~Part 11~

2.2K 96 2
                                    

Setelah puas menghukum Alen, Axell kini sedang menghampiri kamar Lala sebelum kembali pulang ke apartemen nya.

"Adik Abang yang paling cantik, Abang pulang dulu ya sayang. Sebentar lagi kita akan kembali tinggal bersama di mansion, Abang janji." ucapnya sangat lembut pada Lala yang masih terlelap dalam tidurnya seraya mencium kening dan pipi Lala.

"Boneka mu akan datang sebentar lagi," Ucapnya sedikit terkekeh dengan pandangan menatap wajah Lala gemas.

Axell mulai keluar dari kamar Lala dengan langkah pelan agar Lala tidak terbangun dan Axell langsung kembali pulang ke apart-nya.

_______


Jam telah menunjukkan jam 14.45 sore, Lala mulai terbangun dari tidur siangnya.

Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Setelah itu ia mulai keluar dari kamar nya dan mencari keberadaan Abangnya.

"Baaangg!" Panggil nya sedikit berteriak. Namun tak ada jawaban sama sekali, perasaannya mulai tak enak, ia mengingat ucapan Axell yang akan menghukum Alen.

Ia mulai mencari keberadaan Bi Sarmi untuk menanyakan Alen, Lala mencarinya ke dapur namun tidak ada, akhirnya ia menuju kamar Bi Sarmi, dan mengetuk pintu kamarnya pelan.

Bi Sarmi mulai membukakan pintu itu, dan menatap nona nya bingung.

" Ada apa non?" Tanya Bi Sarmi lembut.

"Bang Alen dimana?" Tanya dengan raut wajah sedikit khawatir.

Bi Sarmi terlihat seperti berpikir sebentar.

"Tadi den Alen ada di kamarnya non, seperti nya baru di hukum oleh tuan muda Axell, soalnya bibi liat banyak lebam di wajahnya." Jelas Bi Sarmi pelan.

" Beneran Bi?" Tanya Lala tak percaya. Axell benar-benar menghukum Alen, pikirnya.

Bi Sarmi hanya mengangguk sebagai jawaban.

Tanpa berpikir panjang Lala langsung berlari menuju kamar Alen. Ia membuka pintu kamar Alen perlahan.

Ia terkejut melihat wajah Alen yang terdapat banyak lebam dan luka, bibirnya pun terlihat pucat.

Lala mendekati Alen dan duduk di dekat Alen yang sedang tertidur, Lala menyentuh wajah Alen pelan dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

Alen yang merasa terganggu mulai membuka matanya.

"Lala? Ngapain disini? Udah makan siang?" Tanyanya bingung melihat Lala yang terlihat menahan tangis.

Tanpa aba-aba Lala langsung memeluk Alen dan tangisnya pecah seketika.

Alen sedikit meringis saat tangan Lala mengenai punggungnya, Lala yang paham mulai melonggarkan pelukannya.

" Abang maafin Lala hiks hiks... Abang dihukum gara-gara Lala hiks... Harusnya Lala yang dihukum hiks hiks... B-bukhan A-Bang hiks.." ucap Lala merasa bersalah Alen dihukum karena nya.

Alen mencoba menenangkan nya dengan mengusap lembut punggung Lala.

" Syuut, bukan salah Lala, ini memang salah Abang, udah gak usah nangis." Ujar Alen seraya menghapus air mata Lala yang membasahi pipinya.

Tiba-tiba ponsel Alen berdering, ternyata panggilan dari Arley, daddy nya.

"Halo kenapa Dad?-"

"Daddy sudah tau semuanya,"
"Sebagai hukuman, motor kamu Daddy sita selama sebulan, pulang pergi sekolah di antar supir."

Tuut... Tuut...

Panggilan langsung diputus sepihak oleh sang Daddy, Alen hanya menghela nafas menahan marah.

"Hiks hiks... Maafin Lala Abang... Hiks hiks," ucap Lala kembali menangis setelah mendengar ucapan Daddy nya terhadap Alen.

Alen kembali memeluk Lala erat dan mengelus punggung nya lembut.

"Gak papa, tapi lain kali jangan nakal lagi, jika kau tidak ingin melihat Abang lebih parah dari ini." ucap Alen menjelaskan.

"Iya Abang, Lala janji gak bakal nakal lagi." Ucapnya dengan nada yakin.

Alen hanya tersenyum melihatnya, adiknya begitu menggemaskan. Ia membawa Lala ke dekapannya seraya menyampaikan kata-kata penenang agar Lala tidak merasa bersalah karena dirinya terluka.

☘️☘️☘️

_ _ G _ _ _ _ _

Auristela Allisya S.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang