48. Jebakan Selanjutnya

350 32 4
                                    

Indra’s pov
-Al Fazza University-
15:00 WIB

“Pak Indra masih ada jam mengajar?” aku tersadar dari lamunanku saat melihat Bu Jasmine merapikan barang-barang di mejanya.

“Hmm, tidak Bu.”

Ia tersenyum ke arahku, “Tumben sekali belum pulang, Pak. Biasanya begitu jam mengajar berakhir bapak langsung pulang.” Aku hanya tersenyum saja menanggapinya, “Kalau begitu saya permisi ya Pak.”

“Iya Bu Jasmine, hati-hati di jalan.” Bu Jasmine tersenyum dan melangkah keluar ruang dosen.

Jam mengajarku sudah selesai jam dua tadi, tapi aku belum ingin kembali ke rumah karena ada yang ku renungkan. Aku merenung memikirkan uang yang dengan mudahnya Maya keluarkan. Bagaimana bisa dia mengeluarkan tabungan kami selama bertahun-tahun untuk kepentingan pribadinya?

Sepertinya aku harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan uang sisa dari tabungan itu. Tapi bagaimana? Haruskah aku membuka rekening baru dan menyembunyikannya dari Maya?

“Hey, ada apa? Kau sedang dalam masalah?” Aku menoleh pada seseorang yang menepuk bahuku. Ingatkah kalian seseorang yang  bertabrakan dengan Ralia beberapa bulan lalu? Dia ada di depanku sekarang, Bram.

“Hmm, belakangan ini Maya mengeluarkan uang untuk biaya perawatan dan semacamnya. Bukannya aku tidak memperbolehkannya mengambil uang, hanya saja jumlahnya terlalu besar dan aku takut jika tabungan kami habis karena sifat hedonnya itu.”

Bram menghela napas dan mengangguk, “Mungkin ini sudah nasib kita, sebagai suami seorang model dengan barang-barang branded dan perawatan mahal. Karenanya, aku memindahkan uangku ke tempat yang aman agar Ayu tidak menggunakannya.”

Aku menatap temanku dengan mata berbinar, “Dimana kau menyembunyikannya?”

Bram tersenyum dan menyodorkan selebaran padaku, “Investasi. Kirimkan saja uangmu pada perusahaan itu, mereka akan menjaga uangmu.”

“Aku tidak paham mengenai ini, aku bukan pengusaha.”

“Aku juga bukan. Tenang saja, tempat ini sangat aman.” Bram menunjukkan bukti-buktri transfer padaku. “Lihatlah, aku melakukan banyak sekali transaksi pada mereka dan uangku semuanya aman.”

Apa yang harus ku lakukan sekarang?

Bram adalah temanku sejak kami menjadi mahasiswa, tapi kami memang tidak terlalu dekat dan jarang mengobrol serius. Apalagi sejak tragedi istrinya yang mengompori Maya agar meminum obat penggugur kandungan demi karirnya. Tapi, ku pikir kali ini tidak ada salahnya bagiku untuk mencoba mempercayainya.

Bukankah dia menunjukkan bukti transaksinya padaku?

“Baiklah, aku akan melakukan investasi pada perusahaan itu.” Bram menatapku dengan senyuman di wajahnya, tapi entah kenapa senyumannya kali ini penuh makna.

#

Ralia’s pov

Aku menatap jam dinding untuk ke sekian kalinya, sudah jam tiga tapi Pak Indra belum juga pulang. Biasanya Pak Indra pulang setelah jamnya berakhir, tapi kali ini kenapa suamiku belum juga pulang? Jika pergi ke suatu tempat pasti mengabariku dulu dan sekarang tak ada kabar apapun darinya.

Second Love New VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang