"Jadi Siapa yang menculik Lala Dad?," Tanya Arish setelah sampai di ruang kerja Arley yang berbeda di mansion nya.
"Siapa lagi jika bukan bedebah sialan itu. Horald Ryle Narendra, salah satu musuh bebuyutan Daddy." Jawab Arley dengan wajah menahan emosi.
Namun tiba-tiba ponsel nya kembali berdering, Rupanya dari bawahan nya yang mengirimkan alamat lengkap Harold yang berada di London.
"Rupanya di mansion utama keluarga Narendra," Ucap Arley dengan tersenyum smirk.
"Tunggu apalagi Dad, Kita berangkat sekarang." Ujar Axell tak sabar ingin bertemu Lala.
"Tenanglah Axell, orang itu sangat Licik, kita tidak boleh gegabah. Kita akan berangkat besok ke London." Putus Arley tegas.
Arley sebenarnya tau jika Lala akan baik-baik saja disana. Ia mengetahui sikap musuhnya yang satu itu, Ia telah bersahabat dengan Harold lebih dari 8 tahun, sebelum persahabatan nya hancur.
Ia juga tau jika ia sahabatnya itu, maksudnya musuhnya itu masih menyukai istrinya, jadi dia tidak mungkin menyakiti Lala. Namun ia hanya tak rela jika nantinya Lala juga akan sayang pada Harold.
_________
Seharian ini Lala sangat lengket dengan Harold, dan Harold bahagia akan hal itu.
Saat ini Jam telah menunjukkan Jam 7 malam, Ia sedang menonton sambil nyemil snak yang ada di meja.
"Papa besok Lala mau belajar sepeda ya," Ucap Lala sambil memakan snak ditangannya.
"Tidak, kau bisa terluka jika belajar sepeda." Tolak Harold tegas.
"Kan belajar nya sama Papa, jadi kalo Lala luka berarti salah Papa, bukan salah Lala." Jawab Lala dengan wajah sedikit cemberut.
Harold hanya menggelengkan kepalanya.
"Memangnya Kau punya sepeda?" Tanya Harold dengan tersenyum meremehkan."Papa yang belikan." Ujar Lala sinis.
"Tidak Lala," Tolak Harold lagi, ia tidak mau putri nya luka sedikitpun akibat belajar sepeda.
"Pokoknya Lala mau belajar sepeda hiks.. Papa... Mau belajar sepeda Hiks..." Ucap Lala terisak menatap Harold dengan puppy eyes.
Harold menghela nafas pasrah, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain mengangguk kan kepala nya.
Seketika Lala langsung menghentikan tangisnya dan memeluk Harold erat.
"Makasih Papa, Lala sayang Papa." Ucap Lala tulus.
"Apa dia adikku?" Tanya seseorang yang tiba-tiba muncul di hadapan Harold dan Lala.
Saat mendongak Lala terkejut melihat 3 wajah datar dihadapan nya, Siapa lagi jika bukan Aldric, Harvey, dan Luke, ketiga Putra Harold.
"Siapa yang menyuruh Kalian pulang?" Tanya Harold Sinis.
Lala hanya diam dengan tetap memeluk Harold seraya menyembunyikan wajahnya di dada bidang Harold.
"Bukan urusan mu Aku pulang atau tidak." Jawab Sarkas Aldric, Putra pertama Harold.
Harold yang mendengarnya hanya mendengus kasar.
"Hai Baby, Kakak ingin berkenalan dengan mu." Ucap Harvey lembut seraya berusaha mengambil Lala dari dekapan Harold.
Lala hanya menggelengkan kepalanya pelan, dan malah mengeratkan pelukannya pada Harold.
"Ga mau Papa..." Cicitnya pada Harold.
Harold mengelus punggung Lala lembut kemudian melepaskan pelukan Lala dengan sedikit Paksa.
"Tidak apa-apa, mereka adalah Putra Papa, dan juga Kakak-kakak kamu. Tidak perlu takut." Bujuknya mengusap Rambut Lala.
Lala kembali menatap Harvey, wajahnya tidak se datar tadi, Harvey malah tersenyum ke arahnya. Lala juga membalas senyuman Harvey.
Harvey mengangkat Lala ke Pangkuan nya dengan menatap Remeh Aldric dan Luke, Sangat mudah baginya untuk meluluhkan hati anak-anak, karena ia sudah terbiasa menangani pasien anak-anak seperti Lala.
"Nama Kakak Harvey Quesytino Narendra, kau bisa memanggilku Kak Harvey. Aku Kakak kedua mu." Ucap Harvey memperkenalkan dirinya dengan lembut.
"Halo Kak Harvey. Kalo Lala, Auristela Allisya Savian-" Ucapan Lala terpotong Oleh Harold saat ingin memperkenalkan diri.
"Narendra!. Namu sekarang adalah Auristela Allisya Narendra!." Koreksi Harold dengan tegas.
Lala menundukkan kepalanya seraya memainkan jari tangan nya.
"Lala, Kau sekarang adalah Putri Papa. Jadi namamu harus bermarga Narendra ya." Bujuk Harvey lembut.
Lala hanya menganggukkan kepalanya pelan.
"Hey Lala, Kakak juga ingin berkenalan dengan mu." Ucap Luke dengan suara di imut-imutkan, membuat Papa dan kedua kakaknya menatap nya jijik.
Lala hanya mengangguk dan berusaha turun dari pangkuan Harvey dan pindah ke Harold kembali. Harvey memaklumi akan hal itu, adiknya masih tidak terlalu akrab dengannya.
"Nama Kakak Harriet Luke Narendra, kau bisa memanggilku Kak Luke." Ucapnya memperkenalkan diri, Lala hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Papa... Lala ngantuk," Ucapnya dengan mata sayu.
"Tidur saja, nanti Papa pindahkan ke kamar." Jawab Harold menyandarkan kepala Lala di pundaknya dengan tangan yang mengelus punggung Lala dan sesekali mengecup kening nya.
Tak seberapa lama Lala sudah tertidur di dekapan Harold.
"Hey aku belum berkenalan dengan nya." Ucap Aldric tak terima hendak memegang Lala namun segera di tepis oleh Harold.
"Itu karena Sikapmu yang bodoh." Jawab Harold sarkas kemudian pergi membawa Lala ke kamarnya.
☘️☘️☘️
_ _ _ _ _ _ _ R
KAMU SEDANG MEMBACA
Auristela Allisya S.
Aksi"Lala, Lo apain buku gue!!!" Teriak Alen marah seraya melihat buku catatannya yang hancur tak berbentuk. Lala hanya mengernyit. "Itu karena Abang gak ngizinin Lala buat sekolah di luar." Jawab Lala santai, "Jadi yang rusakin buku gue itu beneran Lo...