan aku merasa sangat kesepian karena itu.

Aku menahan segala rasa itu dan melampiaskannya pada dunia malam Surabaya. Hidupku sepenuhnya berada dalam kegelapan, hingga akhirnya aku bertemu dengan Mas Indra dalam sebuah acara yang dia adakan di kampusnya.

Kami menjadi dekat setelah dipertemukan kembali saat menghadiri acara pernikahan Bram dan Ayu. Lebih banyak menghabiskan waktu dengan Mas Indra membuatku jatuh cinta padanya dan mulai menghilangkan cintaku pada Hendrik. Ada banyak hal yang ku cari dan itu ku temukan pada Mas Indra, bukan pada Hendrik.

Second Love New VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang